**
"Loe yakin?" tanya Gerald kepada seseorang yang di teleponnya. Dan pada saat itu juga Keyla menghampiri Gerald yang duduk di sofa ruang keluarga.
"Oke kalau gitu. Bakalan gue coba"
Bipp
Gerald mematikan sambungannya dan menatap Keyla dengan pandangan penuh arti.
"Telepon dari siapa?" tanya Keyla.
"Dari teman" jawab Gerald. "Darrell ke mana?" tanya Gerald yang tak melihat jagoannya bersama Keyla.
"Tidur di kamar" jawab Keyla.
"Key" panggil Gerald setelah terdiam beberapa saat.
"Hmm"
"Nanti sore aku mau ngajak kamu sama Darrell ke taman kota mau nggak?"
"Nanti sore ya" Keyla berpikir sesaat. "Okelah. Aku udah lama juga nggak keluar. Eh tapi luka kamu udah sembuh kan?"
"Udah sayang. Karena kamu yang ngobatin" gombal Gerald seraya menoel dagu Keyla.
"Receh tahu Al" manyun Keyla.
"Iya beneran udah sembuh kok, nggak usah khawatir"
"Dasar"
"Yang penting cinta" sahut Gerald seraya memeluk Keyla.
**
"Udah siap?" tanya Gerald saat Keyla baru saja menghampirinya di ruang tamu.
"Udah"
"Oke berangkat sekarang"
Mereka masuk ke mobil dengan Gerald yang mengemudi. Darrell terlihat antusias sekali untuk pergi jalan-jalan dengan kedua orang tuanya.
Setelah sampai di taman, mereka berjalan mengelilingi taman tersebut dengan Darrell berada di gendongan Gerald.
"Al aku beli minuman bentar ya" ijin Keyla.
"Biar aku aja Key"
"Nggak usah. Aku aja, cuma di toko seberang itu kok. Kamu sama El tunggu di sini aja" tolak Keyla.
"Oke. Hati-hati"
"Iya"
**
Keyla sudah menenteng minuman yang ia beli. Ia berjalan menuju taman menghampiri Gerald dan putranya. Namun tiba-tiba ada segerombolan anak-anak yang menabrak dirinya hingga kresek yang ia bawa jatuh.
"Huhh sabar. Dasar anak-anak" dengusnya. Namun ia sedikit kaget saat sebuah tangan mengulurkan kresek minumannya yang jatuh tadi.
"Ehh, emm terima kasih" ujar Keyla pada orang itu lalu mengambil kresek minumannya. Keyla tak bisa melihat wajah orang itu karena wajahnya tertutupi oleh hodie yang dia pakai. Namun dari perawakannya, Keyla tahu dia seorang pria.
Tanpa berkata apa-apa, orang itu pergi begitu saja meninggalkan Keyla yang kebingungan.
"Eh Hey!! Maaf nama anda siapa?" tanya Keyla seraya mengejar langkah pria itu. Namun rupanya pria itu tak menggubris Keyla dan terus melangkah tanpa menatap ke belakang kembali.
"Hey kamu!!" teriak Keyla masih mengejar pria itu.
Hingga tiba-tiba Gerald menghadang pria itu membuat pria itu berhenti. Gerald menatap pria itu intens. Dan pria itu menggelengkan kepalanya pelan. Gerald menganggukkan kepalanya pelan seolah berkata 'ini akan baik-baik saja'.
Pria itu memandang Gerald sebentar lalu membalikkan badannya menghadap Keyla dan membuka hodienya.
Keyla membelalak tak percaya apa yang ia lihat di depannya. Kresek minuman yang ia bawa jatuh karena keterkejutannya. Ia memandang sosok di depannya dengan mata berkaca-kaca.
"Kak Rion" desisnya pelan.
Gerald menggandeng pria itu dan berhenti di hadapan Keyla.
"Key" panggil pria itu.
"K-kak Rion"
Keyla langsung menghampur ke dalam pelukan pria itu. Ia sungguh-sungguh tak percaya bahwa yang dipeluknya saat ini benar-benar kakaknya dulu yang telah dinyatakan meninggal.
"I-ini benar-benar kakak? K-kak Rion?"
"Iya ini kakak, Key. Kakak masih hidup"
Rion melepaskan pelukannya dan memandang wajah sembab adiknya.
"Hey jangan menangis. Kamu dulu udah janji sama kakak buat jadi wanita yang kuatkan"
"Tap- tapi aku masih nggak percaya kalau kakak benar-benar masih hidup"
"Panjang ceritanya Key. Ya udah. Yang terpenting kakak udah di sini sama kamu"
"Key kangen banget sama kakak"
"Kakak juga kangen banget sama kamu, Papa dan Evan. Sudah jangan menangis lagi ya" ujar Rion seraya menghapus air mata adiknya.
"Oh ya. Tolong kamu jangan beritahu Papa dan Evan dulu kalau kakak masih hidup ya" pesan Rion.
"Kenapa?" tanya Keyla.
"Karena masih ada misi yang harus kakak selesaikan. Dan kakak janji bakalan balik ke kalian lagi kalau kakak sudah menyelesaikan misi ini"
"Misi apa kak?"
"Lebih baik kamu tanya sama Gerald aja. Kakak nggak bisa lama-lama di sini. Takutnya ada yang memata-matai"
"Kakak pamit dulu. Kapan-kapan kita ketemu lagi oke" pamitnya pada adiknya. Keyla mengangguk mengiyakan.
"Gue titip Keyla Al. Jagain dia dan keluarga gue" pesan Rion.
"Pasti kak. Loe tenang aja"
"Gue pamit dulu"
Gerald mengangguk membalas Rion.
**
"Jadi Ronald yang nolongin waktu kamu kecelakaan itu Kak Rion?" tanya Keyla tak percaya dengan semua yang dijelaskan Gerald kepadanya, saat ini mereka berada di kamar mereka setelah dari taman tadi.
"Iya, Kak Rion lah yang nolongin aku waktu itu. Dia juga yang minta untuk di panggil Ronald buat nutupin identitasnya" jawab Gerald.
"Udah aku duga. Dari dulu aku selalu merasa ada yang nggak beres dengan Brian. Dia seperti orang bermulut manis namun berwatak licik" desis Keyla tajam.
"Selain penyebab aku kecelakaan, Brian juga yang udah menghasut para jajaran manajer di perusahaan untuk korupsi" tambah Gerald membuat Keyla mengepalkan tangannya.
"Dasar berengsek! Bedebah sialan! DIA.HARUS.MATI!!!" Desis Keyla tajam dengan penekanan di setiap katanya.
"Biar aku sama Kak Rion yang nanganin ini semua. Kamu cukup di sini saja menjaga Darrell. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Cukup sekali saja aku pernah berpisah sama kalian Key. Aku nggak mau kejadian itu terulang kembali" ujar Gerald menggenggam tangan Keyla erat.
"Tapi Al"
"Kamu percaya sama aku kan? Aku yang bakal atasi ini semua. Tolong sekali ini saja turuti permintaan aku Key" mohon Gerald. Setelah terdiam beberapa saat, Keyla menganggukkan kepalanya setuju.
"Tapi kalau keadaannya mendesak, aku akan turun tangan langsung buat bantu kalian"
"Tap-"
"Aku mohon Al atau aku nggak akan turutin permintaan kamu"
"Oke. Tapi kalau memang benar-benar sudah terdesak baru kamu boleh bantu" Putus Gerald. Keyla mengangguk.
**
Yang di mulmed itu Bang Rion ya
**
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lover's Secret (Completed)
RomanceKisah tentang seorang mahasiswi yang sedang menempuh semester enam di Universitas Albercio, kampus bergengsi untuk kaum borjuis dan berintelek tinggi. Seorang gadis yang memiliki wajah bak bidadari, sangat menawan dan cantik. Namun berbanding terbal...