BAB 12

937 28 2
                                    

BAB 12

Setelah mengerjakan tugas, Kennie dan Ben pergi. diperjalan Kennie hanya diam menatap luar jendela. Ben sesekali melirik sambil tersenyum. Kennie yang merasa diperhatikan oleh Ben.

"Kenapa liatin gue?" Tanya Kennie menoleh pada Ben

Ben yang kegelapan karena kepadapatan memperhatikannya. "Widihhh GEERRR banget sih. Mau di perhatiin" ucap Ben dengan senyum sumringah. Kennie melihat bergidik ngeri.

Suasana kembali dalam keheningan, Ben tetap focus mengemudi mobil. Beberapa menit kemudian mereka sampai di Restaurant. Kennie yang turun duluan sedangkan Ben memakirkan mobilnya. Kennie berjalan masuk menuju ruangan kerja. Langkah Kennie terhenti saat melihat Pak Darto sedang duduk di single sofa.

"Pak Darto, udah dari tadi ya" ucap Kennie terbata, Mata Kennie tersentak kaget saat melihat Reka sedang duduk di sofa panjang. Kennie kembali memasang wajah datar saat melihat Reka berdiri.

"Bapak sudah mendengar dari Reka, jadi kalian satu sekolah ya. Dan Reka akan bekerja disini" ucap Pak Darto, Kennie melongo mendengar pernyataan itu. Ben masuk dan melongo saat ia mendengarnya juga.

"What?, Papa kok tidak bilang ke Ben sih. Kalau ada karyawan baru. Aku harus tahu dong Pa"

"Oke, Papa minta maaf. Mulai hari ini Reka mulai bekerja" perintah Pak Darto.

Mereka mengangguk paham, setelah mengatakan itu. Pak Darto pergi. Kennie menarik lengan Reka keluar dari ruangan.

Kini mereka sudah berada di taman belakang Resto, Kennie bersedekap dada. Lalu menoleh menatap tajam. Reka hanya bisa menunduk tidak berani menatap Kennie.

"Bisa nggak sih, lo jangan ngintilin gue" ucap Kennie sedingin es batu

"Gue juga tidak tahu kalau kamu berkerja disini juga" ucap Reka, Reka baru saja mengetahui bahwa Kennie bekerja. Selama ini Reka mencari Kennie alias Rika saudara kandungnya.

"Gue harap lo jangan kasih tahu orang kalau gue bekerja disini." Ucap Kennie penuh penekanan.

Selama ini Kennie menyembunyikan bahwa ia bekerja di Restaurant. Hanya Ben yang mengetahuinya. Dan saat ini Reka sudah tahu juga bahwa Kennie bekerja.

"Oke, aku janji tidak akan ngomong pada siapapun" ucap Reka sambil mengangkat kedua jari berbentuk V. Kennie kembali masuk keruangannya dan menjatuhkan bokongnya pada kursi kebesarannya.

Di ruangan Kennie sedang sibuk mengoprasikan computer dihadapannya. Dengan segudang berkas. Ben datang dengan membawakan segelas tea hangat. Kennie menoleh "Buat gue" ucap Kennie, Ben hanya mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Kenapa sihh, lo ingin kerja? Sedangkan lo punya orang tua kaya banget" kata Ben duduk di meja kerja. Kennie menghentikan kegiatannya.

"Bukan urusan lo" ketus Kennie,

"Gue bingung ya sama lo. Di sekolah lo tidak punya teman, begitu juga di kantor atau Resto. Lo juga nggak punya teman. Lo ini manusia apa bukan sihh?" Tanya Ben, Kennie menggeram tidak suka.

Ia kembali teringat pada masa lalunya. Kennie mulai menitikan air matanya, Ben berdiri melihat Kennie kembali menitikan air matanya. Sudah kedua kalinya Ben melihat Kennie menangis. Dan itu karena ulahanya.

"Gue bilang cukup, dan itu bukan urusan lo"

###

Kennie sedang duduk menatap rumput hijau dengan tatapan kosong. Ia kembali terngiang pada masa lalunya.

Flashback

Seorang gadis berumuran tiga belas tahun sedang berjalan-jalan bersama temannya. Gadis itu begitu riang gembira. Ia sedang berada di taman bermain Biola kesukaannya.

Reka datang merebut Biola yang sedang dimainkan oleh Rika. Ia tersentak kaget lalu berdiri dihadapannya. Reka tersenyum sinis, lalu membuang Biola klasik itu. Biola itu terhambur. Rika yang geram langsung seketika menampar Reka. Saat itu Jeni datang melihat kejadian dihapannya.

"Rika, Apa yang kau lakukan pada Reka" bentak Jeni pada Rika.

"Sebenarnya lo sahabatnya siapa sih? Gue atau Dia?" Tanya Rika lirih, melihat sang sahabat lebih membela Reka saudaranya yang tidak pernah menganggapnya.

"Gue bukan sahabat lo lagi dan Reka adalah sahabat gue yang sebenarnya" ucap Jeni, Rika diam terpaku bagai godam. Sahabat yang dulu ia percaya kini berubah karena saudara yang membencinya. Entah apa salah Rika yang membuat Jeni begitu membencinya.

"Oke, jika itu mau lo. Mulai saat ini lo bukan lagi sahabat gue dan lo puas sudah hancurkan semua"

Rika berjalan kembali tanpa menoleh, tetapi ia teringat sesuatu lalu kembali menatap keduanya dengan tatapan tajam.

"Terima kasih buat selama ini. gue nggak mau kenal lo lagi"

Flashback off

Sebuah sapu tangan berwarna putih tepat di hadapan Kennie, ia mendongakkan kepalanya.

"Maaf soal tadi" Ben tersenyum simpul

Kennie masih terdiam tanpa memperdulikan Ben yang berada di sampingnya. Mengambil sapu tangan itu, lalu menghapus air matanya. Kennie masih tetap tidak menoleh, sementara Ben berdiam diri menunggu Kennie cerita.

"Gue nggak tahu, masalah lo apa. Setidaknya gue ingin jadi teman lo atau sahabat lo" tawar Ben. Seketika Kennie langsung memeluknya, Ben tersentak kaget dan hampir saja terjatuh kebelakang. Kennie menangis sejadi-jadinya.

"Lo keluarin saja, menangis saja. Gue siap kok jadi sandaran lo" Ben membalas pelukan dari Kennie. Begitu juga dengan Kennie yang semakin mempererat pelukannya.

Kennie melepas pelukannya dan menghapus air matanya. Ben menatap iba. "Sorry, gegara gue nangis baju lo basah" ucap Kennie melihat bahu baju Ben akibat ulahnya. Ben hanya bisa tersenyum tipis.

"Gue akan selalu ada di saat lo butuh sandaran" tutur Ben, Kennie tersenyum tipis yang di sembunyikan. Namun masih dapat dilihat oleh Ben.

Selama ini Ben tidak pernah melihat senyuman manis itu dari Kennie. Ben terus menatap Kennie hingga membuat Kennie jadi gegalapan.

"Emang ada yang salah ya dari gue" ucap Kennie datar, menampakkan wajah datarnya.

"Kapan sih, terakhir senyum. Lo lebih cantik kalau senyum dari pada pasang muka tembok" goda Ben. Kennie tetap menampakkan wajah datarnya.

"Biar lo nggak sedih lagi, gue mau nagih utang sama lo"

"Hah, utang" ucap Kennie bingung, Ben selalu menagihnya. Dengan mengatakan bahwa Kennie memiliki utang padanya. Kennie menatap kesal pada Ben.

"Lo harus ikut gue" ucap Ben menarik lengan Kennie,

"Stop it, lo mau bawah gue kemana? Isshhh lepasin nggak" kesal Kennie sambil memegang jemari Ben untuk melepaskan diri darinya. Namun Ben memegang erat karena tenaga Ben cukup kuat. Sehingga Kennie hanya bisa pasrah. Menuruti kemauan Bossnya.

Ben mendorong Kennie masuk kedalam mobilnya, Ben berlari kecil menyusul masuk kedalam mobil. Ia menyalakan mesin mobil lalu melaju keluar dari Restoran. Sebenarnya Kennie bingung dengan perlakuan Ben padanya. Tetapi Kennie hanya bisa menurutinya.

Ben tersenyum penuh kemenangan, sebenarnya Ben, si mahkluk tengil ini mau bawah gue kemana sihh? Pikir Kennie. Tetapi ia hanya diam di mobil sambil menatap luar jendela.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, membuat Kennie kaget. "Woiii, pelan-pelan bawah mobilnya dong. Gue belum mau mati" umpat Kennie padanya. Ben hanya bisa memasang wajah cengengesan tanpa dosa. Kennie hanya mengoceh panjang kali lebar. Ben yang mendengar Kennie berbicara panjang lebar.

Selama ini Ben tidak pernah melihat Kennie berbicara sepanjang itu. Ben bertepuk tangan menampakkan wajah girangnya seperti mendapat undian. Ben bersorak ceria didalam mobil.

"Kapan terakhir ngomong panjang, gue tidak pernah dengar lo ngomong sepanjang tol kalimayang" sambil menyetir Ben tetap bersorak ceria.

"Lebay" umpat Kennie sesingkat mungkin

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang