"Makasih Dra kalo gitu gua turun dulu" ucap Thalita hendak membuka pintu mobil Vindra.
"Tunggu dulu dong ayang, barengan dong kekelasnya" tahan Vindra sambil mencabut kunci mobilnya.
"Ayok, keburu rame" ucap Vindra sambil keluar dari mobil dan disusul oleh Thalita.
"Emang kenapa kalo rame?" Tanya Thalita setelah menyesuaikan langkahnya dengan Vindra.
"Nanti takut diamuk fans gua kata lu waktu itu" ucap Vindra mengingatkan.
"Oh iyaya hehe lupa" ucap Thalita sambil terkekeh pelan.
"Dasar masih muda aja udah pikun" ucap Vindra sambil mengacak pelan rambut depan Thalita.
Thalita membeku ditempat saat Vindra menyentuh kepala depannya itu, ia merasakan degupan jantungnya yang tidak normal kembali.
"Ta? Hei, kenapa bengong sih ayo buru gua anter ampe kelas lu" ucap Vindra menyadarkan lamunan Thalita.
"Ih engga engga usah udah sampe sini aja kelas lukan sebelah sono sedangkan kelas gua lurus lagi nanti malah muter muter lunya, udah kita pisah disini aja" ucap Thalita setelah sadar dari lamunannya sekaligus ia mencoba untuk menetralkan gedup jantungnya saat ini.
"Yaelah ga apa apa kali Ta, udah ah ayok gua anter" ucap Vindra sambil menarik paksa lengan Thalita.
"Ih tap-"
"Gua ga nerima penolakan Lita" ucap Vindra sambil masih menarik lembut lengan Thalita agar mensejajarkan langkahnya.
Degupan dijantung Thalita makin berpacu seperti sehabis lari marathon rasanya saat ini, ia bingung harus bersikap sekarang, melarang Vindra pun hanya akan sia sia, dengan masih berdegup kencang jantungnya ia mensejajarkan langkahnya dengan Vindra.
"Udah gausah sampe masuk kekelas disini aja, udah sana lu masuk bentar lagi bel nih" ucap Thalita sambil melepas genggaman tangan Vindra di lengannya.
"Iya lagian siapa juga yang mau nganter sampe ke dalem kelas, yaudah gih sana lu masuk baru abis itu gua ke kelas" ucap Vindra sambil membalikkan tubuh Thalita agar masuk kedalam kelas.
Setelah memastikan Thalita masuk dan duduk manis didalam kelasnya Vindra pun akhirnya menuju kantin, yah tadi Vindra sempat dikabari oleh Raka kalau sekarang ia sedang ditunggu oleh kedua temannya itu dikantin.
"Ada kemajuan pesat nih kayanya" ucap Laras dengan semangat yang menggebu gebu setelah Thalita duduk dibangkunya.
"Kemajuan apa sih Ras, ga ngerti gua" jawab Thalita malas.
"Ihh ituloh yang tadi nganterin lu sampe kelas tadi" ucap Laras.
"Vindra? Kenapa emang sama tuh anak?" Tanya Thalita heran.
"Ih bloon banget sih gua punya temen"
"Ih songong ya Laras sekarang udah berani bilang bilang gua bloon, yang bloon tuh lu tau ga nilai matematika aja lebih tinggi gua dari pada lu" jawab Thalita tidak terima jika dirinya diremehkan.
"Aduh nih ya Ta gua kasih tau lu tuh pinter disemua mata pelajaran gua akuin itu tapi lu ga pinter sama sekali di soal perasaan tau ga" ucap Laras sambil memakan sebuah permen yupi yang dibawanya dari rumah.
"Idih lagian siapa juga yang lagi ngomongin perasaan, bodo amat ya gua ga pinter di soal perasaan yang penting gua pinter di soal mata pelajaran" jawab Thalita sambil memasukkan wajahnya dikedua lipatan tangannya diatas meja.
"Ko dikasih tau ngeyel sih Ta" ucap Laras sebal, dan Thalita tidak menanggapi ia terlalu malas berdebat untuk pagi ini, karena ia masih memikirkan soal degupan jantungnya terhadap Vindra tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THALITA (Completed)
Ficção AdolescenteThalita Ega, perempuan yang berparas cantik dan juga mempunyai kepintaran diatas rata rata. Dia bukanlah sesosok perempuan populer di kalangan sekolahnya, tapi dia banyak dikenal orang di kalangan seangkatanya, dia juga bukan Primadona disekolahnya...