BAB 21

776 26 2
                                    

HAPPY READING

BAB 21

Kennie sedang sibuk menatap layar monitor, ia sibuk mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda. Begitu banyak berkas menumpuk di mejanya saat ini. Tanpa sadar Kennie ada yang memerhatikannya, siapa lagi kalau bukan Ben. Senyum Ben mengembang saat melihat Kennie begitu serius menekuni pekerjaan sebagai sekretaris. Kennie menoleh saat dirinya merasa di perhatikan oleh Ben.

"Lebih baik lo kerjakan tugas lo dari pada liatin gue" sahut Kennie ketus tanpa menoleh

Ben hanya nyengir kuda "Idih, Ge-er banget lo, siapa juga liatin lo" balas Ben sambil kembali layar monitornya

Kennie menatap kesal, kenapa juga ia bisa bekerja sama dengan orang menyebalkan seperti Ben ini. dan kenapa juga Ben mengangkat dirinya sebagai sekretarisnya. Dan Kennie tidak tahu?, mengapa ia bisa bertemu sosok makhluk aneh seperti Ben. Kennie menggeram kesal lalu beranjak pergi.

Keluar dari ruang kerja Kennie berjalan cepat menuju taman belakang semua karyawan melihat Kennie. mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi?

Gio yang berdiri di depan casir, menatap Kennie berjalan begitu cepat. dengan inisiatif Gio pergi menemui Kennie yang sedang duduk dengan tampang cemberut di taman.

"Gue bingung ya, kok ada bidadari duduk cemberut sendirian"

Kennie terlonjak kaget melihat seseorang sedang duduk disampingnya saat ini. Kennie mengusap wajahnya gusar. Bisa tidak hari ia ingin tenang dan tidak di ganggu oleh siapapun.

"Ngapain lo disini?, bukannya berada di dapur masak" ucap Kennie ketus dan tidak mau di ganggu sama siapapun.

Gio menarik nafas panjang "Gue hanya bingung, kenapa lo dan anak Boss itu sangat dekat. Bahkan mengangkat lo sebagai sekretarisnya?" Tanya Gio tanpa menoleh sama sekali, Kennie menoleh menatap Gio heran. Gio menoleh menatap balik sambil tersenyum.

Kennie mengangkat kedua bahunya "Nggak tahu,"

"Gue ada sesuatu, cuman mau berikan ini buat lo" Kennie kaget saat melihat Gio memberikan sebuah kotak silver kecil yang diberikan kepadanya. Kennie hanya diam terpaku lalu menerima kado dari Gio. Tidak biasanya Gio seperti ini.

"Kemarin lo ulang tahun dan gue tidak sempat hadir ke acara lo. Jadi gue baru kasih sekarang" Gio menyodorkan kado sambil menampakkan senyum yang menawan.

"Makasih" dengan rasa canggung Kennie mengambil kado tersebut

"Nggak usah liatin begitu juga kali, Ken" ucap Gio dengan nada meledek

Kennie berdecih menampakkan senyum kikuk "Apaan sih"

Yap, Kennie memang dekat dengan Gio, mereka sudah dekat semenjak Kennie bekerja di Restorant milik Pak Darto. Dan hampir semua karyawan tahu kedekatan mereka. tetapi Kennie dan Gio tidak peduli.

"Begitu Kek senyum jangan cemberut mulu. Jelek tahu" ledek Gio, Kennie tersenyum tipis. Kennie sudah menganggap Gio seperti kakaknya sendiri, dan Gio merupakan sahabatnya di Restorant.

"WOIII, KERJA BUKAN MALAH PACARAN"

Keduanya menoleh seketika saat melihat siapa yang berteriak, Gio memasang tampang nyengir sementara Kennie menatap tajam kearah Ben.

"Ishhh, dasar cowok tengil, tidak bisa apa nggak ganggu gue sehari aja" cerocos Kennie, Ben berjalan santai menghampiri Kennie dan Gio. Ben tersenyum lebar saat melihat Kennie kesal dan merasa gemas. Gio menatap Ben tidak suka.

"Ken gue masuk dulu" ucap Gio pergi meninggalkan Ben dan Kennie

Lalu Ben duduk disampingnya, Kennie menggeram kesal sementara Ben hanya duduk santai menikmati pemandangan sekitar Restorant.

"Lo lucu kalau lagi marah" ucap Ben,

"Emang gue badut?" Tanya Kennie polos, membuat Ben terkekeh

"Siapa yang bilang lo badut, kagak ada" jawab Ben asal

"Ishhh, Dasar cowok tengil, nyebelin" teriak Kennie membuat Ben menutup kedua telinganya.

"Kelihatannya lo dekat banget sama tuh, Koki bule? Pacaran ya?" Tanya Ben dengan nada cemburu.

"Siapa yang pacaran? Gio itu sahabat gue. Tidak lebih" jawab Kennie ketus, Ben hanya terdiam sambil melipat kedua tangan dan bersandar di kursi.

Seorang pramusaji datang menghampiri mereka. "Kennie, ada seseorang yang cariin lo dan orangnya sudah menunggu didalam" ucap pramusaji

"Ohh iya, Makasih" ucap Kennie sesingkat mungkin

Dengan rasa penasaran Kennie kembali masuk ke Restorant, dan menemui seseorang yang dikatakan oleh pramusaji tadi. Kennie melangkah cepat saat melihat seseorang itu sedang berdiri, dan yang satunya lagi duduk di kursi.

"Reka, Jeny. Ngapain mereka kesini?" gumam Kennie dalam hati, dan masih mengamati mereka. Sedangkan Ben hanya berdiri sambil bertanya-tanya dalam hati, ikut mengamati perempuan yang berada di sebelah Reka.

"Kalian ngapain kesini?" Tanya Kennie dingin

Reka tersenyum saat melihat Kennie, Jeny berdiri menatap Kennie dari bawah hingga keatas. Jeny sempat tidak percaya bahwa sahabat ini berubah dratis dari sebelumnya. Kennie tampak tidak berekpresi menatap Jeny. Semua telah berubah, termasuk lo Rika. Lo sudah berubah pikir Jeny.

"Ken, Boleh bicara sebentar? Bicara berdua aja" pinta Reka pada Kennie yang masih diam mematung. Dari mana Reka tahu kalau ia ada di Restorant, pikir Kennie.

"Oke" ucap Kennie, lalu melangkahkan kaki duduk di salah satu pojokan Restorant. Diikuti Reka langsung duduk berhadapan dengan Kennie. Kennie melipat kedua tangan di depan dadanya dengan ekspresi datar.

"Rika, aku kesini ing----"

"Nama gue Kennie bukan Rika" potong Kennie yang membuat Reka menghela nafas panjang sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal

"Oke, Kennie. Aku ingin kamu pulang kerumah, Mama kangen banget sama kamu" pinta Reka sambil menunduk. ini adalah permintaan Mamanya, Reka tidak bisa berbuat apa-apa selain membujuk Kennie untuk pulang. Sudah 2 Tahun Kennie pergi dari rumah. Dan Reka lega sudah menemukan adiknya itu. yang sekian lama ia cari dan kini Tuhan telah mengabulkan doanya.

Ben terdiam, sekaligus bingung. Sebenarnya apa masalah Reka sama Kennie. setahu Ben Reka hanya teman sekelas Kennie, sekaligus saudara kembar Reka yang baru saja ia ketahui dua minggu lalu.

Ben tampak berdiri mengamati keduanya, pembicaraan Kennie dan Reka begitu serius. Ben melirik perempuan yang sedang berdiri disebelahnya. Perempuan itu begitu murung, sedih, dan adapun juga rasa senang saat bertemu dengan Kennie.

"Please, Kamu pulang kerumah yahh" ucap Reka memohon, berharap Kennie mau ikut pulang bersamanya.

"Gue nggak bisa dan nggak mau pulang" tekan Kennie, Reka mengusap wajahnya gusar, entah cara apalagi yang harus ia lakukan. Agar adiknya ini mau ikut pulang kerumah.

"Gue hari ini sibuk, dan lo membuang-buang waktu" Kennie bangkit dan meninggalkan Reka, Reka frustasi mengacak rambutnya ikut berdiri.

"OKE, JIKA ITU MAU KAMU. TERSERAH, INGAT SATU HAL. MAMI SAAT INI SEDANG SAKIT DAN MEMBUTUHKAN KAMU. TETAPI KAMU TIDAK PEDULI SAMA SEKALI"

Langkah Kennie terhenti lalu berbalik menghadap Reka dengan tatapan tajam "GUE TIDAK PEDULI SAMA SEKALI? APA KABAR LO? YANG TIDAK PERDULI DENGAN ADIKNYA SENDIRI. APA KABAR LO? YANG TIDAK PERNAH MAU TAHU GUE. ASAL LO TAHU SELAMA INI GUE MERASA SENDIRI, MERASA DI JAUHI OLEH KELUARGA GUE SENDIRI. DAN LO SELALU SAJA MENDAPAT PERHATIAN MEREKA. SEDANGKAN GUE, TIDAK PERNAH SAMA SEKALI" jelas Kennie kini menjatuhkan dirinya, ia menangis terseduh-seduh. Ia baru saja mengeluarkan isi hatinya yang selama ini ia pendam. Ia begitu teramat kecewa pada keluarganya.

Reka berjalan menghampiri Kennie, duduk dan memeluk adiknya namun ditepis olehnya.

"Mending lo pergi dari sini, gue harap lo tidak menampakkan wajah lo lagi dihadapan gue. Jangan ganggu hidup gue lagi." Ucap Kennie begitu dingin, lalu bangkit pergi meninggalkan Reka yang sedang menatapnya dengan penuh rasa penyesalan.

"Gue harap lo bersabar saja dulu, Gue akan bantu lo. Tenang saja." Ucap Ben sambil menepuk bahu Reka yang masih terdiam. Ben berlari mengejar Kennie keluar dari Restrorant, Ben tahu saat ini Kennie sedang kacau.

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang