"Litaa?! Ya Allah nak, kamu kenapa? Ko kamu bisa masuk rumah sakit, terus ini kenapa ko diperban? Sakit ya sayang? Ayo masuk nak" ucap Fina ketika melihat Thalita berjalan kearahnya dengan sedikit sulit akibat kakinya yang sedikit sakit jika dibawa untuk berjalan.
"Mamah, maafin Thalita ya. Lita jalan ga hati hati tadi, jadinya Lita ke tabrak deh mah. Engga ko mah udah ga separah tadi sakitnya kan udah diobatin, ini juga dikasih obat ko" ucap Thalita sambil menunjukan kantong kresek berisi obat obatnya kepada Fina.
"Syukurlah sayang kalo engga apa apa. Apa bener sayang nak Vindra yang nabrak kamu? Mamah khawatir banget sayang, ayo kita masuk dulu biar mamah buatin kamu bubur" ucap Fina sambil menuntun Thalita masuk kedalam rumah. 'Ko mamah tau ya?' Tanya batin Thalita heran.
"Kamu bersih bersihin dulu badan kamu, baru abis itu mamah anterin bubur kekamar kamu ya, sanah" ucap Fina dan Thalita hanya mengangguk lalu ia berjalan kearah kamarnya dengan bertumpuan apa saja yang bisa ia genggam.
Setelah ia sampai dikamarnya lalu ia mulai menjalankan apa yang Fina perintahkan tadi.
Setelah selesai ia duduk diatas kasurnya dengan pandangan kosong. Perban dipelipisnya pun juga sudah ia ganti dengan plester.
Fina masuk dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air mineral.
"Sayang ko melamun? Lagi mikirin apa nak?" Tanya Fina sambil meletakkan nampan tersebut dipangkuannya setelah ia duduk di atas kasur Thalita yang berhadapan langsung dengan anak semata wayangnya itu.
"Eh mamah, hah? Engga Lita ga lagi mikir apa apa ko" jawab Thalita sambil tersenyum.
"Yaudah nih dimakan dulu" ucap Fina dengan senyuman dan meletakkan nampan yang semula berada dipangkuannya kini berada dipangkuan Thalita.
Thalita makan dengan lahap. Ia tidak ingin mengecewakan Fina kalau ia tidak menghabiskan bubur buatannya itu.
Setelah selesai ia menenggak air mineral yang dibawakan oleh Fina lalu setelah itu ia meletakkan nampan yang isinya sudah kosong tersebut diatas nakas disampingnya.
"Pertanyaan mamah tadi belum kamu jawab sayang" ucap Fina setelah Thalita menyelesaikan makannya.
"Yang mamah nanya kalo Vindra yang nabrak Lita? Iya mah bener, tapi itu semua ga sepenuhnya salah Vindra ko mah, Lita juga gabener ko jalannya jadi yah gitu" jawab Thalita memberikan penjelasan kepada Fina.
Fina tersenyum mendengar jawaban Thalita. Ia pun tidak ingin menyalahkan siapa pun disini. Ia berfikir bahwa ini hanya benar benar murni kecelakaan saja. Yang terpenting anaknya tidak mengalami luka yag serius.
"Iya, mamah juga ga nyalahin nak Vindra ko sayang juga ga nyalahin kamu. Yang penting sekarang kamu udah gaapa apa dan gaada luka yang harus dikhawatirkan" ucap Fina sambil mengelus lembut rambut Thalita.
"Makasih mah. Dan maafin Lita juga udah buat mamah khawatir mulu" ucap Thalita sambil memeluk Fina dengan sangat erat. Fina hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
"Yaudah kalo gitu kamu langsung istirahat aja ya. Mamah mau keluar dulu" ucap Fina melerai pelukan keduanya.
"Papah gimana mah keadaannya?" Tanya Thalita saat Fina hendak bangkit berdiri.
"Papah udah mendingan ko sayang kata om Arya papah cuman kecapekan aja. Kamu gausah terlalu khawatir ya" ucap Fina. Dan Thalita bisa bernafas lega sekarang.
"Yaudah mamah keluar ya" lanjutnya sambil mencium kening Thalita.
Setelah Fina keluar dari kamarnya Thalita memejamkan matanya karna ia sudah benar benar lelah seharian ini. Tak lama ia sudah berada di alam mimpinya itu.
🍋🍋🍋
Thalita terbangun di jam setengah enam pagi. Ia bangkit dari kasurnya lalu berjalan kekamar mandi untuk menuntaskan kegiatannya.
Saat ini ia sudah selesai memakai seragam lengkapnya. Ia melihat plester yang berada di pelipisnya dihadapan cermin.
'Luka ini gaseberapa Dra, dari luka yang pernah lu ciptain di hati gua' ucap batin Thalita dengan tatapan kosong didepan cermin.
Thalita terkejut ketika Fina menepuk pelan bahunya dari arah belakang. Dengan segera ia menetralkan raut wajahnya menjadi normal kembali.
Thalita tersenyum ketika Fina menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Ada apa hm? Pagi pagi udah melamun aja, didepan kaca pula" tanya Fina sambil mengelus rambut anaknya.
"Hehe engga ada mah" jawab Thalita dengan tersenyum.
"Masih sakit emang itu lukanya? Apa kamu ngerasa pusing? Kalo gakuat biar mamah izinin ke sekolah kamu" tawar Fina dengan pandangan cemasnya hal itu tergambar jelas dari raut wajahnya itu.
"Engga mamah ku sayang, Lita ga ngerasa apa apa. Lita juga kuat ko buat kesekolah. Mamah gausah khawatir ya" ucap Thalita meyakinkan Fina.
"Beneran? Mamah takut kamu kenapa napa sayang" ucap Fina sambil memegang kedua tangan putrinya.
"Mamah Lita itu anak mamah yang paling kuat. Jadi mamah gaperlu khawatir. Lita udah sehat ko mah" balasnya dengan senyuman menenangkan. Fina ikut tersenyum mendengar penuturan Thalita.
"Yaudah iya mamah percaya. Obat kamu jangan lupa diminum ya. Jangan nakal kalo udah waktunya minum obat harus diminum oke?" Tanya Fina dengan mencolek hidung Thalita.
"Iya mamah iya. Yaudah ayo mah turun aku udah laper" ajak Thalita dengan menggandeng tangan Fina. Tak lupa ia mengambil tasnya dan menyampirkannya dibahu kiri.
Dibawah Andri sudah menunggu di meja makan dengan koran ditangannya.
"Morning papah" ucap Thalita semangat sambil mencium pipi kanan Andri. Andri tersenyum karna putrinya ini masih saja manja kelakuannya.
"Pagi juga sayang. Gimana keadaan kamu? Makannya sayang kalo jalan itu hati hati. Papah gamau ya kamu kaya begini lagi" ucap Andri ketika Thalita sudah duduk disebelah kanannya.
"Udah mendingan banget pah. Iya Lita minta maaf ya pah, mah udah buat kalian berdua khawatir" ucap Thalita dengan nada menyesalnya.
"Iya sayang. Yang terpenting kamu engga kenapa napa itu udah cukup buat mamah sama papah" ucap Fina sambil meletakkan sepiring nasi dan beberapa lauk dihadapan Thalita.
"Benar apa kata mamah kamu. Kejadian kemaren kita anggep itu sebuah ketidak sengajaan nak Vindra tapi lain kali kalo dia seperti itu lagi papah gaakan maafin dia karna dia udah ngelukain anak kesayangannya papah" ucap Andri dengan senyum kebapakannya.
Thalita tersenyum haru mendengar ucapan Andri. Papahnya benar benar lelaki luar biasa yang pernah ia temui didalam kehidupannya.
"Sekarang abisin makanan kalian lalu mamah akan mengantar kalian berdua" ucap Fina kepada suami dan anaknya.
"Loh papah ngantor? Emang papah udah sehat mah?" Tanya Thalita kepada Fina.
"Udah sayang papah udah sehat" bukan Fina yang menjawab melainkan Andri.
"Papah yakin? Nanti papah drop lagi kalo papah kecapekan" ucap Thalita cemas.
"Engga sayang papah yakin seratus persen kalo papah udah sehat" jawab Andri yang berhasil membuat Thalita tersenyum lega mendengarnya.
Akhirnya tidak ada pembicaraan diantara mereka bertiga. Hanya dentingan sendok yang tidak beraturan yang terdengar.
Setelah selesai makan Fina akhirnya mengantarkan suami dan anaknya menuju tempat tujuan mereka masing masing.
Setelah mengantar Thalita Fina langsung bergegas mengantar suaminya untuk bekerja.
.
.
.
.
.
Mari di Vote🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
THALITA (Completed)
Teen FictionThalita Ega, perempuan yang berparas cantik dan juga mempunyai kepintaran diatas rata rata. Dia bukanlah sesosok perempuan populer di kalangan sekolahnya, tapi dia banyak dikenal orang di kalangan seangkatanya, dia juga bukan Primadona disekolahnya...