13. Masalah Bertubi

366 32 0
                                        

Note : Budayakan Vote before/after read

Tingkat kecerahan cuaca hari itu tak secerah wajah Sona yang fokus melangkah menuju kelasnya. Elang menghadang, beberapa kali Sona mengelak. Elang menarik paksa tangan Sona untuk menuju taman sekolah. Bel berbunyi namun tak diindahkan oleh mereka. Sungguh, cinta itu membuat semua hal menjadi musim kedua.

"Gue minta maaf Son!"

"Buat apa?"

"Aku ingkar janji." Perkataan Elang bisa dimaklumi oleh Sona, ia merasa bahwa Elang sudah mengakui kesalahannya.

"Terus?"

"Kamu pulang sama siapa?"

"Agam."

"Kenapa sama dia?"

"Apa yang salah sama dia? Dia sahabat aku! Lagi pula mana ada cowok yang betah ninggalin cewek sendirian." Ucapan Sona sedikit menampar Elang.

"Iya aku minta maaf, sebagai permintaan maaf aku akan terus berdiri di sini seharian, aku gak mau masuk, gak mau belajar, gak mau pulang."

Dahi Sona mengernyit melihat tingkah kekanakan Elang.

"Terserah, aku mau ke kelas."

"Sooooonnn." Elang memanggil dengan puppy eyesnya.

"Cepet! Sekarang pelajaran killer, lo bisa dapet hukuman lebih dari ini."

Mereka melangkah ke kelas bersama, Agam melihat peristiwa itu. Ia dengan Elang saling menatap tajam membuat Manu penasaran.

"Kenapa lo Gam?"

"Gue gak bisa biarin ini terus," gumam Agam membuat Manu semakin heran.

"Biarin apaan?"

Agam tersadar.

"Eh nggak, gue lagi kesel aja sama Agung."

Jam istirahat berbunyi, Sona pergi lebih dulu dengan Tiara. Elang tertinggal di kelas saat itu, dengan segera Agam menghampirinya.

"Makasih!" Ucapan Elang begitu datar.

"Sering-sering ninggalin Sona sendirian, biar dia gak terjerumus terus sama omongan lo yang gak bisa dipegang!"

"Apa maksud lo?" Elang berdiri menatap tajam Agam membuat Manu melotot kaget.

"Gam, ngapa lo?" Agam lantas pergi menanggalkan jejaknya, hembusan emosi Elang begitu terdengar jelas, hidungnya hampir saja memerah karena kesal.

Disamping itu, Agam malah bolos karena mendadak dapat panggilan orang tuanya bahwa Agung sedang berurusan dengan polisi.

"Biarin aja dia di penjara Ma, Agam gak akan pergi ke sana."

Wajah Agam terlihat cemas namun dia begitu emosi mendengarnya.

"Agam, dia juga kakak kandungmu, kalian berasal dari satu Papah yang sama."

"Tapi dia bertindak layaknya bukan saudara Ma sama Agam."

"Perusahaan Papa bermasalah. Papa kamu gak bisa nemenin Agung sekarang, Mama mohon."

Agam pergi ke kantor polisi bersamaan dengan Mamanya yang siap membayar denda atas kelakuan Agung.

"Ngapain lo ke sini?" Pertanyaan Agung sungguh sinis.

"Gua udah baik mau nemenin Mama bebasin lo, harusnya orang macem lo emang pantes di penjara, kalau bukan karena Mama, gak sudi gua nginjek kaki ke sini!"

SONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang