18. Anak koruptor?

349 25 0
                                    

Matahari terpancar, sedang asyik makan bersama Agam dan Manu, Sona mendapati ponselnya berdering. Saat itu weekend menjadi hari yang membuat mereka bisa berkumpul bersama lagi setelah berbagai peristiwa menghapus kebiasaan mereka beberapa saat.

"Pasti Elang!" Ia bergumam girang, disaksikan Manu juga Agam yang terlihat kaku menatapnya tersenyum.

"Elang mulu." Sesekali Manu menyindirnya halus.

Beberapa detik Sona mengangkat, matanya melebar, tangannya bergetar membuat Manu dan Agam ikut heran.
"Son? Ada apa?"

Mata Sona mulai berkaca-kaca. Ia segera pergi berlari menuju jalan raya. Ia menghentikan sebuah taksi membuat para temannya keheranan. Agam dan Manu mengejarnya dengan motor.

"Cepet Gam, perasaan gue gak enak." Manu membonceng di belakang Agam, sementara Agam mulai tancap gas mengikuti taksi yang Sona naiki.

Sampai pada rumah Sona setelah Agam mengikuti taksi yang Sona naiki. Mereka terheran bukan kepalang karena Sona yang tiba-tiba pulang. Terlihat banyak kendaraan mobil parkir di depan rumahnya, termasuk mobil polisi. Agam dan Manu terheran melihat pemandangan aneh itu.

"Gam? Ada apa di rumah Sona? Kok rame? Ada mobil polisi juga."

Mereka segera turun untuk mengintip apapun yang terjadi di sana. Belum sempat mereka melangkah menuju halaman depan rumah Sona, terlihat Sona menangis terisak menahan Papa-nya yang ringkus oleh beberapa satuan kepolisian.

"Om Aryan?" Agam melihatnya aneh.

"Pak saya mohon pak, jangan bawa Papa saya, Papa saya gak salah. Saya mohon Pak!"

Sona menangis menahan lengan Papa-nya yang tertunduk sendu, malu juga bersalah di depan sang anak. Sementara Bu Sima terus menangis menjelaskan pada polisi untuk tidak membawa suaminya itu secara paksa dan tiba-tiba seperti itu.

"Maaf Bu, kami sudah mendapat laporan dan bukti kuat untuk perkara kasus korupsi juga peyelundupan bahan baku ilegal yang melibatkan Pak Aryan." Ucapan polisi membuat Manu juga Agam saling menoleh kaget.

"Kenapa? Kenapa kamu ngelakuin ini semua? Kenapa kamu mengkhianati kita Kang?"

Pak Aryan tertunduk tanpa menjawab.

"Perkara kasus menghindari pajak, kami juga akan menindak lanjuti bersama pihak yang bersangkutan. Kami membawa Pak Aryan untuk dimintai keterangan lebih lanjut." Polisi itu memasukkan Pak Aryan ke dalam sebuah mobil yang sirinenya mulai dibunyikan.

Para tetangganya melihat peristiwa itu. Mereka menyeringai, menggosip tentang Pak Aryan yang tertangkap karena kasus korupsi di perusahaan dan beberapa kasus yang menyeret namanya.

Mobil para polisi itu telah pergi membawa Pak Aryan, Bu Sima hanya bisa menenangkan puterinya kala Sona mulai terkapar jatuh dengan menangis hebat. Manu dan Agam segera menghampiri mereka.

"Son!"

Sona semakin mengeraskan tangisnya. Ia pergi masuk kamar dan mengunci pintunya dengan rapat.

"Tante yang sabar ya." Mereka mulai menenangkan Bu Sima.

Sejak saat itu Sona selalu melamun. Ia berbeda dari biasanya. Dengan Elang pun sudah tak berkabar lagi. Saat ia merasa membutuhkan seseorang, Elang pergi entah ke mana. Sona mulai pergi ke sekolah dengan tenang. Malu? Walaupun itu yang ia rasa, Sona adalah gadis kuat, ia tak mau masalahnya terbawa dalam hal pendidikannya.

Agam dan Manu mengawal Sona untuk menuju kelas. Sona terus tertunduk menghindari penglihatan para siswa SMA Mandala. Tiba-tiba datang Elsa dan para selirnya menghentikan langkah mereka.

SONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang