33. Rencana Besar [REVISI]

61.3K 3.1K 117
                                    



Laura sudah pergi ketika anggota AOF yang lain, seperti anggota dari kelas sepuluh dan sebelas, berdatangan ke warung Emak, seperti biasanya warung kecil di belakang sekolah itu semakin ramai saat sore menjelang.

"Bang Bara," seorang adik kelas mengajak tos ketuanya itu, Bara tersenyum tipis, "Apakabar, bro? Jarang lo nongol di sini,"

Garda, si adik kelas yang bisa dibilang cukup populer di angkatan kelas sebelas itu mengusap tengkuknya tidak enak, "Sori, bang. Biasalah, lagi ada masalah dikit."

Dari tempatnya duduk, Ardan menimpali, "Gabunglah sama kita, Ga. Jangan sungkan, kalo ada masalah, bagi-bagi, jangan dipendem sendiri, entar jadi bisul." ucapnya, nggak nyambung.

Garda tertawa, "Iya, bang. Thanks,"

Ardan mengacungkan jempolnya sebagai jawaban, lalu menatap sekitarnya, gerombolan kelas dua belas dan sebelas yang mulai ramai.

"Mana yang lain?" Davin menimbrung, menatap Garda penasaran, "Selain yang di sini,"

"Entar nyusul, bang." Garda menjawab, segan tapi akrab.

Davin mengangguk-angguk, sambil sesekali menyambut tos dari anggota Alexis lain yang baru datang.

"Gimana, bro?"

Garda mendongak, "Gini, bang. Ada anak angkatan gue, baru mau gabung Alexis."

Bara mengangkat alisnya, "Anak baru?"

Garda mengangguk.

"Kenapa nggak langsung ketemu gue?"

"Oh, ini ... segan dia, bang. Makanya, dia ngomong dulu sama gue. Dia tau lo gimana, dari sekolahnya yang dulu."

Bukan Bara, tapi Ardan yang menyahut, "Udah berapa anggota Alexis sekarang? Seratus delapan puluh dua orang! Lo mau nambah anggota lagi, Bar? Nggak masalah, sih. Kita di sini terbuka aja, kalo niatnya baik mau keluargaan, tapi jangan coba main-main, bro. Sekali jahat, kita sikat!"

"Besok, suruh ketemu gue di kantin, jam istirahat." tukas Bara akhirnya

Selagi mereka mengobrol, dua manusia kembar beda orangtua itu menyela mereka, "BOSQUE!" seperti biasa, Leon.

Bara menoleh, "Apa, Yon? Es kopi?"

Leon nyengir, "Aduh, perhatian amat, bwaaang!"

Bara mendengus dengan wajah datarnya, membuat Angga menyentil kening Leon sadis, "Yang bener dong, sampai Bara ngamuk, jadi tempe lo."

Lalu perhatian Angga kembali pada Bara, "Cabut bentar ye, Bar."

"Ngapain?" tanya Bara retorik

"MELAKSANAKAN TUGAS NEGARA!" jawab Leon semangat, lagi-lagi Bara mendengus sambil menggelengkan kepalanya pelan, cowok itu tahu, yang dimaksud tugas negara adalah mungutin pulpen yang jatuh atau tertinggal di kelas-kelas, alias ngumpulin pulpen biar gratisan.

"Gimana sih lo, Ngga, Yon. Bokap tajir melintir, tapi pulpen aja mungutin punya orang." Davin menyahut

"Namanya tugas mulia, Vin. Daripada tuh pulpen mubazir, kita tuh nggak boleh nyia-nyiain rezeki, bro!" Leon menjawab, sok polos, padahal mah aslinya, gak modal.

"Iya, iya. Serah lo berdua dah,"

👑👑👑

Lorong sekolah sudah sepi, kedua manusia setengah waras itu berjalan sambil berdebat, heboh.

"Gue duluan masuk, IPA 1 sampai IPA 5, kelas sepuluh dulu. Nanti elo, kelas sebelas." Angga membagi tugas

"Ogah, itu banyakan elo! Tahu aja kelas sepuluh paling banyak pulpennya, dasar gentong!"

[#ADWS1] BARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang