"Litaa kita ngedrakor aja kuy" ucap Laras saat sudah masuk ke kamar Thalita dengan susah payah karna tangannya banyak membawa makanan.
"Gaah nanti pala gua puyeng lagi, ini aja baru mendingan" tolak Thalita sambil membuka snack pottato.
"Ya atuh gimana dong, gua gabut nih" ucap Laras sambil duduk di karpet bawah.
"Nih lu dengerin gua cerita aja deh biar lu gagabut" ucap Thalita menawarkan.
"Cerita apa? Horor? Romance? Atau apa nih?" Tanya Laras antusias.
"Bukan semua, tapi gua mau cerita tentang masalah hidup gua" ucap Thalita mendramatisir keadaan.
"Idih berat ga nih? Kalo berat tanggungan idup lu mah mendingan gua kaga usah denger" canda Laras dan langsung mendapat pelototan tajam dari Thalita.
"Iya iya elah gitu aja marah, apa apa mau cerita apa?" Tanya Laras lagi.
"Sinian deh lu duduknya deketan sama gua biar enak ceritanya" ucap Thalita sambil menepuk nepuk sebelah kasurnya menyuruh Laras untuk duduk disana.
Tanpa aba aba Laras pindah kesebelah Thalita dan mencomot snack Thalita.
"Oke mulai ceritanya" ucap Laras dengan mulut yang asik mengunyah snack.
"Jadi gini Ras, gua udah berencana buat ngejauh dari Vindra" ucap Thalita dengan suara parau berusaha menahan tangisnya.
Laras diam tidak memotong ucapan Thalita sambil terus mendengarkan apa yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.
"Soalnya gua rasa gua udah mulai sayang sama dia, gua gamau semakin jauh perasaan gua nantinya sama dia Ras" ucap Thalita lagi.
"Awalnya gua selalu nyangkal perasaan gua buat dia, tapi sekarang gua akuin kalo gua udah mulai sayang sama dia, tapi.." Thalita berhenti berucap sambil menatap Laras dengan mata yang berkaca kaca.
"Tapi apa Ta? Ceritain aja semua kalo itu bisa buat lu tenang" ucap Laras sambil memegang tangan Thalita memberi semangat melalui genggamannya.
"Tapi gua takut perasaan gua gabakal terbalas Ras, karna gua rasa dia bakal balik lagi sama mantan terindah dia itu, Naya" lanjut Thalita mulai terisak kecil.
"Iya sih gua rasa mereka berdua sekarang udah mulai deket lagi" balas Laras mengakui kedekatan Vindra dan Naya.
"Yakan? Terus gua mesti gimana coba Ras? Gua gamau jadi penghalang buat mereka berdua, tapi gua juga gamau hati gua tersakiti, egois guakan Ras" ucap Thalita sambil sesegukan. Laras yang melihat Thalita sesegukan pun tidak tinggal diam ia langsung memeluk erat sahabatnya itu.
"Keluarin semua rasa sakit lu sekarang Ta, terus abis itu lu harus janji sama gua kalo lu gabakal nangisin si otak udang itu lagi" ucap Laras sambil memeluk Thalita.
"Lu boleh nangis sepuasnya sekarang Ta, tapi abis itu lu harus bangkit berdiri lagi, lupain semua rasa lu buat Vindra kalo itu emang ngebebanin idup lu, lepasin apa yang emang seharusnya engga diciptain buat lu Ta" ucap Laras sambil masih memeluk Thalita dengan sayang.
"Berarti apa ini emang tandanya kalo Vindra bukan buat gua Ras?" Tanya Thalita dengan wajah mendongak melihat Laras.
Laras hanya diam, ia tidak tahu harus menjawab apa, ia tidak ingin membuat sahabatnya tambah terluka jika ia mengatakan iya, namun ia juga tidak ingin memberikan sahabatnya harapan palsu jika ia mengatakan tidak, ia bingung sekarang harus menjawab apa.
"Ras jawab" tuntut Thalita sambil masih memandang Laras dengan harapan memohon agar Laras tidak mengatakan iya.
"Bukan gitu maksud omongan gua yang tadi Ta, kita gatau Vindra itu emang jalan lu atau bukan, karna semua udah diatur sama yang diatas, jadi kita itu cuman sebagai tokoh, kalo dipersatuin alhamdulillah kalo engga ya itu memang takdir yang ga berpihak sama kebahagiaan lu dan Vindra" jawab Laras akhirnya dengan selembut mungkin agar tidak menyinggung perasaan Thalita.
"Terus gua harus bersikap gimana sekarang? Gua gamau ketemu dia lagi apalagi sampe ngeliat dia sama Naya, gua gabakalan kuat Ras" ucap Thalita lagi sambil menangis kencang.
"Believe me, if indeed your destiny together surely you will be united, maybe not now but certainly will" ucap Laras yang berhasil meredakan tangisan Thalita.
"Are you sure? Lu yakin kalo gua itu takdirnya Vindra?" Tanya Thalita sambil mengahapus sisa air matanya.
"Iya gua yakin kalo kalian berdua itu emang ditakdirin untuk bersama, saling melengkapi dan berbahagia bersama, mungkin ini ujian untuk lu buat ngebuktiin sama Tuhan kalo lu itu bisa buat Dia yakin kalo lu berhak bahagia sama Vindra" ucap Laras sambil tersenyum diakhir kalimatnya.
Tanpa aba aba Thalita langsung memeluk Laras sangat erat. Ia sungguh merasa bahagia memiliki sahabat seperti Laras yang selalu bisa membuat ia tenang dengan kata kata yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.
"Makasih Ras, makasih banget lu udah selalu ada buat gua, lu selalu bisa nenangin gua dan lu selalu bisa ngertiin kondisi gua" ucap Thalita sambil melepas pelukannya.
"Ya itu kan guna nya sahabat Ta, selalu menjamin kebahagiaan sahabatnya sebelum menjamin kebahagiaan untuk dirinya sendiri" ucap Laras lagi yang langsung mendapat senyuman dari Thalita.
"Aaaa jadi tambah sayang" ucap Thalita sambil mencolek dagu Laras.
"Idih gausah colek colek juga, emang gua cewe apaan mau dicolek colek" ucap Laras sambil terkekeh.
"Cewenya Ethan" ucap Thalita asal.
"Ih apasih ko bawa bawa si Ethan?" Tanya Laras terkejut.
"Hehe engga ko, nih makan lagi snack snack nya" ucap Thalita sambil menyodorkan beberapa bungkus cemilan.
Dan hari itu dipakai oleh Thalita dan Laras untuk bersenang senang seharian dirumahnya Thalita. Sampai akhirnya mereka berdua terlelap karna keasikan mengobrol.
.
.
.
.
.
Voteee ya manteman💕
KAMU SEDANG MEMBACA
THALITA (Completed)
Teen FictionThalita Ega, perempuan yang berparas cantik dan juga mempunyai kepintaran diatas rata rata. Dia bukanlah sesosok perempuan populer di kalangan sekolahnya, tapi dia banyak dikenal orang di kalangan seangkatanya, dia juga bukan Primadona disekolahnya...