BAB 08
Kennie memasuki kelas untuk mengambil tasnya. Reka yang masih membereskan buku mendongakkan kepalanya melihat kedatangan Kennie yang tengah duduk. Ia berdiri lalu menghampiri Kennie "Rika, bisa bicara sebentar?" Tanya Reka memohon.
"Gue bukan Rika," ketus Kennie lalu beranjak dari bangkunya mengambil tas punggungnya.
"Rika, please. Gue ini abang lo" ucap Reka menghalangi jalan Kennie
"Harus berapa kali gue bilang, gue bukan Rika. Dan gue bukan adik lo. Paham" ucap Kennie dingin.
"Jangan ganggu gue, karena gue tidak punya abang seperti lo." Telak Kennie, dan pergi begitu saja meninggalkan Reka yang masih terdiam terpaku. Reka masih menatap kerpergian Kennie,
Kennie berjalan cepat sepanjang koridor menuju parkiran sekolah. Tangan Kennie dicekal oleh Ben.
"Woii, kenapa tangan gue lo seret. Emangnya gue kambing apa diseret-seret?" kesal Kennie melepaskan pergelangan tangannya.
"Sorry, gue hanya mau nagih" kata Ben dengan senyum lebarnya.
"Nagihh? Emangnya gue punya utang sama lo?" Tanya Kennie polos membuat Ben terkekeh.
"Gue mau nagih sama lo yang kemarin" Kennie melolongo, Ben menggeruk tengkuknya tidak gatal. Dan gemas melihat Kennie yang mulai lemot.
"Ken, gue kemarin ajak lo untuk Dinner. Dan sebentar malam kita Dinner. Okey" ucap Ben dengan satu tarikan nafas.
Kennie terdiam, "Gue sibuk, dan nggak bisa" ucap Kennie kemudian
"Ya nggak apa? Gue akan terus menunggu itu" dengan raut wajah gusar Ben pergi meninggalkan Kennie dengan sejuta pertanyaan dibenaknya. Kennie bisa bernafas lega lalu menuju parkiran. Mengambil motor skuternya dan pergi keluar gerbang.
###
Kennie sampai di rumah seperti biasanya ia memakirkan motor skuternya. Dan bergegas masuk kedalam rumah. Kennie berjalan hingga mendapati seorang perempuan paru baya yang sedang menyapu di ruang keluarga.
"Bibi, rumah kok sepi banget? Mama sama Papa kemana?" Tanya Kennie sembari celingak-celinguk.
"Eh, Non Kennie. Nyonya pergi ke Caffe sedangkan Tuan pergi keluar negeri. Katanya ada urusan mendadak" jelas Bi Minah
Kennie hanya ber'Oh' ria, "Kalau Bang Dony Kemana Bi?" Tanya Kennie lagi. Karena ia tidak melihat sosok kakaknya.
"Lagi pergi latihan main futsal" jawab Bi Minah lagi. Kennie pergi begitu saja. Sementara Bi Minah melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Kennie memasuki kamarnya, lalu ia melemparkan tas punggungnya sembarangan. Ia merebahkan badannya sambil melentangkan kedua tangannya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Dan beberapa menit kemudian ada suara ponsel bordering. Mengambil lalu menatap sebuah nomor yang masuk namun ia tidak ketahui siapa, dengan rasa penasaran ia mengangkat.
"Hallo" sapanya
"Woi, curut niat kerja nggak sihh? Gue sudah ada di Resto nungguin lo" teriak seseorang di seberang sana. Dan Kennie mengetahui itu bahwa suara itu adalah Ben. Kennie menarik ponselnya dari telinga dan menempelkannya kembali.
"Woiii kamprett, biasa aja kali. Iya, gue pergi" balas Kennie tidak kalah sengit dan ia memutuskan telepon sepihak. Dengan langkah cepat Kennie segara bersiap untuk ke Restorant.
Kennie keluar kamarnya menuruni tangga dengan kecepatan cepat. Dony yang baru saja datang melihat Kennie seperti dikejar setan.
"Ken, lo mau kemana kok buru-buru banget. Kayak di kejar setan lu" oceh Dony,
"Bawel lo, kalau Mama cari. Gue pergi dulu ada urusan" pesan Kennie pergi begitu saja. Dony hanya bisa menggeleng nematap adeknya itu.
Kennie memarkirkan motor skuternya di parkiran setelah itu dengan langkah gontai ia memasuki Restorant. Dan langsung masuk di ruang kerja. Ben yang sedang duduk santai di kursi kebesaran dikagetkan dengan kedatangan Kennie.
"Lama banget lo curut. Dari mana aja sihh?" Pekik Ben berdiri
"Woii santai dong. Gue tadi ada urusan" ucap Kennie dingin
"Sekarang lo kerja dokumen itu. karena sebentar gue mau bertemu klien. Setelah itu lo temenin gue untuk presentasi" ucap Ben, Kennie melongo.
"Lo gila atau bagaimana. Masa gue kerjanya sendirian lo juga harus" balas Kennie sengit. Perdebatan itu terdengar hingga sampai di luar ruangan. Karyawan yang kaget. Apa yang terjadi didalam. Mereka semua celinguk-celinguk dan mengintip dibalik jendela ruangan lalu melihat apa yang terjadi di dalam.
Mereka tidak percaya, Kennie dan anak pemilik Restorant itu sedang berdebat. "Wahh, parah nihh. Kennie kok bisa melawan anak pemilik Resto ini. coba?" ucap salah satu karyawan. Mereka semua mengangguk tidak percaya.
"Dasar cowok Tengil, bisa-bisanya dia nyuruh gue kerjakan ini semua sendiri. Gila kali yahh" gerutu Kennie menatap Dokumen tebal berjejer di depannya. Ben yang kembali duduk menatap Kennie dengan senyum kemenangan.
Sesekali Ben melirik Kennie gemas, "Hahaha, Bunglon selamat bekerja" ucap Ben, Kennie menoleh dengan tatapan tidak suka.
"Seneng lo, tawa aja sana. Puasss" Ketus Kennie lalu kembali mengerjakan.
Setengah jam kemudian Kennie merasa lelah, ia menyandarkan badannya pada kursi. Dan merentangkan tangan "Gila capek banget gue" keluh Kennie, memegang semua badannya pegal.
Ben yang melirik langsung saja keluar tanpa pamit. "Semangat Ken, lo kerja juga demi Caffe lo juga nanti" ucap Kennie semangat 45.
"Ini minum Coklat hangatnya" seketika Kennie mendongakkan kepalanya saat Ben menaruh Coklat hangat di meja kerja Kennie. Kennie berdiri menatap Ben bingung. Lalu menaruh tangannya di dahi Ben "Lo nggak lagi sakitkan?" Tanya Kennie sambil memeriksa dahi Ben.
"Nggak. Apaan sihh. Gue baik-baik aja" tepis Ben lalu memegang bahu Kennie dan mendorongnya duduk di kursi.
"Sekarang lo minum dan sebentar lo temenin gue ketemu klien. Okey" Kennie mengangguk menurut. Kennie yang bingung dengan sikap Ben yang tiba-tiba baik padanya. Dengan menampakkan wajah tampang smirknya. Ben menyodorkan minuman coklat hangat itu ke mulut Kennie, yang masih menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kennie [END]
JugendliteraturJudul sebelumnya : Mengapa Aku Berbeda? Berganti : Kennie Mungkin sebagian orang tak mengenalku hanya melihat dari sisi kiriku. Aku hanya manusia biasa. Yang memiliki mimpi yang sama seperti mereka. Mungkin aku dikenal hanya sosok pejengan yang t...