Disamping itu, Agam mengejar ke mana arah Sona pergi. Sona terduduk di kursi taman setelah ia berjalan dengan santainya dari kantin.
"Kenapa sama lo Son? Lo gak harus kayak gini." Sona bergumam aneh pada dirinya. Ia serasa aneh ketika melihat Elsa yang begitu akrab dengan sahabatnya sendiri.
Agam ikut terduduk mengejutkan Sona.
"Agam! Ngapain lo di sini?"
"Emang di sini tempat engkong lo?"
"Bukannya tadi lo lagi ngobrol sama Elsa? Gue liat kalian akrab banget." Sona sedikit canggung untuk berbicara tentang Elsa dengan Agam.
"Kenapa? Emang gue gak boleh ngobrol sama Elsa? Elsa juga kan manusia." Agam tersenyum tipis seraya memperhatikan wajah Sona yang aneh sedari tadi.
"Kenapa? Lo gak suka gue deket Elsa?" Agam terkekeh membuat Sona mengernyitkan dahinya.
"Ih siapa yang gak suka. Lo mau deket sama siapapun, bukan urusan gue. Btw, makasih karena waktu itu." Sona berucap canggung, padahal Agam bukanlah orang asing.
"Kenapa? Gue rasa itu udah kewajiban gue." Ucapan Agam membuat Sona menoleh cepat padanya.
"Maksud gue. Kewajiban seorang sahabat yang emang harus saling membantu kan?" Agam tertunduk datar seraya berbicara hal itu depan Sona. Mata Sona memencar ke sekitar, lagi-lagi dirinya selalu merasa tidak nyaman di detik-detik bersama Agam.
"Gimana sama Agung?"
"Kenapa lo malah bicarain Abang gue?"
"Emang gak boleh? Gue kan cuma nanya."
Agam terkekeh seraya masih tertunduk memainkan sebuah daun di tangannya.
"Agung? Gue udah biasa aja sama Agung."
"Emm enak ya punya kakak, bisa berantem, bisa seru-seruan."
"Heh, lo kira Abang gue itu biang lala, kok seru? Berantem, seru?"
"Ya menurut gue sih gitu. Tapi gak enak sih kalau harus terus berbagi."
"Pelit lo. Nanti kepala lo gede."
Sona melotot menatap Agam.
"Apa lo bilang?"
"Pe ... lit!" Agam mendekatkan wajahnya pada Sona, segera ia berlari meninggalkan Sona yang jengkel.
"Heh, Agam. Jangan bilang kepala gue gede. Dasar Alien." Sona berteriak menyusul Agam ke kelas.
Hari menjelang sore. Mereka pulang ke rumah masing-masing. Baik Sona maupun Agam berjalan bersama. Manu datang menghampiri mereka.
"Man. Dari mana lo?"
"UKS."
"Apa? Lo sakit?" tanya Sona.
"Nggak, tadi Tiara bantu gue mindahin kursi, dia malah jatuh, lututnya ke pentok kursi jadi memar. Gue bawa deh ke UKS."
Sona kaget.
"Kenapa gak bilang? Di mana dia sekarang?"
Terlihat Tiara berjalan pincang menghampiri mereka.
"Tia? Lo gak apa-apa?" Sona merangkul Tiara.
"Kenapa lo gak bantu Tia Man?" tanya Agam.
"Ya dia bilang dia mau dijemput sama supirnya."
"Seengganya lo harus ngertiin, dia cewek kakinya lagi sakit."
Manu tertunduk ketika Agam berucap.
"Gue gak apa-apa kok. Santai aja."
"Pulang sama siapa? Mau bareng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SONA
Teen FictionCinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sudah diartikan layaknya keluarga. Namun, persahabatan yang mereka jalin dengan baik malah terpecah b...