Di sisi lain, Elsa mulai berjalan santai menuju taman bersamaan Agam di sampingnya. Mereka terduduk di kursi taman dengan santai.
"Gangguan jiwa?" Pertanyaan Elsa membuat Agam menoleh padanya dengan senyum.
"Ya! Gangguan jiwa. Kenapa emang?"
"Kenapa lo belain gue?" Elsa menunduk canggung. Ia bahkan tak menyangka jika hari itu Agam tak membongkar kelakuannya terhadap Sona.
"Gue? Belain lo? Lo gila?" Agam nenghela napasnya datar.
"Ya pokoknya, kenapa lo gak bilang bahwa gue orang dibalik semua kejadian Sona?"
"Emmm karena apa ya? Menurut gue, gak ada kejahatan yang bisa ditutupin. Siapapun yang paham, pasti mereka tau siapa tersangka sebenarnya."
"Apa maksud lo?"
"Gak ada kejahatan yang selamanya akan bisa bertahan mulus. Jika lo lawan kejahatan dengan kejahatan, apa yang lo dapet? Kepuasan? Dendam lo akan terbalas cuma sepersekian detik." Ucapan Agam sedikit membuka pikiran Elsa kala itu.
"Gue emang benci sama lo. Tapi bukan berarti gue akan ngancurin masa depan seseorang hanya karena kebencian. Gue tau lo bukan tipe orang yang mudah mengatakan terima kasih. Maka dari itu, gue jelasin semuanya biar lo ngerti. Lo gak usah berterima kasih sama gue kali ini. Cukup lo hentikan kekonyolan lo ke Sona, itu udah cukup buat gue. Gue cabut." Agam melangkah meninggalkan Elsa yang terdiam tertunduk di kursi taman. Perkataan Agam kali itu mudah saja untuk membungkam mulut Elsa yang biasanya akan selalu melawan setiap perkataan orang lain.
Motor terparkir di rumah kontrakan Sona. Sona turun dari motor Manu. Manu terduduk di kursi bawah pohon dekat rumah kontrakan Sona. Ia menatap sekeliling, terdapat banyak pohon yang menjulang tinggi. Sona keluar membawakan Manu segelas air dingin.
"Gue kan bukan tamu." Manu tersenyum tipis depan Sona.
"Gue tau lo haus kan? Ini masih seger banget loh."
Sona ikut terduduk di samping Manu yang tangannya sibuk memainkan kunci motor.
"Man?"
Manu menoleh ketika Sona memanggilnya.
"Ada apa?"
"Ceritain tentang Elsa. Juga, kenapa Agam tiba-tiba mau bicara sama Elsa. Apa ada sesuatu yang kalian tau, tapi cuma gue yang gak tau?" Pertanyaan Sona membuat Manu tertunduk datar.
Alhasil, Manu menceritakan semuanya dari awal mula Sona terkunci di dalam gudang.
"Keterlaluan Elsa!" Sona mendengus kesal. Ia sudah tak tahan dengan perlakuan Elsa yang selalu saja membencinya, padahal Sona tak pernah sekalipun berniat jahat padanya.
"Soal Agam bertekuk lutut, kayaknya Sona gak harus tau. Yang ada nanti dia malah benci sama Agam," batin Manu menatap penuh wajah Sona dengan cemas.
"Kenapa Agam selalu berusaha jadi pahlawan buat gue Man? Padahal kan, gue bisa sendiri nyelesain apapun masalah yang nimpa gue," ucap Sona seraya melamun.
"Apa yang lo rasain sekarang?"
Sona menoleh sadar setelah Manu bertanya aneh padanya. Ia menatap Manu pekat dengan kebingungan.
"Emm, maksud gue apa yang lo rasain ketika Elsa berusaha bikin masalah sama lo terus?" Lo gak capek? Kalau gue jadi lo, gue bakal labrak si Elsa." Manu terkekeh halus.
"Heh, kenapa lo lebay banget sih? Cowok itu pikirannya cetek yah?"
"Enak aja, emangnya gue sawah engkong lo cetek. Gue gak tahan aja sama sikap Elsa."

KAMU SEDANG MEMBACA
SONA
Novela JuvenilCinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sudah diartikan layaknya keluarga. Namun, persahabatan yang mereka jalin dengan baik malah terpecah b...