Di sisi lain, sebuah kehidupan mewah terlihat. Seorang gadis yang tengah berpikir keras sembari tersenyum aneh.
"Elang, Ayahnya kolega bokap gue? Kok bisa? Dia udah ngenal gue? Kok bisa? Jangan-jangan Papa udah cerita banyak tentang gue. Kenapa gue jadi penasaran sama Elang? Orangnya kayaknya asik juga, friendly lagi," gumam Elsa tengah berpikiran tentang Elang.
Hari itu seluruh sekolah mengetahui tentang jalinan kasih Sona juga Elang. Beberapa orang tak menyangka bahwa Sona si cewek tomboy bisa menyukai seseorang.
"Ada apa sih ribut-ribut?" Elsa bergumam jengkel.
"Sa! Sa!" Lili datang dengan napas terengah.
"Ngapa lo? Pokoknya cuci muka lo yang berkeringat itu, gue gak suka liatnya."
"Saaaa, lo gak tau?"
"Tau apa?"
"Seantero Mandala juga tau kalau Elang pacaran sama si Sona!" Ucapan Lili membuat Elsa melotot kaget.
"Geng, udah tau kan gosip hari ini?" Rose menghampiri mereka. Mata Elsa mulai memerah, dirinya melotot tajam mendengar perkataan Lili maupun Rose.
"Sa, lo telat dapetin anak kolega Papa lo itu. Lagi, kenapa si Sona yang tiba-tiba deket aja sama si Elang, heran gue." Rose bergumam heran.
"Cabut!" Elsa melangkah dengan kekesalan.
Agam maupun Manu, terlihat begitu bosan mendengar informasi yang menyebar begitu mudahnya yang melibatkan Sona.
"Cie, cie, cie ..." Terdengar sorakan siswa-siswi yang meledek Sona datang bersamaan dengan Elang.
"Man, Gam. Lo gak arak temen lo itu. Sekarang dia punya pacar, kalian gak bisa buntutin dia lagi. Bener gak cuy? Ahahaha." Salah satu siswa lagi-lagi mengejek mereka berdua.
"Heh! Apa-apaan si lo pada?" Sona teriak jengkel.
Baik Agam maupun Manu terlihat tidak begitu nyaman saat Sona yang setiap kali belajar bersama dengan mereka, makan dengan mereka, juga membuat keributan dengan mereka, sekarang harus melakukan itu hanya dengan Elang kekasihnya.
"Son, makan yuk?" ajak Manu.
"Maaf Man, Elang ngajak gue makan di cafe sana tuh. Kalian mau ikut?"
"Gak apa-apa ikut aja." Elang menawari mereka tanpa segan.
"Oh, kalian duluan aja. Gue mau ke kantin belakang sama Manu. Cabut Man," ucap Agam menarik paksa Manu untuk pergi.
Di kantin, mereka mengawali perbincangan. Manu tengah menghisap sepuntung rokoknya diam-diam, mereka ke kantin belakang untuk menghindari teguran guru.
"Gam, lo aneh gak sih? Sona berubah!" Manu terus menghisap rokoknya dengan begitu asik.
Agam mengambil paksa rokok di tangan Manu.
"Man, lo gak biasa ngerokok. Hargain ibu lo yang lagi sakit."
"Sorry Gam, gue lagi kesel sama Elang, mukanya ngejek kita banget." Manu mendengus kecewa.
"Emang lo gak curiga sama si Elang? Gue ngerasa ada yang aneh sama dia, tiba-tiba dia nembak Sona, waktunya juga gak lama setelah dia kenal Sona."
"Lo gak harus ngomong kayak gitu."
"Gam, gue lebih tau lo dari siapapun, gue yakin lo juga pasti gak terima sama sikap Sona kan? Malahan lo yang gue rasa gak pernah terima Sona pacaran sama Elang, iya kan?"
"MAN!" bentakan Agam membuat Manu tertunduk kesal.
"Cukup Man, cukup. Lo suka Sona? Lo cemburu? Kenapa lo ngomong begitu?"
"Gue suka Sona sebagai sahabat gue, gue udah anggap Sona sebagai saudara gue. Lo selalu bersikap bijak tapi gue tau lo yang paling gak terima ini semua!" Manu meninggalkan Agam, mereka tak sengaja perang kata hanya karena persoalan Sona.
Persahabatan mereka sedikit merenggang beberapa hari ini, hanya karena perbedaan pendapat Manu antara Agam.
"Man?" Sona mendekati Manu yang tengah duduk bersama dengan Teguh tanpa adanya Agam di penglihatan Sona.
"Kenapa Son?"
"Gue gak liat Agam, di mana dia? Dia gak masuk?" Mata Sona memencar.
"Gak tau gue," jawab Manu sedikit sinis.
"Man, lo marah sama gue?" tanya Sona.
Teguh lantas berbisik pada Sona perihal sikap Manu.
"Manu, gue denger perang kata sama Agam," bisik Teguh.
Sona menarik tangan Manu paksa untuk keluar kelas meminta penjelasan Manu.
"Man, kenapa lo bertengkar sama Agam? Kalian gak pernah kayak gini."
"Gue gak apa-apa sama Agam."
"Apa karena gue, kalian jadi begini?" tanya Sona dengan mata sendunya.
Elang datang memecah pembicaraan mereka.
"Pacar lo dateng tuh!" Manu melirik sinis Elang yang datang.
"Hei, kalian ngapain?"
"Son, gue duluan." Manu melangkah menuju kelas.
"Liat apa yang aku bawa buat kamu?" Elang menyodorkan Es Krim pada Sona.
"Wah, ya ampun! Kenapa kamu selalu tau mood aku sih?" Sona telihat girang.
Voment, terima kasih :)

KAMU SEDANG MEMBACA
SONA
JugendliteraturCinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sudah diartikan layaknya keluarga. Namun, persahabatan yang mereka jalin dengan baik malah terpecah b...