26. Pembelaan

285 21 0
                                    

Terlihat sekumpulan orang yang tengah menunggu kabar dari beberapa pencari. Di ujung jalan, mata Manu memicing fokus melihat seseorang yang berjalan tergopoh dengan membawa beban. Manu langsung lari membingungkan beberapa orang.

"Agam! Sona?"

Semua orang berkumpul mengerumuni mereka.

"Agam, Sona kenapa?" tanya panitia.

"Saya nemuin Sona di gudang yang di dalamnya ada gas asap. Dia mungkin sesak napas. Tolong kasih oksigen." Agam berucap terengah-engah.

Alat bantu pernapasan sudah melengkapi mulut Sona. Manu menghampiri Agam yang tengah berdiam diri di sebuah pohon dengan mata terfokus pada dasar tanah. Manu terduduk di samping Agam yang belum sadar Manu di sampingnya. Manu menatap Agam lama, ia masih melamun fokus dan belum sadar Manu memperhatikannya sedari tadi tepat di sampingnya.

"Sona akan baik-baik aja."

"Smoke bomb." Ucapan Agam membuat Manu menoleh cepat padanya.

"Smoke bomb!"

"Apa maksud lo?"

"Ada yang naruh kaleng smoke bomb di ruang Sona ke kunci. Gue liat asap udah penuh di ruangan itu. Gue rasa itu disengaja."

Manu melotot tajam.

"Siapa yang ngelakuin?"

"Gue gak tau!"

"Gue harus ketemu Elsa."

Manu berdiri tegap hendak melangkah, namun Agam berdiri menahan lengannya.

"Kita ga boleh gegabah. Biar Elsa gue yang urus. Tolong jaga Sona Man." Agam pergi dengan langkah santai.

Agam menghentikan langkah Elsa.

"Kenapa lo?" Elsa menatapnya begitu tajam.

"Ngaku kalau lo adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa Sona." Ucapan Agam membuat Elsa melotot kaget.

"Kejadian apaan? Nuduh-nuduh orang sembarangan, lo udah fitnah gue."

Agam menyodorkan sebuah kaleng smoke bomb pada Elsa, ia melotot tajam bersamaan dirinya yang merasa was-was.

"Lo mau bunuh orang?"

"Gue gak suka Sona!"

"Apa yang udah Sona lakuin ke lo? Apa? Jawab gua!"

"Gue camkan. Gue gak suka Sona!"

"Tapi kenapa lo harus lakuin hal ini ke Sona?" Agam berteriak di depan Elsa.

"Suka-suka gue mau lakuin apapun. Lo mau lapor polisi? Silahkan, lo gak punya bukti apapun untuk itu." Elsa semakin berani melawan setiap perkataan Agam.

"Sayangnya, gue bukan tipe orang yang mudah memenjarakan orang karena kesalahan. Kalau lo cowok, lo mungkin udah ancur di tangan gua. Gue cuma mau bilang, jangan lakuin hal kekanakan lagi ke Sona. Gue yakin dia gak pernah nyentuh lo sedikit pun. Maka dari itu, tolong hentikan semua ini Elsa, gue mohon." Agam bertekuk lutut depan Elsa, ia terus tertunduk di depan Elsa membuat Elsa melebarkan matanya terkejut.

"Apa yang lo lakuin?"

"Gue mohon berhenti lakuin hal jahat ke Sona. Gue mohon."

Demi Sona, Agam rela untuk mengorbankan lututnya depan Elsa yang memang hal itu tak seharusnya dilakukan.

"Kenapa si Agam bela banget ke Sona. Baru kali ini, ada cowok yang bertekuk lutut depan gue," batin Elsa heran.

Mata Elsa memencar ke sekitar karena takut peristiwa itu dilihat orang lain.

SONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang