40. The Last Love (ENDING)

714 28 2
                                    

Semua berjalan dengan semestinya. Kedua orang berjalan berdampingan dengan sebuah stroller bayi yang mereka dorong bersamaan.

"Anak Papi kepanasan yah? Uluh uluh."

Ya, setahun setelah menikah, Manu dan Tiara di karuniai seorang anak laki-laki yang baru beberapa bulan lahir ke dunia. Tiara terus tersenyum, melihat suaminya begitu bahagia.

"Manu?"

"Yah?" Manu berdiri setelah mengelus pipi puteranya.

"I love u."

Manu terkekeh mendengar ucapan Tiara.

"I love u too." Mereka melangkah kembali bersama.

Sementara, di sebuah meja terlihat beberapa berkas bertebaran.

"Pak Agam. Maaf, ini jadwal bapak hari ini."

Agam menatap lama monitor Ipad yang diserahkan padanya.

"Kosong?"

"Bapak bisa istirahat ataupun pulang cepat hari ini."

Ya, Agam menjadi seorang CEO perusahaan cabang sang Papa dan Agung, ia menikah dan sekarang pergi ke Hongkong untuk membangun bisnis, memperbesar jangkauan group perusahaan sang Papa. Sungguh, semuanya telah berubah menjadi lebih baik. Agung yang dulu pemabuk, orang yang brutal atau orang yang memukul bisa berubah menjadi lebih baik berkat sang adik yang tak pernah membencinya walaupun ia sudah begitu jahat padanya. Semangat dan hidup positif Agam lah yang membuat Agung berubah.

"Jadwal kosong. Main ke rumah Manu ah."

Agam segera memasuki mobilnya setelah keluar dari perusahaan dengan gagah. Sampai di sana, Agam terlihat duduk di sofa dengan mengangkat kakinya yang masih menggunakan pantofel berwarna hitam.

"Buka! Buka gak sepatu lo! Gue punya anak sekarang, jaga kebersihan lo. Satu lagi, jangan ngeroko!"

"Anjir. Jadi Bapak sekarang posesif banget dah lo. Nih gue buka."

Agam melangkah menuju stroller bayi Manu.

"Uluh uluh ganteng banget kayak Om Agam."

"Anak gua njir. Ya jelas gantengnya nurunin siapa?" tukas Manu.

"Makanya nikah dong, punya mainan itu seru tau," tambah Manu membuat Agam bergeming masih dengan memegangi stoller bayi Manu.

Ucapan Manu membuat Tiara melotot dan segera ia gubris suaminya itu.

"Aduh, keceplosan lagi," bisik Manu.

Agam tertunduk menatap lantai dengan kekosongan.

"Gam?" Manu cemas.

"Anak gue pasti akan lebih ganteng dari gue." Agam tersenyum tipis, ia lantas melangkah keluar.

Di sebuah taman, Agam melamun. Manu menghampirinya.

"Woi. Baru kali ini gue liat lo selebay ini."

"Apaan sih lo."

"Lo temen gue yang paling keren, yang pernah gue jadiin temen selama ini. Lo merelakan apa yang emang sulit banget buat dilakuin dan lo orang yang setia yang pernah gue tau Gam. Cinta itu butuh proses, kalau lo sabar lo akan dapat apa yang lo kejar."

Siang teriak, Agam terduduk melamun di kursi depan minimarket. Di sebelahnya, terduduk seorang sekertarisnya.

"Pak. Sebenarnya, orang yang bapak ceritain itu kayak gimana sih?" Hendri bertanya, ia sekertaris Agam.

"Dia orang yang sulit dijelasin pake teori," ucap Agam dengan senyum. Ia lantas menenggak sekaleng minumannya.

"Pak. Saya lupa ingatkan bapak."

SONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang