BAB 06

1.2K 41 1
                                    

BAB 06

Pagi ini, Kennie tengah bersiap, hari pertama kerja sebagai sekretaris di Restaurant. Menatap cermin menata rambut dengan penampilan berbeda dari biasanya. Sebenarnya ini bukan Kennie. Ia tidak biasa memakai pakaian kantor. "Ngapain juga si cowok tengil itu, ngangkat gue jadi sekretarisnya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Mengambil tas sampirnya lalu pergi. Dony yang sedang duduk di ruang tamu seketika menoleh kearah Kennie. Ia menyerngitkan dahinya. "Woyyy curut, tumben amat pagi ini rapi banget. Mau kemana Bu?" Tanya Dony menatap Kennie dari atas hingga kebawah.

"Mau pergilah," jawab Kennie singkat

"Pergi kemana? Ajak gue kek" pinta Dony menaikkan alisnya.

"Bukan urusan lo. Gue pergi dulu, Bye" Dony yang menatap adiknya pergi begitu saja. Hanya bisa menegukkan ludahnya.

"Ternyata adik gue cantik juga" gumam Dony menatap punggung Kennie yang sudah menjauh.

Langkah Kennie terhenti saat melihat Ben sudah berada di depan rumahnya. Kennie bingung kenapa bisa Ben mengetahui rumahnya padahal Kennie tidak pernah memberitahunya.

"Dari mana lo tahu rumah gue?" Tanya Kennie bingung

"Dari mana aja boleh neng" jawab Ben asal, Kennie yang melihat Ben Beda dari biasanya. Saat ini ia sedang memakai pakaian formal juga.

"CK, terus ngapain lo pagi-pagi kesini?" Tanya Kennie ketus

"Jemput lo lah" jawab Ben dengan entengnya

"Nggak perlu, gue bisa pergi sendiri" ketus Kennie

Ben langsung menghalangi langkah Kennie, "Gue akan masuk mau memberitahui ke keluarga lo, kalau lo bekerja di Resto gue sebagai Sekretaris" ucap Ben dengan senyum smirknya. Sementara Kennie terdiam "gue nggak mau mama tahu. Kalau gue kerja" gumam Kennie dalam hati.

"Lo jangan masuk" tahan Kennie, Ben menyerngit dahi bingung

"Maksudnya?" Tanya Ben kebingungan, lama ia berpikir dan akhirnya mengerti maksud perkataan Kennie.

"Ohh, gue tahu pasti orangtua lo tidak tahu jika lo bekerja di Resto gue" angguk Ben memutari Kennie.

"Awas aja, sampai orangtua gue tahu. gue nggak akan lagi mau jadi sekretaris lo" ancam Kennie. Ben hanya mengangguk menyetujui "Oke, silahkan masuk." Kennie masuk kedalam mobil setelah Ben membukakan pintu mobilnya.

Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, Kennie menatap luar dari jendela sementara Ben focus menyetir saja. Sesekali Ben menoleh tersenyum kecil menatap Kennie. Merasa di perhatikan Kennie menoleh sekilas "Kok lo liatin gue, ada yang salah?" Tanya Kennie polos.

Ben menggeleng "Tidak ada yang salah. Bahkan lo cantik" pujinya. Tetapi Kennie hanya diam saja, menampakkan wajah datarnya. Sementara Ben kembali focus menyetir.

"Ini manusia ES apa BUNGLON sihh. Gak jelas banget" gerutu Ben dalam hati

Tidak lama kemudian Ben dan Kennie sampai, Kennie yang turun duluan sementara Ben memarkirkan mobilnya setelah itu menyusul masuk. Kennie berjalan masuk, para karyawan berdecak kagum saat melihat Kennie berbeda dari biasanya. Gio yang berada di depan kasir Resepsionist seketika menoleh. "Ini beneran elo Ken. Cantik banget" gumam Gio tersenyum. Merasa di perhatikan oleh semua karyawan Kennie hanya bisa diam menampakkan wajah datarnya.

Ben merangkul Kennie dan membawanya ke ruang kerja. Kennie tersentak kaget dan menghempaskan lengan Ben. "Ben, Gue nggak suka" Ketus Kennie, Ben hanya menampakkan cengirannya. Lalu duduk dikursi kebesarannya.

"Orang itu pagi-pagi senyum, bukan pasang muka triplek" ledek Ben

Kennie duduk di tempat yang sudah disediakan. Dan mulai mengerjakan berbagai berkas dokumen. Ben mengambil berbagai map gede berwarna biru. Dan menumpukkan di depan Kennie.

"Lo kerjakan ini?"

Kennie berdiri menatap tajam kearah Ben, "Hah, Lo gila. Masa gue kerjain ini sendirian." Ketus Kennie.

"Apa gunanya lo jadi sekretaris kalau tidak mau kerjakan ini dokumen" hardik Ben. Kennie menghembuskan nafas gusar,

"GUE NGGAK MAU KERJAKAN"

"HARUS"

"NGGAK, Kecuali lo juga kerja" timpal Kennie menatap Ben dengan penuh tantangan.

"Oke, dengan syarat, Lo harus Dinner bareng gue" ucap Ben dengan entengnya membuat Kennie terdiam sejenak memikirkan.

"Kok gitu?" Tanya Kennie mengerutkan dahinya. Dia bingung apa maksud dari perkataan Ben. Apa Ben mengerjainya?, atau ini adalah sebuah jebakan?, Kennie tidak tahu?. kenapa ia harus terus berurusan dengan manusia super menyebalkan seperti Ben.

"Gue nggak mau Dinner sama Lo" akhir Kennie

"Oke, kalau begitu gue datang kerumah lo, kasih tahu Bonyok lo. Kalau lo bekerja" ancam Ben menaikkan satu alisnya. Dengan senyum kemenangan.

"Oke, Fine"

"Gitu dong, dari tadi"

###

Sejak tadi Kennie hanya diam saja, sambil membuka buku novel yang sering ia bawa kemana-mana. Jam istirahat tiba, Kennie duduk disalah satu meja di Restorant.

Ben berdiri memperhatikan Kennie dari jauh, hingga salah satu karyawan datang menghampiri Ben "Dia memang begitu Pak Boss, Kennie memang di kenal pendiam. Jam istirahat ia hanya duduk membaca doang, abis itu kerja lagi" kata salah pramusaji yang selalu memperhatikan gerak gerik Kennie selama ia kerja. "Nahh, Pak Boss, dia juga tidak pernah ketawa apalagi senyum aja mana pernah. Bergaul sama karyawan juga mana pernah" lanjutnya. Membuat Ben termenung, "Segitunya ya" balas Ben. "Lanjut sana kerja, makasih infonya" perintah Ben.

Gebrakkkk

"WOIII, DIAM SAJA. KESAMBIT BARU TAU RASA" Ben mengebrak meja, membuat Kennie terlonjak kaget. Dengan menatap tajam.

"BISA NGGAK SIHH, TIDAK KAGETIN ORANG." Bentak Kennie, seketika semua karyawan menoleh kearah mereka.

Ben duduk di hadapan Kennie, sementara Kennie kembali membaca novelnya tidak memperdulikan keberadaan Kennie.

"Lo itu manusia apa bukan? Masa tidak punya teman sama sekali" telak Ben membuat Kennie terdiam menghentikan bacaannya.

"Lo manusia apa purba sihh?" lanjut Ben, Kennie hanya diam, tidak ada sahutan sama sekali. Bayangannya kembali pada masa lalunya yang Kelam. Tanpa disadari Kennie meneteskan air matanya. Ben yang melihat Kennie menjatuhkan air bening di pipinya. Seketika bungkam. Entah karena ucapannya yang salah. Kali ini Ben merasa Bersalah.

Kennie beranjak lalu pergi meninggalkan Ben yang memasang tampang cengo.

"Astaga apa gue salah ngomong ya?" Tanya Ben pada dirinya sendiri, dan beranjak menyusul Kennie.

Kennie duduk terdiam di meja kerjanya. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. Ben datang langsung menatap heran, "Emang lo bener gue tidak punya teman sama sekali dan tidak ada yang mau berteman sama gue" ucap Kennie lirih.

Dengan rasa bersalah Ben duduk dihadapan Kennie yang sedang menunduk "Gu-gue minta maaf, gue nggak tau." Kennie mendongakkan kepalanya. "Nggak perlu," ucap Kennie dingin. Ben hanya berdiri diam.

"Gue pengen sendiri, sekarang lo pergi"

Ben menaikkan sebelah alisnya, "Lo ngusir gue, Ogah pergi jelas ini ruangan gue" kata Ben meledek sambil melirik Kennie.

"GUE PENGEN SENDIRI, JADI LO KELUAR" Bentak Kennie

"O G A H, OGAH" timpal Ben sambil mengeja

Merasa geram Kennie mengambil map lalu berdiri menghampiri Ben dengan memukulnya di badannya.

"Waduhhh, Woyyyy Ken. Ampun. Kok gue di timpuk map sih" Ben berlari mengelilingi ruangan sementara Kennie memukul Ben tanpa ampun.

"Please, Please, Please Ken, maaf napa." Ben meminta maaf dengan memamerkan dua jari berbentuk huruf V

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang