BAB 29

610 23 0
                                    

HAPPY READINGS

BAB 29

Ben dan Kennie baru saja keluar dari mobil yang membawanya di sebuah Café ternama di ibu kota. Ben berjalan mendahului Kennie. Kennie yang mendongak menatap Café itu dengan wajah mematung. Kennie yang kembali mengingat kejadian yang pernah terjadi dua tahun lalu.

Ben yang membalikkan badannya lalu melihat Kennie menampakkan wajahnya yang sulit diartikan oleh Ben.

Ben kembali menghampiri Kennie, "Lo kenapa kok gugup begitu. Apa yang lo pikirin?" Tanya Ben mulai kawatir.

"Caffe ini tempat gue bekerja dulu" ucap Kennie menampakkan wajah datarnya. Seperti langkah kakinya tidak ingin masuk kedalam café tersebut.

Ben yang mengerti maksud Kennie hanya bisa menghela nafas panjang. tetapi Kennie memiliki sifat professional dalam pekerjaannya. Ia akan tetap masuk.

"Lebih baik kita cancel saja pertemuannya dengan clien" ucap Ben mengerti akan situasi dan keadaan Kennie saat ini.

"Enggak usah, gue tidak mau mencapur adukkan antara pekerjaan dengan masalalu gue." ucap Kennie dengan menampakkan senyum tipisnya. Setelah itu diangguki oleh Ben. Mereka masuk kedalam.

Hari ini mereka bertemu clien di Café yang sudah di tentukan. Kennie bersikap professional dalam pekerjaannya. Meski ia masih mengingat traumanya dulu. Tetapi ia berusaha untuk melupakan kejadian itu.

Seorang manager Café datang menemui mereka. alangkah terkejutnya manager itu saat melihat sosok yang sangat ia kenali di hadapanya saat ini.

"Saya Ben dan ini Sekretarisku" sapa Ben senyum lebar menjabat tangan menager café

"Kamu beneran Rika kan?" Tanya Manager memastikan apa benar yang dilihatnya itu benar.

"Saya Kennie Pak, bukan Rika yang dulu Bapak maki-maki" jawab Kennie masih dengan wajah datarnya. Telak membuat Manager yang melihat Kennie tersenyum kikuk dan meringis. Sementara Kennie menampakkan wajah tanpa ekspresi sama sekali.

"Cantik tapi mukanya kayak papan triplek" gumam manager yang dapat didengar oleh Ben dan Kennie.

Kennie menatap tajam menager itu, yang mendapatkan tatapan tajam dari Kennie langsung tersenyum kikuk.

"Silahkan duduk," ucap manager mempersilahkan Ben dan Kennie duduk di ruangan VVIP yang di sediakan oleh manager café tersebut.

###

Reka yang sedang duduk ditaman belakang rumah, duduk terdiam sambil memadangai rumputan hijau. Jeny yang melihat Reka yang sedang berdiam diri, langsung menghampirinya. Reka tersentak kaget saat kedatangan Jeny yang tiba-tiba duduk disampingnya menampakkan wajah sedihnya.

"Kamu kenapa, mukamu sedih begitu?" Tanya Reka saat melihat Jeny menundukkan kepalanya

"Rek, Rika tidak mau maafin gue. mungkin ia sangat kecewa atas perlakuan gue dulu padanya" lirih Jeny, Reka yang mengerti akan perasaan Jeny langsung memegang kedua pundaknya.

"Lihat aku, Rika pasti akan memaafkan kamu, karena aku tahu Rika orangnya sangat baik. Mungkin saat ini ia sedang kecewa. Tetapi aku yakin Rika akan memaafkan kamu" ucap Reka menyakinkan membuat Jeny bernafas lega. Walaupun masih menampakkan wajah sebabnya akibat menangis tadi.

"Mungkin Rika hanya butuh waktu untuk menerima kita kembali" ucap Reka menampakkan senyum lebarnya.

"Sudah dong nangisnya, jelek tahu. masa pacar aku nangis" Reka mengusap wajah Jeny yang basah.

"Sapa yang nangis sih, mataku Cuma becek saja" kesal Jeny, Reka hanya terkekeh

"Gitu dong ketawa, kan jadi cantik lihatnya" goda Reka membuat Jeny tersenyum lebar.

Ya, Reka dan Jeny sudah jadian satu tahun lalu. Awal pertemuanya pun cukup singkat. Saat itu Jeny telah mencari keberadaan Rika. Jeny kerumah Rika, untuk segera meminta maaf atas perlakuannya pada Rika. Akan tetapi Rika malah pergi dari rumah entah kemana.

Reka yang melihat Jeny sedang bingung, sedih, disitulah ia datang dan menenangkan Jeny. Jeny dan Reka selalu bersama-sama mencari keberadaan Rika. Namun hasilnya nihil.

Tetapi mereka berdua tidak pernah putus asa untuk mencari Rika. Disitulah mereka selalu bersama hingga menumbuhkan benih cinta. Hingga saat ini mereka bersama. Jeny yang selalu menemani Reka dan merawat Anita yang sedang sakit.

Setiap pulang sekolah Jeny selalu datang kerumah Reka, hanya untuk membawa makanan. Jeny juga merasa Iba saat melihat Anita selalu menyebut Rika dalam tidurnya. Jeny tahu semua hal tentang keluarga Reka.

Dan saat itu ia baru menyadari bahwa sahabat yang telah ia lukai saat ini, sudah berbeda. Hanya waktu yang bisa membuat kembali semula walau tidak seperti dulu lagi.

Penyesalan selalu datang di akhir. Maka penyesalan tidak pernah datang pada awal. Itu yang dirasakan oleh Jeny saat ini. MENYESAL.

###

"Terima kasih atas kerja samanya Pak" ucap menager café yang bernama Pak Nafly, mereka saling berjabat tangan satu sama lainnya.

Kennie dan Ben baru saja selesai melakukan pertemuan dengan clien, lalu kembali menatap Kennie dengan senyum lebarnya.

"Gue tidak salah pilih lo jadi sekretaris gue, Ken" ucap Ben langkahnya terhenti begitu juga dengan Kennie

"Oh ya, perasaan gue tidak melakukan apa-apa deh" pikir Kennie, menyerngit dahinya bingung atas perkalukan Ben padanya.

"Iyalah, lo itu banyak kejutan bagi gue. selain galak" ledek Ben, membuat Kennie menimpuk Ben dengan tas di bahunya.

"Lo ya, selain tengil. Ngeselin juga" balas Kennie tidak mau kalah

Mereka selalu berdebat, bahkan selesai pertemuan dengan clien mereka selalu saja beradu mulut. Orang-orang yang melihat mereka seperti melihat sepasang kekasih yang tidak harmonis.

"Yang penting gantengnya gak ketulungan" ucap Ben yang tingkat kedepean akut

"Pede amat lo" Kennie melangkah memasuki mobil yang sudah terparkir dengan supir yang membukanya

"Biarin, kok gue di tinggalin sih" kesal Ben langsung naik di atas mobil. Sedangkan sopir yang mengantar mereka hanya terkekeh dan geleng-geleng kepala melihat keduanya.

"Kenapa ketawa Pak, ada yang lucu?" Tanya kompak membuat sopir itu kembali terkekeh

"Kalian cocok, kompak lagi" ucap Pak Mamat kembali terkekeh

"Cocok apaan Pak, Cowok tengil kayak begini. Dan tingkat kepedean akut" ucap Kennie ketus dan Ben hanya tersenyum menyeringai

"Idih, elo. Galak, dingin kayak es di kutub utara dan Bunglon" balas Ben tidak mau kalah. Sepanjang perjalan menuju Restorant mereka selalu saja berdebat tidak jelas. Hingga akhirnya mereka sampai.

Kennie turun lebih dulu sedangkan Ben menyusul di belakang Kennie. "Dasar Tom and Jerry. Tidak ada habisnya" ucap Pak Mamat masih menatap keduanya yang masih berdebat. Pak Mamat hanya bisa diam. jika ia melerai maka akan dapat omelan dari keduanya.

Semua pengunjung heran melihat Ben dan Kennie, begitu juga dengan karyawan lainnya. Mereka hanya bisa menghela nafas panjang sambil terkekeh.

"Eh, Bunglon tungguin gue napa" ucap Ben kesal saat Kennie sudah menjauh darinya

"Makanya kalau jalan itu yang cepat, jangan hanya ngomel aja. Dasar Tengil" balas Kennie

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang