BAB 18

782 26 0
                                    

HAPPY READING GENGS

BAB 18

Dari arah Jauh Kennie melihat Reka datang bersama seseorang yang tidak asing baginya.

DEG

Reka tersenyum simpul saat melihat Kennie yang sudah datang lebih dulu. Kennie yang masih memasang wajah datarnya seperti biasanya. Reka yang di temani Jeny, entah apa yang membuat Reka mempertemukan Jeny dengannya. Kennie tidak tahu.

"Maaf lama, aku harus jemput Jeny. Karena ia ingin ketemu sama kamu" ucap Reka memenuhi keheningan yang terjadi.

"Oke, sekarang lo, mau ngapain ngajak gue ketemu" kata Kennie dingin. Jeny menatap Kennie dengan penuh kerinduan pada sahabatnya itu.

"Iya, karena aku mau mempertemukan kalian berdua" ucap Reka santai

"Sorry, gue masih ada urusan lain. Sama saja kalian membuang waktu gue" ucap Kennie dingin sedingin es dikutub utara. Kennie berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Kennie berada di parkiran lalu menstarter motor skuter yang biasa ia pakainya. Tak butuh menunggu lama Kennie menancapkan gas meninggalkan Caffe tersebut. Sepanjang jalan Kennie terus teringat di kejadian masa lalunya. Dan itu sangat perih baginya.

Dan untuk kedua kalinya Kennie harus bertemu dengan Jeny. Kennie mengberhentikann motornya di jembatan. Membuka helm pengaman lalu melangkahkan kakinya di berdiri dijembatan.

Sebuah mobil Jazz merah berhenti tepat di belakang motor skuter milik Kennie, Ben yang turun dari mobil langsung menghampiri Kennie yang sedang berdiri di jembatan. Seketika Kennie menoleh langsung memeluk Ben. Dan menumpahkan tangisnya.

Ben terdiam terpaku, lalu membalas pelukan itu. Kennie semakin mempererat pelukannya.

"Ken, menangislah jika itu akan membuatmu tenang. Gue akan selalu ada buat lo" ucap Ben tulus.

"Sekarang gue antar lo pulang, ini sudah malam. Dan lo harus istirahat dan motor lo nanti gue suruh supir yang antar kerumah lo" jelas Ben yang di balas dengan anggukan Kennie.

Senpanjang jalan Kennie terus menatap luar lewat jendela mobil. Sedangkan Ben hanya focus menyetir. Kali ini Ben tidak ingin menganggu atau menjahili Kennie. ia tahu saat ini Kennie sedang kacau. Sesekali ia menoleh melirik Kennie yang terus menatap luar.

"Apapun yang terjadi sama lo, gue akan selalu berada di sisi lo Ken" ucap Ben dalam hati.

Mobil Jazz merah itu berhenti tepat didepan gerbang Kennie seketika satpam yang berjaga langsung membuka pintu dan membiarkan mobil itu masuk hingga tepat depan pintu rumah Kennie.

"Ben, Makasih" kata Kennie sambil membuka seatbell dan keluar dari mobil

"Sama-sama" ucapnya langsung melajukan mobilnya dan Kennie masuk

Kennie berjalan dengan wajah lesuh dan berantakan, Dony yang melihat Kennie tampak bingung.

"Dek, kok muka lo kusut begitu kayak triplek belum di benerin" cemas Dony, Kennie berjalan begitu saja mengacuhkan Dony. Dony yang penasaran menyusul Kennie kekamarnya. Dony tampak cemas melihat keadaan adiknya datang dengan wajah ditekuk.

Dony mengetuk pintu kamar Ken "Ken, adek gue yang gemes kayak boneka panda. Buka dong pintunya, Abang mau masuk nihh" pinta Dony,

"Dony, ada apa teriak malam-malam begini?" Tanya Dody, Dony mengusap wajahnya gusar. "Pah, Mah. Dony kwatir sama Kennie. diakan baru saja pulang. Aku lihat dia pulang dengan wajah kusut dan berantakan" jelas Dony begitu kwatir dengan adiknya itu.

"Biar Mama aja yang ketuk" ucap Ranty yang langsung di angguki keduanya. Ranty mulai mengetuk pintu "Ken, Mama boleh masuk?" teriak Ranty yang langsung dibukakan oleh Kennie.

Ranty yang melihat anaknya itu masuk sementara Dody dan Dony hanya terdiam. Dody mengajak Dony keruang tamu dan meninggalkan kedua di kamar.

"Mama tidak tahu kamu punya masalah apa? Setidaknya Mama bisa mendengar keluh kesahmu. Kamu bisa curhat kapan aja sama Mama" Pinta Ranty yang langsung di angguki oleh Kennie dan memeluknya.

Ranty sangat menyayangi Kennie seperti anaknya sendiri. Kennie yang masih berada dipelukannya yang menampakkan sikap manjanya. Bisa dikatakan Kennie memang sangat manja bila berada dekat Ranty.

Seulas senyum mengembang di wajah Ranty saat melihat Kennie sudah mulai tenang. "Hmmm, Bagaimana besok malam kamu tampil di Caffe" usul Ranty, Kennie yang mendengar terlonjak kaget saat mendengar Mamanya menyuruhny untuk tampil di Caffe.

"Waduhhh Ma, Apa tidak kecepetan ya. Soalnya Kennie ikut lomba Olimpiade. Belum lagi harus menghadapi rumus-rumus. Belum lagi belajar. Nanti aja yah Ma" ucap Kennie memohon.

"Setelah lomba nanti kamu harus tampil. Oke dan semoga di lomba nanti kamu menang"

"Makasih Mamaku sayang" Kennie langsung memeluk Mamanya begitu juga dengan sebaliknya.

###

Kennie, Dini, Ben, dan juga Reka sedang berada di perpustakaan mereka belajar bersama. Ben yang sibuk dengan membaca rumus-rumus dengan setumpuk buku dihadapannya. Dini yang begitu pusing dengan kalkulator hitungan dengan rumus yang sedang ia kerjakan. Reka yang terlihat biasa saja saat menghadapi rumus yang memusingkan. Tetapi tidak bagi Kennie yang masih membaca buku novel.

"Bagaimana bisa menang kalau gue dapat soal ribet kayak begini" dumel Dini sambil menatap buku dan kalkulatornya.

"Sini aku ajarin" sahut Reka yang langsung diangguki oleh Dini

"Nggak usah, biar dia belajar sendiri tidak perlu bantuan lo" ketus Kennie, mereka serempak menoleh menatap Kennie yang masih membaca buku novelnya.

"Nah elo, tidak belajar sama sekali. Malah sibuk baca" tukas Dini saat melihat buku novelnya

"Terserah gue. Lagian gue nggak suka ikut lomba. Dan ini Cuman karena terpaksa gue berada disini" ketus Kennie.

"Kenapa jadi ribut sih? Sudahlah lebih baik belajar supaya bisa menang" ucap Ben menengahi keributan yang terjadi. "Ini ruang perpustakaan bukan pasar" lanjutnya lalu mereka kembali belajar, begitu juga dengan Kennie yang melanjutkan membaca.

Tinggal satu minggu lagi perlombaan Olimpiade MIPA dan itu membuat Kennie semakin biasa saja.

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang