Mereka sampai di taman belakang sekolah, terlihat sepi hanya ada beberapa siswa-siswi berlalu-lalang.
"Mau bicara apa lo sama gue?"
"Son, soal tadi .... "
"Tadi apa?"
"Gue minta maaf soal Elsa." Elang gugup.
"Elsa? Apa hubungannya sama gue? Mau lo sama siapapun apa hubungannya sama gue?" Pertanyaan Sona membuat Elang terdiam.
"Udah, kalau gak ada hal penting mending gue pergi." Belum sempat Sona melangkah, Elang menarik lengannya dan memeluk Sona sejadi-jadinya. Hal itu membuat Sona melotot kaget. Bel masuk sudah berdering namun mereka malah melakukan drama di taman.
"Gak bisa, gue gak bisa buat lo pergi. Gue emang gak tau perasaan lo gimana ke gue, tapi akhir-akhir ini gue selalu bingung. Lo selalu ada dipikiran gue," bisik Elang membuat Sona melotot kaget, jantungnya berdekup kencang. Sona melepaskan pelukan Elang padanya, ia terlihat begitu emosi.
"Brengsek!"
"GUE SUKA SAMA LO SON!" tegas Elang membuat Sona menghentikan langkahnya.
Sona melarikan diri, masuk ke kelas yang sudah ramai dengan siswa-siswi.
"Dari mana lo? Untung aja guru belom masuk," ucap Manu.Wajah Sona terlihat memerah, Agam tentunya sudah merasa tidak enak dengan keadaan Sona yang aneh akhir-akhir ini. Bersamaan dengan guru, Elang masuk dengan tenang membuat Sona mengalihkan pandangannya.
Mereka pulang bersama, baik Agam maupun Manu terlihat canggung dengan tingkah Sona yang terdiam. Sepanjang jalan mereka melangkah tak ada canda maupun tawa yang biasa mereka lakukan.
"Son, ada masalah?" Agam cemas melihat Sona yang memang terlihat keras memikirkan sesuatu.
"Sona, kenapa lo jadi alim begini? Tumben, ada masalah sama Papa lo?" Pertanyaan Manu membuat Agam terlihat cemas.
"Nggak kok, biasa aja gue."
Di pertengahan jalan, Sona terus berpikir keras, hatinya menghentikan langkahnya di depan Agam dan Manu.
"Guys!" Sona terlihat gugup.
"Kenapa Son?" Manu heran.
"Gue .... gue .... gue suka sama Elang!" Perkataan Sona membuat Agam maupun Manu melotot kaget.
"APA? Lo suka sama Elang? Kok bisa?" Manu sangat terkejut saat itu.
"Son, sejak kapan?" tanya Agam heran.
"Gue gak tau, pokoknya setiap deket dia gue ngerasa seneng aja."
"Tapi lo gak tau Elang orang kayak gimana. Dia anak baru, kita belum kenal lama dia." Agam terlihat aneh sendiri bagi Manu. Padahal, awalnya Agam tak peduli Sona mau meyukai siapapun.
"Atau jangan-jangan Elang yang nembak lo? Kenapa harus Elang? Masih banyak cowok lain yang terlihat lebih baik dari Elang Son. Gue ngerasa ada hal lain dari Elang yang kita gak tau!" Mendengar cercaan kedua sahabatnya, Sona merasa emosi sejenak.
"Udah cukup, cukup, cukup. Kalian ... kenapa sih kalian gak mau liat gue bahagia? Gue suka sama seseorang, gue bahagia, kalian gak suka? Hah?"
"Son, bukan maksud kami buat ..."
"Agam, lo yang paling ngerti gue dari Manu, apa lo ikut-ikutan pikiran Manu yang negatif itu?"
"Son, pikiran gue gak negatif!" Manu menimpalinya jengkel.
"Gue gak ngerti lagi, persahabatan yang gue jalanin ternyata gak bisa support kebahagiaan gue, kalian gak pernah ngerasain rasanya jatuh cinta. Maafin gue, karena gue gak mau dibilang cewek gak normal, gue berhak jatuh cinta, gue berhak dicintai, gue cabut!" Sona melangkah berlari meninggalkan mereka.
"Son!" Manu hendak mengejar Sona namun Agam menghentikan niatnya.
Mereka terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi pada Sona. Sona telah salah paham pada ucapan mereka. Sona tidak tahu bahwa mereka khawatir dengan Sona bukan melarangnya untuk jatuh cinta pada siapapun.
"Gue udah duga." Manu terheran.
"Bener kata Sona, ia berhak jatuh cinta, juga dicintai. Kita gak berhak ikut campur apapun urusan perasaannya Man." Agam terlihat bijak, namun sepertinya ia terlihat begitu terkejut prihal Sona yang menyukai siswa pindahan itu.
"Gam, jadi lo setuju kalau Sona pacaran sama Elang?"
"Gue kan bilang, gue maupun lo gak ada hak buat larang Sona. Gue yakin Elang serius sama Sona."
"Gam lo serius? Gue ikutin apapun yang lo omong, asalkan Sona bisa dapetin yang terbaik." Manu menatap dalam Agam yang tatapan selalu tertuju ke dasar tanah.
"Liat mata gue Gam? Gue maupun lo, kita sama-sama belum siap ditinggal Sona kan?"
Agam mulai menatap Manu.
"Gue gak kesel Sona mau jatuh cinta sama siapapun, gue cuma takut." Agam lantas pergi meninggalkan Manu.
"Takut? Takut apa maksud lo?" Pertanyaan Manu tak terjawabkan oleh Agam yang sudah menjauh darinya.
Voment ges, thx💙

KAMU SEDANG MEMBACA
SONA
Roman pour AdolescentsCinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sudah diartikan layaknya keluarga. Namun, persahabatan yang mereka jalin dengan baik malah terpecah b...