Playlist : Tulus - Pamit
Pagi hari, Sona ke lapas tempat Papanya tengah menjalani hukuman. Kesenduan terjadi lagi ketika Pak Aryan mencium kening puteri satu-satunya itu.
"Jaga diri kamu baik-baik. Satu lagi Papa ingetin sama kamu, jangan pergi dengan masalah yang belum diselesaikan, supaya kamu bisa tenang di manapun kamu berada nak. Kamu sudah dewasa, Papa percaya kamu Sona. Papah sayang kamu bahkan melebihi diri Papa sendiri."
Sona mencium punggung tangan sang Papa sebelum ia benar-benar melangkah untuk pergi.
Di dalam jeruji besi, Pak Aryan menangis sejadinya. Sungguh, ia sangat menyesal dengan apa yang ia perbuat selama Sona sangat membutuhkan kasih sayang lebih darinya. Ia bercerita dengan teman satu lapasnya.
"Saya sadar, bahwa ketika kamu memiliki anak perempuan, kamu harus siap untuk merelakan dia pergi. Dan saya menyesal, mengurangi rasa kasih sayang dan waktu berharga untuknya cuma untuk kesenangan pribadi dan ambisi."
Sona pergi menemui Manu. Terlihat Manu yang masih menggunakan celemek, di sampingnya terlihat sang ibu duduk di kursi roda.
"Pagi Man! Pagi tante!" Bu Mawar terkejut melihat Sona.
"Kamu Sona?"
"Iya. Gimana kondisi tante?"
"Tante merasa lebih baik. Kamu keliatan udah sebesar ini ya nak, kamu makin cantik."
"Besar? Kan dia dikasih makan bu," tukas Manu menimpali dengan terkekeh.
Manu akhirnya keluar menuju taman dekat restoran dengan Sona.
"Tumben, pagi banget udah sampe. Ada hal yang penting Son? Gue bisa bantu kok." Sona terus tersenyum depan Manu.
"Lo ada waktu gak?" Pertanyaan Sona membuat Manu melirik arloji di tangannya.
"Em. Gue free sih sekarang, gantian sama Pak Toni."
"Kalau gitu, ayo ikut gue." Sona menarik paksa tangan Manu membuat Manu terheran.
"Mau ke mana Son?" tanya Manu tengah mengendarai motornya. Di belakangnya terduduk Sona dengan nyaman.
"Ke taman kuliner aja. Gue lagi pengin traktir lo nih."
Manu mengernyit heran mendengar ucapan Sona.
"Lah tumben. Lo gak lagi kesambet kan?"
"Uh. Banyak omong lo, udah jalan aja." Sona menepuk helm yang Manu pakai.
Sampai mereka di sebuah tempat, dengan berjejer kedai makanan berbagai macam jenis. Manu memang terlihat menikmati itu dengan Sona, walau ia masih tak mengerti arti dari Sona mengajaknya secara tiba-tiba.
"Son?" tanya Manu seraya melangkah pelan di jalan tanpa kerikil, dengan ditemani banyak pepohonan yang mengelilingi mereka.
"Ya?"
"Ada apa sebenarnya? Gue tau lo menyimpan banyak maksud."
Sona memutar bola matanya canggung.
"Ah nggak kok. Gue cuma mau main aja sama lo. Eh iya, gue mau kasih ini ke lo."
Sona menyodorkan sebuah album foto pada Manu. Manu mengernyit heran.
"Ini kan album foto kita bertiga juga masa-masa sekolah. Kenapa lo kasih ke gue? Kan lo udah bilang mau nyimpen ini."
"Emmmm yaaaa. Males aja. Setiap kali gue liat, gue keinget terus sama kalian, setelah itu gue pengin ngalamin masa-masa itu lagi. Males ah bikin bete."
Manu terkekeh membuat Sona bingung.
"Lo takut masalalu? Tapi mau jalanin masa depan dengan lebih baik. Tanpa album masalalu, lo gak bakal bisa bikin album masa depan."
Mereka terduduk di kursi taman.
"Satu lagi. Ini soal Agam." Ucapan Sona membuat Manu kaget.
"Lo udah jujur sama dia?"
Sona menggelengkan pelan kepalanya.
"Terus? Mau sampe kapan Son?"
"Jujur aja, Agam emang gak bisa gue lupain sampe detik ini. Lo bener, ketika kita jatuh cinta semua yang lo pikirin baik buruk tentang dia sirna gitu aja. Gue akan jujur secepatnya."
"Serius lo?" Manu bertanya antusias.
Sona langsung blushing, pipinya yang bening terlihat merona.
"Ah gue gak bisa bayangin kalian pacaran di depan gue. Ini antara bahagia atau malah geli." Manu terkekeh.
"Lo gak bakal liat itu." Ucapan Sona menghentikan proses tertawa Manu.
"Apa lo bilang?"
"Ah nggak. Gue bilang, gue gak selebay apa yang lo bayangin, dih jijik ah."
Playlist : Lee Hi - Breathe
VOMENT GEISSS THX❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SONA
Fiksi RemajaCinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sudah diartikan layaknya keluarga. Namun, persahabatan yang mereka jalin dengan baik malah terpecah b...