BAB 09
Kennie dan Ben berada di sebuah hotel berbintang, Ben dan Kennie berjalan beriringan. Ya tepat hari ini Ben pergi bersama Kennie menemui kliennya. Mereka memasuki sebuah ruangan yang sudah di penuhi oleh para investor. Dengan senyum lebar Ben menampakkan dirinya. Sedangkan Kennie dengan wajah gugupnya.
Ben duduk di depan para investor, sedangkan Kennie duduk disamping Ben. Kennie mengedarkan pandangannya. Menatap satu persatu investor. "Gila, kok gue gugup gini. Ya. Ben yang mau presentase malah gue yang gugup. Dasar aneh lo Ken" pikir Kennie dalam hati. Ben yang semula senyum menatap menyapa semua investor lalu melihat Kennie yang menampakkan wajah gugupnya. Ben mendekatkan bibirnya di telinga Kennie membisikkan.
"Jangan gugup dong, bantuin gue supaya dapat investor. Doain ya" Kennie hanya mengangguk "Iya" Ben tersenyum lebar.
Suasana tampak canggung, seketika Ben berdiri dan memulai. Kennie tidak lagi melihat Ben yang sosok yang tengil melainkan ia melihat Ben dengan sosok berwibawa. Dengan setelan jas hitam keabuan-abuan. Kennie menampakkan senyum tipisnya saat Ben menoleh.
Satu jam sudah selesai pertemuan mereka dengan para investor, Ben dan Kennie keluar dari ruangan penuh ketegangan itu. Ben yang mengusap dahinya berkeringat.
"Ini buat lo, lap tuhh keringat" Ben menoleh, sebuah sapu tangan berwarna biru muda bergambar panda. Di berikan pada Ben.
"Kok bengong, Lo cuman presentase. Bukan kerja kuli. Kok keringatan begini" oceh Kennie sambil mengelap keringat di wajah Ben.
"Makasih, Bunglon" ucap Ben
Kennie berhenti, "Gue bukan Bunglon. Tapi gue Kennie" ketus Kennie meninggalkan Ben.
###
Sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan rumah mewah di perumahan mewah. Ya, Ben mengantar Kennie pulang Karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Makasih, Tengil"
"Sama-sama Bunglon"
Kennie keluar dari mobil lalu masuk kedalam rumahnya. Kennie berjalan, disana terdapat Ranty, Dody, dan juga Dony sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton tv.
"Mama, Papa. Kennie kangen" teriak Kennie menghampiri keduanya. Dony yang serius nonton dikagetkan oleh suara cempreng Kennie.
"Dari mana aja sayang," Tanya Ranty sambil mengelus rambut Kennie lembut.
"Dari main sama teman Mah" ucap Kennie berbohong. Kennie tidak ingin keluarga angkatnya tahu kalau Kennie sedang bekerja.
"Papa, ole-ole Kennie mana?" pinta Kennie pada Dody.
"Ada kok," Dody berdiri mengambil sebuah kotak besar, Kennie melihat kotak itu molongo. "Apa ini Pah. Kok gede banget ya?" Tanya Kennie lagi karena ia tidak pernah mendapat hadiah sebesar ini.
"Masa Kennie doang yang di kasih, gue mana?" sahut Dony, Dody hanya terkekeh.
"Apa itu jam tangan kurang cukup. Kamu kan sudah banyak hadiah. Nahh adek kamu aja" tutur Dody,
"Sirik aja, wleee" Kennie membuka hadiah yang ia dapatkan dari ayah angkatnya. Kennie sangat bahagia karena ia tidak pernah mendapat hadiah sebelumnya.
"Wow, keren banget, Papa terima kasih banyak. Kennie suka pake banget" Kennie berjingrak jingkrak kegirangan karena hadiah yang didapatkan adalah sebuah biola branded keluaran terbaru.
Ya, Kennie bermimpi bisa memiliki alat music biola, dan mimpinya terwujud. "Astaga adek gue kesambet setan apa sihh" pekiknya, Dony hanya bisa menggeleng kepala. Sedangkan Ranty dan Dody hanya bisa tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kennie [END]
Teen FictionJudul sebelumnya : Mengapa Aku Berbeda? Berganti : Kennie Mungkin sebagian orang tak mengenalku hanya melihat dari sisi kiriku. Aku hanya manusia biasa. Yang memiliki mimpi yang sama seperti mereka. Mungkin aku dikenal hanya sosok pejengan yang t...