BAB 13

871 28 0
                                    

BAB 13

Pemandangan panorama alam begitu indah yang dapat menyejukkan hati. Langit biru yang dihiasi oleh awan menambah pesona alam. Angin yang berhembus hingga sampai ketulang. Ben dan Kennie berdiri di tepi gunung. Kennie yang memejamkan matanya. Ia mulai menghirup udara segar. Begitu juga dengan Ben melakukan hal yang sama.

Ben menoleh menatap Kennie, Ben yang baru pertama kali ia lihat. Senyum yang jarang sekali terpancar di wajah Kennie. Senyum lepas tanpa ada beban sama sekali.

"Pemandangannya indah ya" ucap Ben memecah keheningan, Kennie masih menatap kedepan. Dan tanpa menjawab apapun dari Ben.

"Ini adalah salah satu tempat favorite gue, dan masih adalagi tempat yang lebih indah dari ini" lanjut Ben lagi dan kini tidak dapatkan respon dari Kennie.

"Terima kasih" ucap Kennie dengan senyum tipisnya

Ben duduk dan menumpuh kedua tangannya di atas lututnya, "Duduk di dekat gue" seketika Kennie duduk disamping Ben.

"Terima kasih" ulang Kennie, Ben menyerngit dahinya bingung. Sudah kedua kalinya Kennie mengucap terima kasih padanya.

Ben berdiri mengambil sesuatu di dalam mobilnya. Sebuah tas kecil dan mengambil beberapa kertas dan spidol.

Ben menyodorkan kertas dan spidol pada Kennie. Sementara Kennie hanya diam bingung entah apa yang dilakukan Ben. "Ngapain lo kasih gue kertas sama spidol?" Tanya Kennie bingung.

"Ambil, tunggu arahan dari gue" perintah Ben yang langsung diangguki oleh Kennie

"Ini Ben sebenarnya mau ngapain sihh" pikir Kennie dalam hati. Lalu kembali memandangi pemandangan indah. Kennie yang tidak mau menyia-nyiakan waktu. Hembusan angin menerpa dan menerbangkan rambut panjangnya. Kennie menghirup udara segar secara berulang-ulang.

"Sekarang lo tulis di kertas ini, apa harapan lo. Keinginan lo. Dan uneg-uneg begitu pun juga gue"

Ben dan Kennie menulis di selebaran kertas, setelah menulis Ben membuat sebuah origami pesawat. Kennie melihat Ben membuat sebuah origami. Menyerngit dahi bingung.

"Ngapain lo buat pesawat?" Tanya Kennie

"Gue mau terbangin pesawat kertas ini, agar harapan gue dapat terkabul" ucap Ben, lalu berdiri dan melemparkan pesawat kertas itu keudara. Kennie berdiri setelah membuat origami pesawat.

"Ayooo coba" Kennie mengangguk lalu menghembuskan nafas panjang

Kennie meniup kertas lalu menerbangkan pesawat kertas itu. Kini mereka berdua melihat pesawat kertas itu bertebangan di udara.

"Baru kali ini aku melihat lo tertawa lepas, ketawa yang tak pernah gue lihat. Gue tahu lo cewek ceria. Tetapi sikap dingin lo yang menutupi semua" ucap Ben dalam hati sambil memandangi Kennie yang masih berdiri menikmati pemandangan pegunungan yang indah.

Ben tesenyum jahil mendekati Kennie lalu mengagetkan "Awas di kepala lo ada kecoa" kata Ben, seketika Kennie menjerit ketakutan lalu berlari sementara Ben tertawa bahak-bahak. Ketika aksi jahilnya berhasil.

"Wahhh resek nih, Awas lo Ben" Teriak Kennie sambil berlari mengejar Ben, Ben yang di serang dengan pukulan dari Kennie secara bertubi-tubi.

Tanpa sadar Ben kesandung yang kesandung kebelakang hingga badannya terjatuh ketanah. Kennie yang melihat Ben terjatuh, seketika Kennie tertawa lepas. Ben hanya bisa pasrah. Sekaligus ia tersenyum kecil, "Akhirnya gue bisa lihat lo ketawa Ken" senyum Ben tidak hilang hingga ia berdiri sendiri.

"Lo yahh, bukannya bantuin, malah ketawain. Dasar Bunglon" umpat Ben, Kennie nyengir kuda.

###

Ben dan Kennie memutuskan untuk pulang karena hari sudah menjelang malam. Di perjalanan Ben terus memandangi Kennie yang terus mengumpat karena kekesalan pada Ben. Entah apa yang dilakukan Ben sehingga Kennie kesal padanya.

"Bisa diam nggak, capek gue denger lo terus mengomel tidak jelas" tukas Ben

"Gue baru tahu, ternyata lo bawel juga" lanjut Ben, kembali tertawa. Kennie hanya bisa tersedekap dada. Sambil mengerucutkan bibirnya.

"Mendingan kita singgah di café dulu, gue laper nih. Apa lo tidak laper?" Tanya Ben

"udah tahu pake nanya lagi lo" ketus Kennie, Ben memijit pelipisnya

"Hadehhh, kembali semula lagi" pikir Ben dalam hati.

Ben memasuki area café yang kunjunginya, Ben dan Kennie turun dari mobil lalu memasuki café yang terkenal di ibukota.

Sang pramusaji membuka pintu dan mempersilahkan mereka dan mencari tempat duduk. Café yang tergolong ramai pengunjung itu. Kennie tetap memasang wajah datarnya sementara Ben memasang wajah mempersona di setiap pengunjung yang melihatnya.

Kennie hanya bisa menggeleng kepala saat melihat Ben tebar pesona. Sang pramusaji datang dan menawarkan menu makanan.

"Mb ague pesan spagetynya satu dan jus avocado satu" pramusaji tersebut mencatat pesanan.

"Ken lo pesan apaan?" Tanya Ben

"Samain aja" jawab Kennie

"Oke, Mba samain yang tadi"

Setelah memesan makanan Ben menatap Kennie begitu lekat. merasa di perhatikan Kennie melirik dengan tatapan intens.

"Ngapain liatin gue?" Tanya Kennie dengan wajah polosnya

"Idihhh, Geer amat lo" umpat Ben

Kennie kembali diam, setelah beberapa saat berdebat dengan Ben. Ben yang melihat Kennie beranjak dari kursi.

"Lo mau kemana?" Tanya Ben

"Gue mau ke toilet, Bentar doang"

Ben memandangi café yang di penuhi oleh kaum hawa. Dengan wajah tengil Ben tebar pesona.

Di dalam toilet Kennie membasuh wajahnya dengan air kram. Wajah kusam akibat banyak debu yang menempel diwajahnya. Setelah membersihkan wajahnya ia bergegas keluar.

Tanpa sengaja ia badannya bertabrakan dengan seseorang. Kennie tersungkur jatuh begitu seseorang yang ia tabrak.

Kennie mengumpat kesal lalu mendongak melihat seseorang yang di tabraknya.

"Bisa nggak sih kalau jalan pake mata" kesal Kennie, seseorang itu membersihkan dan melihat Kennie.

DEGG

Kedua mematung, seolah bagai tersambar petir. Kennie terdiam, matanya tidak pernah terlepas dari seseorang. Orang yang selama ini yang mengubah hidupnya menjadi berantakan. Orang yang selama ini dia percaya, kini tega menghianatinya. Kennie kembali menampakkan wajah datarnya, sambil menatap tajam.

"lo Rika kan?" Tanya seorang perempuan itu, Kennie tetap diam, dengan nafas yang memburu dan memejamkan matanya. Ia menghembuskan nafas.

"Lo salah orang" jawab Kennie ketus lalu pergi di hadapan perempuan itu.

Kennie berjalan meninggalkannya, sementara perempuan itu berinisiatif untuk mengikutinya.

"Gue nggak mungkin salah orang, lo pasti Rika. Sahabat gue" langkah Kennie terhenti setelah mendengar kata sahabat. Kennie menoleh lalu menghampirinya. Ia tersenyum sinis menatap perempuan itu seolah ia bertemu musuh bebuyutannya.

"Pertama, Gue bukan Rika dan lo salah orang. Dan Kedua, Gue bukan sahabat lo. Sama sekalli bukan. Karena gue tidak mempunyai sahabat penghianat seperti lo"

Telak membuat perempuan yang di hadapannya kini bungkam, entah bagai godam yang menimpanya. Kennie kembali berjalan menghampiri Ben yang sedang makan.

"Dari mana aja si lo, ke toilet aja lama banget" kesal Ben, Kennie hanya menampakkan wajah cengirannya.

"Ya, Maaf" ucap Kennie,

"Udah ah, gue mau pulang" lanjut Kennie Ben yang belum menghabiskan makanannya seketika terhenti menatap Kennie dengan tatapan penuh Tanya.

"Kok pulang makanan belum lo makan, --"

"Tidak usah bawel, ayooo pulang"

Ben mengeluarkan beberapa lembaran uang dan menaruhnya di meja. Setelah itu ia pergi bersama Kennie, dengan sejuta pertanyaan dibenaknya.

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang