BAB 17

805 29 0
                                    

HAPPY READING

BAB 17

Kennie sedang duduk dengan wajah yang di tekuk. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan saat ini ia sedang memikirkan Bagaimana bisa ia ikut lomba Olimpiade sementara dirinya tidak pernah ikut sama sekali. Yaps bisa dikatakan Kennie memang pintar, tetapi ia tidak menyukai mengikuti lomba Olimpiade MIPA.

Kennie menghembuskan nafas berat dan mengusap wajahnya dengan gusar "Kenapa juga Pak Bomar pake acara ikutin aku segala di Lomba Olimpiade. Dasar guru Killer menyebalkan" Teriak Kennie frustasi.

Dony yang sedang menonton tv di ruang keluarga tersentak kaget saat mendengar teriak dari luar. "Siapa yang berteriak di luar sih?" dumel Dony lalu bangkit menuju ke asal suara. Dony menuju taman belakang, melihat Kennie, adiknya mengerang frustasi seperti orang kesurupan.

"Wahh, adek gue kenapa tuhh?" panic Dony menghampiri Kennie yang sedang duduk gelisah.

"Woi, Lo ngapain di taman sendirian teriak nggak jelas lagi lo. Kesurupan atau kemasukan setan hah" Tanya Dony memastikan adiknya itu baik-baik saja.

"Enak aja. Sembarangan banget kalau ngomong. Lagian siapa juga yang kesurupan hah" balas Kennie tak terima. Dony yang tersenyum simpul.

"Lalu, Apa yang membuat Adek gue yang cantik ini. jadi gelisah begini?" Tanya Dony to the point. Seketika Kennie menunduk lesuh.

"Guru killer di sekolah kasih masuk gue di lomba Olimpiade MIPA" jawab Kennie lesuh, sedangkan Dony mengerut dahi bingung. Seharusnya orang ikut lomba Olimpiade MIPA kan senang ini malah sebaliknya, Pikir Dony dalam hati.

"Bagus Dong"

"Kok bagus sih Bang. Gue kan tidak suka ikut lomba kayak begituan. Bikin kuras otak aja" gerutu Kennie, sedangkan Dony malah terkekeh menatap adiknya heran sekaligus Iba.

"Dedekku yang cantik, yang gemesin. tidak semua orang bisa ikut lomba Olimpiade MIPA. Lagian lo kan pintar. Wajar saja guru killer lo kasih masuk lo lomba. Jadi ikutin saja. Dan tidak semua orang juga dapat kesempatan itu" nasehat Dony panjang lebar, Kennie hanya bisa diam dan pasrah.

###

Pagi ini Kennie tengah bersiap untuk berangkat sekolah, Kennie menuruni tangga dan menuju ruang makan seperti biasanya. Kennie mengambil tempat duduk tepat di hadapan Ranty.

"Semangat ya sayang untuk lombanya" ucap Ranty, Kennie menyerngit dahinya. Dari mana Mama tahu kalau aku ikut lomba Olimpiade, pasti Bang Dony yang kasih tahu mereka, gerutu Kennie dalam hati.

Kennie beralih menatap Dony tajam, sedangkan yang ditatap malah nyengir kuda."Abang yang kasih Mama sama Papa kalau Kennie ikut lomba?" Tanya Kennie, Dony tersenyum lebar sambil menampakkan deretan gigi putihnya.

"Papa juga, semangat buat kesayangannya Papa" Kennie tersenyum menanggapi dukungan dari orangtuanya. Ada perasaan senang dalam hati Kennie. Setelah selesai memakan roti, Kennie berangkat sekolah.

Sesampainya di parkiran Kennie langsung menaiki motor. Tetapi terhenti saat mendengar ponselnya bordering.

Drrttt Drrrttt Drrttt

Ia mendapati sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak diketahuinya, "No, siapa ini?" Tanya Kennie pada dirinya sendiri. Dengan rasa penasaran ia membuka pesan masuk itu.

From Number 085340986XXX

Aku tunggu kamu di Caffe Tamara, sepulang sekolah. By Reka

Kennie menyerngit dahinya, setelah membaca pesan chat tersebut. Ternyata itu dari Reka. Kennie tidak mau ambil pusing, ia memilih mengabaikan pesan dari Reka. Entah apa yang membuat Kennie tidak ingin bertemu Reka, namun keadaan yang membuat ia terus bertemu dengannya. Dan tepatnya mereka harus bekerja sama untuk lomba Olimpiade dan itu sangat menyebalkan bagi Kennie.

Lima belas menit Kennie sampai memasuki gerbang sekolah. Ia memarkirkan skuter motornya. Dari arah jauh Dini yang baru saja datang langsung menyapa Kennie dengan senyum lebarnya.

"Kennie, Apa lo sudah siap untuk persiapan Lomba nanti?" Tanya Dini dengan senyum lebar sedangkan Kennie diam tidak menanggapi pertanyaan Kennie. Dini merasa kesal karena diabaikan oleh Kennie yang masih berjalan bersama menuju kelas.

"Ken, lo kenapa diam mulu dari tadi?" Tanya Dini, "Kumat lagi deh" dumel Dini

"Mungkin gue mau undurin diri dari lomba ini, Din" ucap Kennie, Dini yang mendengar itu langsung melongo tidak percaya.

"Whats kenapa? Bukannya lo pintar, kenapa mau undurin diri sihh. Pokoknya gue nggak setuju"

"Sebentar gue mau menghadap ke Pak Bomar, dan bilang gue mau undur diri" lanjut Kennie lagi.

"Terserah lo sih, tapi sayang kepintaran lo di sia-siakan" sindir Dini, Kennie hanya diam tidak menanggapi Ocehan Dini.

Jam istirahat tiba, Kennie bergegas keluar dari kelas menuju ruang guru untuk menghadap ke Pak Bomar. Kennie masuk keruangan guru terdapat disana Pak Bomar sedang duduk mencatat.

Kennie menghampiri Pak Bomar dan langsung duduk di hadapan Pak Bomar. "Pak saya ingin mengundurkan diri dari Olimpiade MIPA" ucap Kennie dengan lantang. Pak Bomar menatap Kennie tidak percaya dan menatap tajam.

"Apa kamu yakin mau mengundurkan diri?" Tanya Pak Bomar lagi, yang di balas anggukan oleh Kennie "Iya Pak"

Pak Bomar menghembuskan nafas panjang lalu membuka kacamata. "Kennie, mau tidak mau. Suka tidak suka, kamu harus ikut. Dan ini perintah. Atau kamu lebih memilih tidak dapat nilai di pelajaran saya" ucap Pak Bomar dengan ancaman. Kennie hanya bisa diam dan pasrah untuk mengikuti lomba. Mau apalagi dari pada tidak dapat nilai sama sekali.

Kennie keluar dari ruang guru dengan wajah murung dan cemberut. Ia berjalan menuju taman tempat ia biasa duduk menyendiri.

Sesampainya ditaman Kennie mengeluarkan kekesalannya dengan berteriak "Ihhh Dasar guru nyebelin banget" erang Kennie.

"Kalau mau teriak di hutan Mba, jangan disekolah" Kennie yang mencari asal suara itu. lalu ia mendongakkan kepalanya. Ternyata Ben berada di atas pohon sedang duduk. Entah sejak kapan Ben berada disitu.

"Heh Bunglon kenapa tuh muka ditekuk. Jelek lo" ledek Ben tertawa

"Turun lo tengil, kayak janglangkung aja lo berada di mana-mana" Ben turun dari pohon dan menghampiri Kennie.

Kennie duduk ditaman dengan tangan yang dilipat didepan dada. Ben yang menyusul ikut duduk disampingnya.

Begitulah Ben selalu menjahili Kennie agar bisa tertawa dan tersenyum, semenjak itu Kennie sudah semakin berubah, meskipun wajah datarnya sering ditampakkannya. Tiga bulan sudah mereka bersama. Membuat Kennie bisa merasa tenang dan damai bersama dengan Ben. Walaupun Ben orang yang sangat menyebalkan bagi Kennie.

Mereka duduk menikmati pemandangan alam sekitar sekolah. "Ken, gue lihat lo kok mirip ya sama Reka, padahal tidak saudara gitu" ucap Ben selalu mengamati Kennie dengan Reka.

"Mirip dari mana? Kenal juga baru, dibilang saudara. Aneh lo" elak Kennie dan tidak ingin Ben mengetahui hal itu. Ben terkekeh mendengar jawaban Kennie yang absurd.

"Mau belajar bareng? Or Dinner ?" Tanya Ben sekaligus menyuruh Kennie memilih.

"Hmmm, Belajar bareng saja" jawab Kennie

###

Kennie berada di Caffe Tamara tepatnya ia sedang janjian dengan Reka. Sebenarnya Kennie bingung, kenapa Reka mengajaknya untuk bertemu di Caffe. Dan sialnya di Caffe Tamara. Hampir semua karyawan mengetahui siapa Kennie. karena waktu itu Ranty memperkenalnya pada semua karyawan serta staff Caffe.

Kennie duduk sambil menyuruput jus alvocado kesukaannya. Sudah lima belas menit Kennie duduk dan Reka belum datang juga sama sekali.
Dari arah jauh Kennie melihat Reka datang bersama seseorang yang tidak asing baginya.

Deg

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang