BAB 37

560 15 2
                                    

HAPPY READING GENGS

BAB 37

Malam ini Kennie merebahkan badannya, setelah melakukan aktivitas seharian. Kennie masih kesal sama Dony-Abang yang super menyebalkan baginya. Meskipun menyebalkan tetapi ia sangat menyayangi kakaknya.

Terdengar suara deringan ponsel membuat Kennie tersadar dari lamunannya. Ia menatap layar melihat siapa yang baru saja menggangunya. "Tengil" itu nama yang baru saja memanggilnya dengan Video Call. Menekan tombol hijau dan menampakkan wajah Ben di seberang sana.

"Ada apaan?"

"Ketus amat jawabnya. Bukannya makin cantik malah makin jelek" ledek Ben, menampakkan wajah smirknya.

"Tidak usah meledek," balas Kennie

"Bagaimana keadaan nyokap lo?" Tanya Ben, seketika Kennie tertunduk lesuh, melihat wajah kekasihnya murung.

"Yahhh begitu," jawab Kennie Sekenanya

"Begitu kenapa?" Tanya lagi Ben penasaran

"Masih koma, Gue juga baru Tahu satu hal. Mami mengidap kanker darah dan sudah memasuki stadium tiga" jawab Kennie menceritakan apa yang baru ia ketahuinya. "Dan Reka, merahasiakan itu dari gue" Ucap Kennie menampakkan wajar ketusnya.

"Mungkinn dia lupa atau mungkin Reka tidak ingin membuat lo kepikiran" pikir Ben, membuat Kennie mengerucutkan bibirnya. "Tapi seharusnya dia bilang ke gue juga, jangan main rahasia-rahasiaan"

"Lo harus kuat ya, karena gue tahu lo itu orangnya kuat menghadapi semua ini. gue yakin suatu saat nyokap lo pasti sembuh" Ucap Ben meyakinkan kekasihnya itu agar selalu sabar dan tabah menghadapi semua cobaannya.

"Menurut lo? Gue ini anak durhaka apa bukan?" Tanya Kennie polos, membuat Ben terkekeh mendengar pertanyaan yang mulai ngawur.

"Siapa bilang lo anak durhaka?" Tanya Ben balik, Kennie memutar bola mata jengah

"Ihh serius, Gue enggak bercanda" kesal Kennie

"Gue lebih serius Bunglon. Lagian itu lo anaknya baik, galak, ketus, dan mandiri gini" jawab Ben jujur namun sedikit meledek.

"Lo itu memuji atau apa meledek sih?" Tanya Kennie bingung,

"keduanya" jawab Ben nyengir kuda

Malam semakin larut Kennie menatap jam waker yang berada di atas nakas. Matanya membulat saat melihat jam mununjukkan pukul dua malam.

"Tengil sudah dulu ya, gue capek. Kan besok mau kantor."

"Sampai besok Bunglon, Bye" Kennie memutuskan Video Call lalu membalikkan badannya. Menantap langit kamar yang hampar tanpa bintang di atas sana. Ada rasa bahagia dibenak Kennie, tetapi ada juga rasa sedih didalam hatinya. Rasa sedih yang tidak bisa ia ungkapkan.

Apa Mami sudah siuman?

Apa Mami akan baik-baik saja?

Maafkan Kennie yang selama ini tidak tahu apa yang pada Mami

Rasa bersalah dalam dirinya, Kennie hanya bisa apa? Melihat keadaan Mamanya yang terbaring lemah dirumah sakit.

Kennie membuka laci lalu mengambil sebuah bingkai foto yang dulu dia simpan sejak dulu. Menaatp lekat sebuah foto keluarga sejak ia masih kecil. Kennie mengusap wajah ibunya. Matanya mulai berkaca kaca. Dengan seketika air bening itu meluncur begitu saja.

"Aku akan menebus kesalahanku pada Mami, aku akan merawat Mami" Ucap Kennie meyakinkan dirinya.

###

Hari ini adalah hari pertama Kennie masuk kerja setelah ia Izin cuti selama seminggu untuk liburan. Dengan menampakkan senyum pada semua karyawan di Restorant membuat semuanya melongo. "Woi kesambet apaan lo senyum-senyum" Sahut Gio tiba-tiba datang menghampirinya dengan wajah sumringah.

"Senyum salah, diam juga salah. Terus apa yang harus gue lakuin sih biar bener" Tukas Kennie.

"Yehh, ngambek" Ucap Gio secara langsung merangkul sahabtanya itu dengan erat. Membuat Kennie tidak bisa bernafas akibat ulah Gio.

Hhmm

Suara deheman membuat keduanya terkejut, Ben menatap tajam Gio "Aduhh Pak Boss, tidak usah cemburu juga kali sama bocah triplek kayak tembok ini" Kennie mengdengus sebal saat medengar ucapan Gio yang meledeknya. "Emang gue dinding" kesal Kennie membuat keduanya terkekeh.

Aksi jahil Gio membuat kesal Kennie adalah cara terampuh, seketika mereka bertiga tertawa, Gio mengatup rahangnya. Lalu menatap Kennie tidak percaya. Ia tidak percaya Kennie bisa ketawa lepas. Sedangkan Ben ia sudah terlihat biasanya. Meskipun kadang Kennie suka berubah sikap.

"Ternyata lo bisa ketawa juga" seketika melucur seperti air mengalir

"Gue setiap detik lihat Bunglon ketawa" Ucap ben begitu santai

Gio menautkan alisnya heran "Memang begitu"

Semua karyawan heran karena Kennie sudah bisa tersenyum dan hangat pada mereka. ada juga yang menatap heran. Apakah semenjak ia bersama dengan anak pemilik Restorant Kennie berubah? Pertanyaan itu masih terngiang di otak para karyawan yang membicarakannya. Ben dan Kennie hanya mengacuhkan tidak memperdulikan omongan mereka.

"Gue seneng melihat lo senyum dan bahagia setiap hari" Sahut Ben saat sudah berada di ruang kerja mereka.

Kennie menoleh lalu tersenyum kearah Ben. lalu ia kembali mengerjakan rutinitasnya yang tertunda.

"Sebentar lo harus temenin gue kerumah sakit, Oke. Tidak pake bantah, tidak pake nolak" Ucap Kennie lantang.

"Kok maksa sih" Tukas Ben memutar bangkunya, Kennie beranjak menghampiri Ben yang sedang menunduk.

"Yee, Ngambek" Rajuk Kennie sambil memeluknya. Melihat Kennie seperti ini Ben mau gimana lagi, tidak bisa menolak. Emang dasar Bunglon ya, pikir Ben dalam hati.

###

Setelah pulang kerja Kennie dan Ben pergi kerumah sakit untuk menjenguk Anita-Mamanya yang sedang dengan wajah senyum ia berjalan di sepanjang lorong rumah sakit. membuka knop pintu melangkah masuk, disana hanya ada Reka dan juga Jeny. Anita menoleh tersenyum melihat siapa yang datang menjenguknya.

Dengan senyum sumringah Kennie menghampiri, "Mami sudah siuman?" Tanya Kennie menatap sosok Ibu yang ia rindukan selama ini. "Alhamdulillah sudah baikan, nak" jawab Anita sambil tersenyum.

Anita yang menatap dari bawah hingga keatas karena penampilan Kennie cukup berbeda dari biasanya. Reka dan Jeny juga menatap Kennie sama. "Iya juga Mah, Kompakan sama yang disebelahnya, Pacarnya maksudnya" Reka meledek sambil menunjuk Ben yang masih berdiri disampingnya.

"Apaan sih lo, tahu aja" Balas Ben menaikkan kedua alisnya, membuat Kennie merasa malu memiliki pacar yang super pedenya ampunan.

"Benar itu nak?" Tanya Anita memastikan, Kennie memejamkan matanya, ada semburat merah yang Nampak di pipinya. Ben yang melihat tersenyum lebar.

"Udah bilang aja" Ucap Ben enteng dengan pasrah Kennie mengangguk mengiyakan, Anita tersenyum lebar.

Tuhan, ada rasa senang dan bahagia yang aku rasakan saat ini. Tuhan selalu ada cara untuk memberi kebahgiaan pada setiap manusia yang selalu bersabar. Terima kasih Mama yang sudah mau menerimaku kembali di keluarga ini. Meskipun tanpaku ada disini. Benar apa yang kamu bilang Ben, Kita harus berdamailah dengan masalalu. Pasti kebahagiaan itu datang dengan sendirinya. Ucap Kennie dalam hati sambil tersenyum lebar.

Suasana senang dan haru didalam ruangan meskipun itu diruangan perawatan tetapi suasana sangat menyenangkan didalamnya. Memang Tuhan selalu ada banyak cara untuk membuat para umatnya agar bahagia. Dan itu yang dirasakan Kennie saat ini. selalu berdoa dan usaha itu kuncinya.

Ben tersenyum bahagia saat melihat Kennie sang kekasih sudah berkumpul bersama keluarganya. "Terimakasih Tuhan telah memberikan kebahagian pada seseorang yang aku sayangi" Ucap Ben dalam doanya.

Kennie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang