BAB 16
Masih seperti biasa Kennie menggunakan skuter motornya untuk pergi kesekolah. Ia menyusuri jalan kota yang dipenuhi oleh kendaraan. Lima belas menit kemudian ia sampai di sekolah. Memarkirkan motornya di tempat biasa. Lalu masuk kesekolah yang mulai dipadati oleh para siswa.
Ben sudah berdiri depan gerbang, seperti menunggu seseorang. Menebar pesona pada kaum hawa yang lewat di depannya. "Hello Bunglon, Mobil baru lo mana?. Kok tidak di pake?" ledek Ben dengan cengiran. Kennie menghentikan langkahnya sejenak berpikir. "Dari mana dia tahu kalau gue punya mobil baru"seketika menoleh, dan menyerngit dahinya bingung. Lalu ia beralih pada Ben untuk meminta penjelasan.
"Dari mana lo tahu kalau gue punya mobil baru dan nggak usah sok tahu deh lo" ketus Kennie, Ben hanya berdiri tegak sambil melipat kedua tangannya depan dadanya. Ben akhirnya tertawa lepas saat menatap wajah Kennie marah.
"Ada yang lucu?" Tanya Kennie dengan polosnya
"Nggak ada sih, tapi gue seneng ternyata gue tidak salah pilih buat lo. Hoody yang lo pakai pas dan cocok buat lo" ucap Ben saat memerhatikan Kennie yang memakai Hoody pemberiannya.
"Widihh, pagi-pagi udah berduaan aja nihh" sapa Randy dan Reno bersamaan
"Idih, masih pagi-pagi neng" ledek Dini yang baru saja datang, Reno yang melirik Dini dengan senyum merekah membuat Ben ingin menjahili sahabatnya itu.
"Woii, Biasa aja kali lihatnya" ledek Ben sambil mengibas tangannya di depan mata Reno. Reno yang sempat melongo tersentak kaget, akibat ulah Ben. Dini dan Kennie meninggalkan Ben dan juga dua kembar curut. Tetapi Reno tidak pernah beralih dan tetap menatap Dini.
"Orangnya sudah jauh, masih aja diliatin, kayaknya lu suka yah sama Dini" Reno yang salah tingkah karena ledekan Ben yang menyekaknya.
Kennie dan Dini memasuki kelas, dan menaruh tas punggungnya di meja. Kennie yang membuka Hoody berwarna biru laut itu. Dini yang melihat seperti ada yang beda darinya. Ia mengambil jaket itu. "Hoody baru. Tumben pake ginian, biasanya lo tidak pernah pake ginian" Kennie hanya diam dan duduk sebelum merespon pertanyaan Dini.
"Ini pemberian" jawab Kennie singkat
"Dari siapa? Cowok ya, ganteng tidak?" Tanya Dini dan Kennie memutar bola matanya malas, menjawab pertanyaan yang absurd.
Kennie menghembuskan nafas panjang lalu menjawab "Ya Cowoklah masa Cewek. Dan Hoody ini dari Ben" akhir Kennie dengan mengecilkan sedikit suaranya namun di dengar oleh Dini.
"Ben, Cielah akhirnya sahabat gue lagi jatuh Cinta" ledek Dini, Kennie yang merasa geram karena ledekan dari Dini teman sebangkunya yang banyak pengentahuan itu membuat Kennie berdiam diri. Tidak ingin menanggapinya.
"Gegara gue pake Hoody ini, gue jadi bulan bulanan teman sebangku gesrek ini" keluh Kennie dalam hati.
Bell bordering kencang sehingga siswa masuk dan mengambil tempat. Pak Bomar masuk seperti biasanya membuat semua siswa sesak karena kekillerannya. Pak Bomar tersenyum sinis, melihat semua siswa diam.
"Pagi semua, Hari ini semua tugas yang diberikan oleh Bu Leni. Kumpul dan kamu Kennie ambil semua tugas kumpul kedepan" perintah Pak Bomar yang diangguki oleh Kennie denga takut-takut.
Kennie mulai berjalan mengambil satu persatu tugas dan setelah itu ia menaruh di meja guru.
"Kennie, Reka, dan juga kamu Dini ikut saya keruangan sebentar setelah jam pelajaran selesai" perintah Pak Bomar yang di angguki oleh ketiga siswa yang di sebutkan namanya.
Kennie duduk sementara Dini bingung mengapa ia ikut dipanggil oleh Pak Bomar. Setahu Dini, ia tidak pernah melakukan kesalahan. Sementara yang lainnya bertanya-tanya mengapa Pak Bomar memanggil mereka. Dan menatap iba pada Dini, Kennie dan Reka.
Reka yang masih baru ikut bingung mengapa semua siswa pada memperhatikannya. Seperti buronan yang baru saja ingin lepas. Namun di kurung kembali.
Setelah jam perlajaran selesai Kennie, Dini, dan Reka kini berjalan menunju ruang guru. Kennie yang memilih berada di belakang Dini dan Reka. Kennie yang menampakkan wajah datar seperti biasanya.
Mereka memasuki ruang guru dan Kennie terkejut saat melihat Ben juga berada di dalam ruangan. Mereka duduk di hadapan Pak Bomar. Kennie, Dini, Reka dan Ben.
"Mungkin kalian bingung mengapa Bapak bawa mengumpulkan kalian disini" ucap Pak Bomar memulai.
"Bapak harap kalian mengikuti Olimpiade cerdas cermat. Bapak ingin kalian dapat bekerja sama. Dan Kalian merupakan pilihan untuk perwakilan sekolah kita" ketiganya melongo sementara Kennie hanya acuh.
"Bapak yakin, saya adalah capten tim basket. Kenapa bapak bisa milih saya buat mengikuti Olimpiade ini?" Tanya Ben bingung. Ia baru pertama kali mengikuti lomba Olimpiade cerdas cermat. Ben selalu mengikuti turnamen basket, bukan hanya itu dia selalu menjadi perwakilan di setiap provinsi maupun disekolah.
Reka menghembuskan nafas panjang setelah kaget Karena ia baru dua bulan sekolah dan mendapat kesempatan mengikuti Olimpiade cerdas cermat, ia hanya bersikap biasa saja. Yap, karena Reka selalu mengikuti setiap perlombaan Olimpiade cerdas cermat di tempat ia sekolahnya dulu.
Dini yang masih melongo, karena tidak percaya ia bisa di pilih ikut perlombaan tersebut. Sedangkan Kennie hanya diam acuh karena baginya itu tidak penting. Dan hal terbesar ia harus bersaing lagi dengan saudara kembarnya Reka. Meskipun ketiga temannya tidak mengetahuinya.
"Pak kenapa gue yang di tunjuk ikut lomba. Masih banyak lain Pak yang lebih pinter dari gue" kata Kennie santai dan ketiganya temannya spontan melongo karena ucapan Kennie yang blak-blakan.
Pak Bomar menepuk jidat, bingung harus berkata apalagi dihadapan keempat siswanya Termasuk Kennie.
"Jadi Bapak tegaskan suka tidak suka, mau tidak mau. kalian harus ikut lomba Olimpiade cerdas cermat ini" ucap tegas Pak Bomar membuat keempatnya pasrah.
Keluar dari ruang guru Ben menyamahi jalannya dengan Kennie. "Ken seharusnya lo seneng kali ikut Olimpiade cerdas cermat. Bukan pasang datar kayak tembok begini" Ben yang memerhatikan Kennie, sedangkan yang dilirik hanya acuh karena sebenarnya Kennie tidak suka mengikuti lomba Olimpiade cerdas cermat yang menurutnya menguras otak dan pikiran.
"Bisa diam nggak" ucap Kennie ketus
"Nggak emang kenapa kalau gue bicara, mulut, mulut gue" Kennie yang merasa geram karena Ben selalu saja cerocos tidak jelas.
"Ken, kapan mau belajar bareng?" Tanya Ben langkah Kennie terhenti saat mendengar tawaran dari Ben. Kennie mencibir "Malas belajar gue" jawab Kennie, Ben hanya terdiam. Lalu melihat Kennie berjalan mendahuluinya dan Dini dan Reka ikut mengekor dibelakangnya.
"Dasar bocah keras kepala" gumam Ben, ia hanya menggeleng melihat kelakuan Kennie yang selalu berubah-ubah.
Di kantin Kennie dan Dini sedang duduk sambil melahap mie ayam. Reka yang baru saja datang langsung duduk di dekat Dini. Kennie masih mekan tanpa memerhatikan Reka.
"Rika, Maaf maksud aku Kennie. Aku mau ngajak kalian belajar bareng" Kennie yang mendengar itu sontak menyemburkan mie ayamnya di hadapan Dini. Dini yang mengusap wajah dan bajunya karena semburan dari mulut Kennie.
"Kennie kalau makan jangan pake sembur gue segala" teriak Dini membuat seisi kantin menoleh padanya. Dini menampakkan wajah cengirnya. Memperlihatkan deretan gigi puithnya.
"Maaf, gue nggak sengaja" ucap Kennie meminta maaf padanya, Dini hanya bisa menghembuskan nafas.
"Gue ganti baju lo, yuk ke koparasi" ujar Kennie mengajak Dini pergi kekoperasi. Sementara Reka ia tidak mendapat respon dari Kennie. Dan meninggalkan Reka duduk sendiri.
Setelah Dini menganti baju sekolahnya dengan baju baru, Dini yang masih heran kepada Kennie mengapa setiap kali Reka mengajaknya ia selalu menolaknya. Padahal menurut Reka itu baik padanya.
"Kenapa lo tidak mau belajar bareng dengan Reka, padahal dia selalu baik sama lo" pikir Dini, Kennie diam menampakkan ekpresei datarnya.
"Gue tidak mau, kalau lo mau, lo saja" ucap Kennie sekenanya
"Sebenarnya ada apa sih lo dengan Reka. Gue harus cari tahu ini" gumam Dini dalam hati, yang begitu penasaran Karena Kennie begitu tidak suka dengan Reka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kennie [END]
Teen FictionJudul sebelumnya : Mengapa Aku Berbeda? Berganti : Kennie Mungkin sebagian orang tak mengenalku hanya melihat dari sisi kiriku. Aku hanya manusia biasa. Yang memiliki mimpi yang sama seperti mereka. Mungkin aku dikenal hanya sosok pejengan yang t...