Playlist : iKON - Apology
Agam terlihat melamun di taman tempat ia menemui Sona sebelum Sona benar-benar pergi dari kehidupannya. Agam sebenarnya ingin menjalani sesi interview untuk kedua kali di perusahaan berbeda namun semua itu harus ia tinggalkan mengikuti perasaannya yang begitu tidak baik semenjak kepergian Sona.
"Kenapa lo harus bohong Son? Kalau lo minta bantuan, gue siap bantu. Kalau lo butuh masukan, gue bisa bantu. Bahkan kalau lo butuh apapun, gue akan selalu terdepan buat lo. Tapi kenapa lo malah pergi? Lo ninggalin perasaan yang belum gue jawab. Son, lo tau kan rasa sakitnya itu kayak gimana." Agam bergumam sendu, matanya menatap kosong ke depan.
Manu dan Tiara yang bersembunyi di balik pohon mendengar semua perkataan Agam. Agam terlihat prustasi namun ia masih bisa menjalani kehidupannya dengan baik.
"Gimana ini Man? Sona mungkin udah sampe ke Finland. Nomornya belum aktif semenjak ia pergi. Semua medsos juga dia gak aktif udah dari satu bulan lalu. Kenapa Sona bikin keputusan secepat ini Man?" Tiara terdengar cemas.Manu sendiri mulai terdiam, ia bahkan ingat ketika Sona mengajaknya untuk jalan-jalan dan menghabiskan waktu berdua dengannya. Sona memberikan album foto mereka yang sebelumnya ia simpan. Manu tak menyadari bahwa semua itu hanyalah alihan dari Sona untuk bisa melakukan semuanya.
"Bodoh. Lo bodoh Man. Sona ngasih album foto ke lo itu sebenarnya dia mau pergi. Bahkan gue gak pernah tau kapan dia akan kembali," ucap Manu disela ia masih terfokus menatap Agam di ujung sana yang terduduk. Tiara mengusap perlahan pundak Manu. Ia menenangkan Manu yang sedari tadi memang bukan hanya dia yang merasa kehilangan.
Agam terlihat membereskan suatu berkas ke dalam tasnya di kamar.
"Agam, kamu mau ke mana nak?" tanya Bu Nuri.
"Agam mau lamar kerja Ma. Agam berangkat dulu, bilang sama Papa ya." Agam mencium punggung tangan Mamanya. Ia berjalan di pertengahan kota Bandung. Agam membuka sebuah website dan terduduk di taman kota.
"Kampus ini aja."
Agam berjalan memasuki kawasan kampus negeri yang bangunannya terlihat begitu mewah dan kokoh. Diam-diam, ia mendaftarkan dirinya untuk bisa kuliah walaupun sebenarnya, Mamanya sendiri mau memasukkannya ke Universitas mahal dan bergengsi. Di sana, Agam tak ketinggalan untuk mencari kerja paruh waktu untuk membayar semua keperluannya selama kuliah.
Sementara, Finlandia sedang mengalami musim dingin. Salju berterbangan di semua penjuru. Gadis berambut panjang terlihat melintasi jalan menuju sebuah apartemen di sebuah kota di Finland.
"Tante, aku pulang." Sona menbuka pintu apart, menaruh tasnya di sofa dan mulai ke dapur untuk menuangkan secangkir teh hangat untuk ia minum menghangatkan tubuhnya.
"Gimana kuliahnya Son?" tanya tante Irish.
"Lancar aja. Setengah semester Sona jalanin dengan kesenangan kok tante."
"Syukurlah. Eh iya, Mama kamu tadi mau video call, tante bilang kamu masih ada perkuliahan. Coba kamu telepon lagi."
Sona segera berlari ke kamarnya dan membuka sebuah Ipad yang tertera foto Mamanya di sana. Telepon tersambung. Sona sungguh merindukan sosok ibu disaat ia benar-benar menjalani kehidupannya dengan begitu banyak lika-liku. Matanya berkaca setelah melihat wajah Mamanya di monitor.
"Mama!"
"Sona. Anak Mama. Ya ampun nak, Mama kangen banget sama kamu."
Tangisan Bu Sima membuat Sona tak bisa membendung air matanya lagi.
"Mama jangan nangis, Sona juga kangen Mama. Sona gak mau nangis lagi Ma. Serius, Sona kangen banget Ma."
"Nak. Gimana kamu? Sehat? Makan apa aja? Jangan makan es terlalu sering. Jangan makan pedas terlalu banyak. Mama denger di sana musim dingin. Pake mantel kalau keluar nak."
Ya, ocehan itulah yang membuat Sona semakin merindukan sosoknya."Mama. Sona gak apa-apa berkat do'a Mama. Mama jaga kesehatan dan jangan lupa kontrol kesehatan lebih sering."
"Mama mau ngasih kejutan buat kamu." Monitor Bu Sima sedikit bergoyang. Ia lalu menampakkan sebuah wajah yang mengejutkan Sona.
"Papa?" Sona kaget, ia begitu terharu melihat wajah Pak Aryan.
"Sona. Papa udah bebas nak. Papa kangen banget sama kamu nak."
Sona menangis di depan monitor Ipadnya.
"Nak. Jangan cemasin kami di sini. Kamu harus jaga diri kamu lebih baik Nak. Kuliah yang benar. Makan yang teratur dan ingat pesan Papa. Jangan pernah meninggalkan masalah yang belum kamu selesaikan. Papa akan mulai semuanya dari nol dan menjadi orang yang lebih baik, buat kamu dan keluarga kita. Jaga diri baik-baik ya. Kami sayang kamu."
Video call berakhir. Air mata Sona mengalir. Perkataan sang Papa malah mengingatkannya pada sosok Agam. Nomornya masih menghiasi Ipad Sona. Ia tak berani untuk menghubungi Agam karena memang merasa bersalah telah pergi dengan masalah yang belum diselesaikan.
"Agam. Manu. Tiara. Gue kangen banget sama kalian."
Sona melingkari kalendernya setiap saat di tahun 2015. Setiap event ia lingkari termasuk ulang tahun Agam. Sona selalu merayakannya sendiri setiap hari itu datang.
VOMENT GESS.
I WUV U
KAMU SEDANG MEMBACA
SONA
Novela JuvenilCinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sudah diartikan layaknya keluarga. Namun, persahabatan yang mereka jalin dengan baik malah terpecah b...