BAB 11

910 29 1
                                    

BAB 11

Kennie sedang berada di taman belakang sekolah, ia sedang duduk sambil memandangi rumput hijau. Memegang buku novelnya. Memang Kennie senang duduk sendirian di tempat penuh kesunyian dari pada di kelas harus mendengar keributan.

"Aku boleh duduk nggak?" Tanya seseorang, Kennie mendongak ternyata itu Reka

"Ngapain lo kesini?" ucap Kennie begitu dingin sedingin es di kutub utara

Reka menghembuskan nafasnya lalu berucap "Selamat ulang Tahun, buat kamu adikku." Kennie hanya diam, dia bingung, ada apa dengan Reka? Reka yang dikenalnya sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

"Sejak kapan lo manggil gue dengan sebutan adik?" Tanya balik Kennie telak membuat Reka bungkam.

Sejak dulu Reka tidak pernah menganggapnya sebagai adik, malah sebaliknya. Reka yang dulunya selalu ketus terhadapanya, judes. Dan juga selalu mendapat perhatian lebih dari orang tuanya.

"Sejak hari ini" ucap Reka penuh dengan keyakinan

"Gue nggak butuh Kakak yang telah membuat hidup gue hancur, gue nggak butuh kakak yang egois. Dan gue tidak punya kakak seperti lo. Dan satu lagi kalau sampai satu sekolah tau lo adalah kakak gue jangan harap gue anggap lo sebagai Kakak" setelah berkata seperti itu Kennie pergi meinggalkan Reka, Reka tahu Rika alias Kennie begitu membencinya. Dan musnah sudah harapan Reka untuk mengajak adiknya untuk pulang.

Kennie berjalan di sepanjang koridor, ia mempercepat jalannya. Keadaannya sedang kacau. Ia tidak memikirkan kicauan para siswa.

BRUKKKK

Badan kennie tersungkur kebelakang saat ada seseorang yang menabraknya. Kennie mendongakkan kepalanya melihat siapa yang telah menabraknya.

"LO, Ishhh bisa nggak sih tidak gangguin sehari saja" kesal Kennie, Ben masih menatap matanya yang mulai sebab.

"Lo nangis ya?" Ben menatap dalam dan saat tangan Ben mulai memegang wajah Kennie.

"Bukan urusan lo" Kennie menepis tangan Ben dan meninggalkan dengan tatapan bingung. Ben yang penasaran memilih untuk mengejar Kennie.

Sementara Kennie di kelas duduk dan menenggelamkan kepalanya di atas meja. Dini sedang duduk melihat Kennie dengan keadaan kacau. Dini tersentak kaget, apa yang terjadi pada Kennie? Ada apa dengan Kennie.? Baru kali ini gue melihat Kennie sekacau ini?. pertanyaan-pertanyaan itu selalu terngiang dibenak Dini.

Ben masuk langsung duduk dihadapan Kennie dan Dini.

"Heh, Ben lo apain Kennie sampai kayak gini?" Tanya Dini menatap tajam Ben. Sedangkan yang ditatap menyerngit dahinya bingung.

"Woii, gue nggak ngapain teman lo. Justru gue mau nanya. Si Bunglon kenapa?" tukas Ben, heran dan menanyakan balik pada Dini. Tentang apa yang sedang terjadi pada Kennie. Entahlah Dini dan Ben juga bingung.

"Mana gue tahu, Kennie datang-datang dengan keadaan begini"

"Berisik" ucap Kennie masih menenggelamkan kepalanya di atas meja.

Ben hanya bisa memijit pelipisnya. Reka datang lalu masuk dengan keadaan yang sama. Ini semakin membuat Ben dan Dini bingung. Apa yang terjadi pada keduanya. Ben naikkan alisnya memberikan isyarat pada Dini untuk keluar dari kelas dan ikut bersama Ben keluar dari kelas.

Setelah kepergian Dini dan Ben, Reka bangkit lalu duduk dihadapan Kennie.

"Rika, mak-maksud gu-gue Ken-nie" ucap Reka terbata-bata. Kennie mengangkatkan kepalanya.

"Sudah gue bilang jangan ganggu gue, Paham" ucap Kennie ketus.

###

Bell bordering keras hingga semua siswa berlarian masuk dan mengambil tempat duduk masing-masing. guru bertubuh besar dan berkumis tebal itu masuk dengan wajah seram yang ditampakkan pada semua siswa. Ia meletakkan buku tebal.

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang