BAB 31

597 20 0
                                    

HAPPY READINGS

BAB 31

Mobil Ben memasuki gerbang sekolah dan memarkirkanya. Ben dan Kennie turun dari mobil. Lalu berjalan beriringan, sepasang kekasih yang baru saja jadian. Semua siswa yang memandang mereka menatap cengo. Dengan senyum lebar Ben menebar pesona pada siswi yang melihatnya. Tanpa aba-aba Ben memegang jemari Kennie. Kennie yang tersentak karena ulah Ben yang membuatnya kaget.

"Gak usah pegang tangan juga kali" umpat Kennie melihat Ben mengeratkan jemarinya di jemari Kennie.

"Yeah biar semua siswa SMA Garuda tahu kalau lo itu punya gue" ucap Ben enteng. Kennie tersenyum tipis lalu kembali berjalan menuju kelasnya. Kali ini Ben mengantar Kennie ke kelasnya. Kennie menyerngit dahinya bingung "Bukannya kelas lo disana ya, ngapain ke kelas gue sih?" Tanya Kennie tidak mengerti

"Apa salah gue antar pacar gue?" Tanya Ben pada Kennie yang hanya mendapatkan cengiran dari Kennie "Nggak ada yang salah" jawab Kennie sekenanya.

Dini yang sudah berada di bangkunya, melihat sepasang kekasih yang baru saja datang. Memasang wajah meledek. "Ahhhh Ciyeee, dianterin segala. Masih pagi Mba, masnya" Kennie menggeplak kepala Dini. Dini meringis kesakitan mengusap kepalanya. "Aww, sakit bego" ucap Dini meringis.

Suasana kelas tampang lengang karena baru beberapa siswa yang datang. "Gue kekelas dulu" ucap Ben yang diangguki oleh Kennie. Ben beranjak dari bangkunya lalu keluar dari kelas.

Dini menatap Kennie dengan cengiran menampakkan deretan gigi putihnya. Kennie menoleh sambil tersenyum tipis "Bagi PJ dong," ucap Dini memelas yang diangguki oleh Kennie.

"Makasih Ben, lo telah berubah sahabat gue menjadi hangat" ucap Dini dalam hati sambil tersenyum. Semenjak kehadiran Ben dan Dini berada di kehidupan Kennie semua telah berubah, Kennie yang sudah mulai membuka diri. Dan mulai merasakan namanya persahabatan kembali. Memang dulu Kennie tidak mau kenal yang namanya sahabat. Bahkan ia sangat menutup diri dari orang-orang sekitarnya. Di sekolah pun ia jarang berada di kantin, bahkan hanya sebagian orang saja yang mengenalnya.

"Iya,"

Dini bersorak ria sambil memeluk Kennie "Thank you" Kennie hanya menampakkan senyum tipisnya.

Sementara di kelas lain yaitu kelas XII IPA 3, Ben duduk sambil memainkan pulpennya. Reno dan Randy yang baru saja datang langsung menghampiri Ben. "Woi senyum-senyum. Ciye yang udah jadian sama cewek Es batu" ledek Reno, Randy tertawa lepas. Ben yang salah tingkah akibat dua curut yang selalu saja menggodanya.

"Akhirnya lo berhasil juga naklukin hati cewek es batu itu" ucap Randy

"Tapi bagaimana dengan tantangan lo dari Dini, apa lo akan memenuhi syarat itu?" Tanya Reno To The Point, yang dapat anggukan dari Ben

"Iyalah, gue udah berhasil. Dan gue harus melakukannya" ucap Ben enteng dengan tawa renyahnya.

###

"Gue terima kasih Ben, berkat lo Kennie bisa ketawa dan senyum lagi" ucap Dini sambil tersenyum bahagia. Begitu juga dengan Ben tersenyum lebar. Saat ini mereka sedang berada di taman sekolah. Mereka sudah janjian saat Bel istirahat.

"Tapi berkat tantangan dan taruhan yang lo berikan ke gue. gue jadi deket sama dia. Cewek aneh, galak, judes, dingin kayak es batu dan ---" dan Kennie yang mendengar semua itu langsung menggeram kesal.

"Oh jadi kalian selama ini---, " keduanya tersentak kaget saat Kennie sudah berada di belakang mereka dan mendengar percakapan antara Ben dan juga Dini. Keduanya menoleh bersamaan kaget. Kennie menghampiri mereka dengan wajah penuh amarah, Ben menghembuskan nafas panjang. Bingung harus melakukan apa sekarang.

"Gue pikir kalian adalah sahabat yang tulus sama gue, ternyata -" ucapan Kennie terhenti. Kennie baru saja mengetahui bahwa Kennie jadi bahan taruhan Ben dan Dini.

"Biar gue jelasin" ucap Ben memohon

"Buat apa lo jelasin, semua sudah jelas. Lo kira gue ini apa? Barang, yang bisa lo jadikan taruhan." Telak Kennie sarkas, hembusan nafas naik turun. Menatap tajam pada Ben. Mata Kennie beralih pada Dini seperti tatapan pembunuh. Dini hanya bisa diam. Dini tahu Kennie sedang marah padanya.

"Ken, Gue lakuin semua ini karena---" ucapan Dini terpotong

"Karena apa? Huh, Gue kira lo tulus sama gue. Gue kira lo sahabat terbaik buat gue. tapi apa? Huh, semuanya Bullshit" ucap Kennie dingin lalu melangkah menabrak bahu Dini. Hingga Dini hampir terhuyung kebelakang jika ia tidak mengimbangi dirinya. Dini dan Ben membalik melihat kepergian Kennie.

"Ben, gue harus ngapain sekarang? Kennie marah banget sama gue" kata Dini lirih sambil menunduk.

"Biar gue yang jelasin semuanya, lo tidak usah kwatir yah" ucap Ben menenangkan Dini. Dini hanya bisa diam dan mengangguk. Ben kembali mengejar Kennie.

Saat ini Kennie sedang berada di rooftop sekolah, pikirannya sedang kacau. Kali ini kembali merasakan untuk kedua kalinya yaitu, Kekecewaan. Di saat ia mulai membuka diri dan mempercayai seorang sahabat.

Kennie berdiri mematung, tanpa sadar ia menitikan air matanya. "Gue kira lo sahabat yang baik tapi nyatanya apa semuanya bullshit" ucap Kennie lirih, pada diri sendiri dan tersenyum miris menatap langit biru.

"Gue cari kemana-mana tersenyata lo ada disini" ucap seseorang, dan Kennie tahu suara itu, Dia adalah Ben.

"Buat apa lo ke sini?" ucap Kennie dingin tanpa menoleh. Ben berdiri di samping Kennie menatap Kennie lekat.

"Gue mau jelasin semuanya sama lo"

"Bukannya semua sudah jelas. Jadi buat apalagi. Gue pengen sendiri. Jadi gue harap lo jangan ganggu gue" ucap Kennie masih menatap kedepan tanpa menoleh. Ben menghembus nafas gusar. ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Kennie sedang marah padanya. dan Kennie memang keras kepala.

"Gue akan tetap berada disini sampai lo mau maafin gue" ucap Ben penuh penekanan dan masih berdiri tepat disamping Kennie.

Kennie menghembus nafas panjang, setelah itu ia berbalik badan pergi meninggalkan Ben. Baru saja melangkah pergi tangan Kennie sudah dicekal oleh Ben. Namun ditepis Kennie. Ben hanya bisa pasrah.

Kennie berjalan sepanjang koridor menuju kelas. Sesampai dikelas Dini melihat kedatangan Kennie dengan wajah datarnya. Kennie mengambil tas punggung lalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan Dini.

"Ken, lo mau kemana. Sebentar lagi masuk?" Tanya Dini, Kennie yang langkahnya terhenti.

Tanpa menoleh ia berkata "Bukan urusan lo" ucap Kennie dingin. Lalu pergi. Dini hanya bisa pasrah. Kennie sudah kembali semula lagi. Dingin terhadapnya. Dini tahu ini adalah kesalahannya. Jadi ia harus menerima kosekuensinya.

Saat ini Kennie berada di tempat yang tenang, pemandangan pegunungan yang indah. Serta angin berhembus kencang hingga menusuk ketulang. Yap, selain di rooftop tempat Kennie menenangkan pikiran, ini adalah tempat dimana ia bisa berteriak sekencang mungkin. Itu salah satu agar keresahan hatinya keluar.

"Kenapa semuanya jahat sama gue?"

"Arghh, Apa salah gue?"

"Kenapa tidak ada yang mengerti perasaan gue?"

ARGHHH

Teriak Kennie mengeluarkan semua keresahan hatinya. Hembusan nafasnya naik turun tidak beraturan. Tubuhnya merosot menunduk, Kennie menangis terseduh-seduh. Saat ini Kennie hanya butuh ketenangan. Hanya tempat ketenenangan tidak ada yang bisa mengganggunya.

Kennie mengambil tas punggung lalu merogoh mengambil buku dan bollpoint. Kennie memulai menulis sebuah keinginannya. Setelah menulis ia membentuk sebuah pesawat kertas kecil. Yang akan ia terbangkan di udara. Kennie mulai mengayunkan tangannya keudara lalu menerbangkan kertas itu hingga terbawah angin.

Kennie menghembus nafas panjang lalu menatap kertas itu yang masih berterbangan di udara. Ada senyum kecil tercipta dibibir Kennie. Semoga Tuhan mengabulkan semua doaku, Aminnn. Ucap Kennie sambil memejamkan matanya.

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang