**
Brakkkkkkk
Pertanyaan Keyla terpotong saat tiba-tiba mendengar pintu ruangannya dibuka secara kasar dari luar.
Deg
"Key" gumam orang itu lirih lalu berlari memeluk Keyla erat.
"Key kamu udah sadar. Kamu baik-baik aja kan? Apa ada yang sakit?" tanya orang itu bertubi-tubi seraya memandang ke seluruh tubuh Keyla.
Keyla yang mendengar itu tersenyum. "Gue udah bilang kan Al kalau gue nggak mudah untuk dikalahin" ujar Keyla pada orang itu, yang tak lain adalah Gerald.
"Iya nggak mudah dikalahin tapi masuk rumah sakit" sahut Papanya mengejek.
"Setidaknya Keyla nggak mati" jawab Keyla sengit.
Gerald tersenyum lega, kalau Keyla bisa bicara seperti itu berarti gadis itu baik-baik saja. Keyla sudah kembali.
"Aku senang kalau kamu baik-baik aja" ujar Gerald pada Keyla. Keyla menatap Gerald, ia mengernyitkan keningnya bingung. "Kamu?" tanyanya.
"Iya kamu. Salah ya kalau aku sekarang manggilnya aku-kamu" jawab Gerald.
Keyla menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Emmm nggak sih. Cuma agak aneh aja karena nggak terbiasa" sahut Keyla kikuk.
Gerald tersenyum. "Mulai sekarang biasain"
"Ehmmm" dehem Mr. Alex membuat sepasang suami istri tersebut menatapnya. "Emmm Papa merasa lapar sekarang, Papa ke kantin dulu mau beli makanan" ujar Papanya merasa kikuk ditatap anak dan menantunya. Ia pun melangkah menuju pintu, namun sebelum keluar ia berbalik badan lagi.
"Oh ya. Lanjutkan kangen-kangenan kalian. Papa nggak akan ganggu" Ujar Mr. Alex seraya tersenyum lalu keluar.
"PAPA!!" Teriak Keyla kesal dengan kejahilan Papanya. Sedangkan Mr. Alex yang mendengar teriakan putrinya dari luar hanya tersenyum. Ia bahagia melihat putrinya sudah kembali, apalagi sekarang mulai menerima keberadaan suaminya. Ia yakin Gerald akan menjaga putrinya dengan baik.
**
Setelah kepergian Papanya, keadaan di dalam ruang inapnya hening. Gerald dan Keyla sama-sama diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Apa kamu lapar Key?" tanya Gerald memecah keheningan di antara mereka.
"Apa udah boleh makan?" tanya Keyla ragu.
"Aku tanya susternya dulu ya. Tunggu sebentar" ujar Gerald lalu keluar dari ruangan keyla.
Setelah sepuluh menit berlalu, Gerald kembali ke ruangan Keyla bersama seorang suster yang mendorong troli makanan.
"Terima kasih sus" ujarnya pada perawat.
"Sama-sama Pak Gerald. Saya permisi dulu" pamit perawat tersebut lalu diangguki Gerald.
Gerald mengatur ranjang Keyla agar sedikit ke atas.
"Kamu udah boleh makan tapi yang lembut-lembut" ujar Gerald pada Keyla seraya mengambil semangkuk bubur di atas troli. Gerald duduk di kursi tunggu dan mulai menyuapi Keyla.
"Hambar" keluh Keyla setelah memakan sesendok bubur itu.
"Namanya juga makanan rumah sakit pasti nggak enak. Makanya cepat sembuh, biar bisa makan enak" ujar Gerald seraya menyuapi Keyla kembali. Keyla hanya bergumam menjawab Gerald. Gerald dengan sabar menyuapi Keyla sampai bubur itu habis. Ia memberikan segelas air mineral dengan sedotan untuk Keyla.
"Udah selesai. Kamu bisa istirahat lagi" ujar Gerald seraya menatap Keyla.
"Gu- emm aku udah tidur selama dua minggu masa di suruh tidur lagi" sungut Keyla.
"Ya udah terserah kamu aja" ujar Gerald mengalah.
Mereka berdua terdiam kembali. Bingung mau memulai obrolan dari mana.
"Key" panggil Gerald.
"Hmm" sahut Keyla menatap Gerald.
"Emm soal yang kamu katakan pas kejadian dua minggu yang lalu itu apa kamu serius?" tanya Gerald ragu.
Keyla menatap Gerald intens. "Aku serius" jawabnya. "Aku nggak tahu kapan mulainya, tapi yang jelas aku nyaman bersama kamu Al"
Gerald tersenyum, ia menggenggam telapak tangan Keyla. "Jadi bisa kah kita mulai dari awal?" tanya Gerald penuh harap.
Keyla tersenyum dan mengangguk. Gerald tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, ia memeluk Keyla erat. Senang karena perasaannya terbalas. Keyla membalas pelukan Gerald tak kalah erat. Mereka saling berpelukan dengan perasaan bahagia.
Gerald melepas pelukannya lalu menatap Keyla dalam. Ia menatap bibir Keyla lalu mulai mendekatkan wajahnya. Hingga hidung mereka saling menempel, lalu dekat semakin dekat dan.....
"Aduh mata gue tercemar"
**
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lover's Secret (Completed)
RomantizmKisah tentang seorang mahasiswi yang sedang menempuh semester enam di Universitas Albercio, kampus bergengsi untuk kaum borjuis dan berintelek tinggi. Seorang gadis yang memiliki wajah bak bidadari, sangat menawan dan cantik. Namun berbanding terbal...