Malam hari datang. Manu sedang duduk di salah satu cafe bersama Tiara.
"Apa yang mau lo omongin?" Manu bertanya datar, wajahnya terlihat sangat tidak baik kala itu.
"Man, lo sakit?"
"Kenapa?"
"Wajah lo pucat. Lo gak apa-apa?"
Manu menggeleng pelan.
"Kayaknya gue gak harus bicara tentang Sona saat ini ke Manu. Manu kayaknya lagi gak baik deh," batin Tiara yang matanya memencar ke segala arah.
"Apa yang mau lo omongin Ra?"
Tiara sadar dari lamunannya.
"Eh, gue mau ngomong soal ... soal latihan tenis. Gue besok ada jadwal tanding lawan SMA Garuda. Gue mau belajar tehnik malam ini sama lo."
"Bukannya lo forum musik?"
"Hehe. Gue ambil 2 eskul dari awal."
"Kenapa lo gak bilang dari awal?"
"Gue bilang juga lo gak sadar kalau gue pun pakai seragam yang sama saat kalian eskul."
Manu mengerutkan alisnya. Ia bahkan tak pernah menganggap Tiara ada di lapangan itu, walaupun Sona sering sekali bersamanya.
"Gue gak ada waktu besok. Pertandingan sebentar lagi. Gimana dong?"
"Tiara, lo gila. Lapangan udah sepi sekarang, lo mau dibilang macem-macem sama satpam?"
"Please! Gue udah bilang kok sama satpamnya."
Manu dan Tiara berlatih di lapangan tenis sewaan. Beberapa pukulan melelahkan mereka. Mereka terduduk di dasar lapangan.
"Maaf, repotin lo." Tiara menyodorkan sebotol minuman isotonik pada Manu.
"Tangan lo harus kuat lebih dari tadi. Lo bakalan kalah duluan kalau pukulan lo terus kayak gitu. Lo boleh minta dikasih tau tekniknya sama Sona." Manu mengatur napasnya dalam, ia terlihat terengah-engah.
"Belum apa-apa lo do'ain gue yang buruk-buruk." Tiara mengerucutkan mulutnya.
"Lagi, siapa yang mau ikut pertandingan disaat menjelang UN begini?"
Beberapa menit mereka menenggak beberapa minuman, Manu mengambil raket tenisnya. Ia memakai mesin pelontar bola untuk menimpalinya bermain. Tiara melihat ada sesuatu yang mengganjal dari apa yang dilakukan Manu. Manu sangat keras berlatih membuat Tiara kebingungan. Ia sudah terlihat kelelahan namun Tiara merasa Manu memaksakannya.
"Man, berhenti Man. Man! Ada apa sama lo?" Tiara berteriak.
Manu terus memukul bola yang terus keluar dari mesin. Tiara semakin panik sekaligus cemas melihat Manu. Matanya terfokus menatap bola ditambah adanya beberapa genangan air mata yang membuat Tiara keheranan.
"Man!" Tiara berlari menghentikan mesin pelontar bola tenis yang terus aktif menembak bola ke arah Manu. Sampai pada Manu terlihat kelelahan, satu bola menimpah kepalanya hingga ia terjatuh.
"Man, ada apa sama lo?" Tiara cemas.
Ia membawa Manu menepi ke pinggir lapangan. Manu terlihat memangis kelelahan, napasnya terengah-engah tanpa jeda. Badan atletisnya berkeringat begitu banyak.
"Lap keringat lo!" Tiara menyodorkan handuk kecil pada Manu.
"Kenapa harus kayak gini?" Manu bergumam membuat bingung Tiara.
"Hah?" Tiara kebingungan, ia merasa bahwa Manu memang sedang memiliki masalah saat itu.
"Kenapa jalannya harus kayak gini? Gue suka sama dia tapi kita punya ikatan berbeda. Dan sekarang, semua hancur karena Agam. Kenapa harus Agam orangnya? Kenapa? Gue udah tahan semua ini demi persahabatan kita, tapi Agam ngancurin semuanya." Ucapan Manu tak sadar karena kelelahan membuat Tiara melotot. Tiara tahu maksud perkataan Manu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONA
Подростковая литератураCinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka sudah diartikan layaknya keluarga. Namun, persahabatan yang mereka jalin dengan baik malah terpecah b...