36. Try

1.4K 100 2
                                    

Jeongin tengah berlari kecil ke kelas milik Hyunjin dengan senyum yang memang selalu terlukis di bibirnya. Setiap berpapasan dengan orang, Jeongin akan memberikan cengiran menggemaskannya dengan cuma-cuma. Jeongin merasa tidak masalah dengan itu, tetapi lama-lama dia lelah karena saat ini jam istirahat dan pasti banyak siswa yang berkeliaran.

Saat sampai didepan kelas Hyunjin yang merupakan kakak tingkatnya itu, ia berpapasan dengan Minho yang ia tahu adalah teman Hyunjin dan merupakan kekasih dari sahabatnya, Jisung. "Hai Minho hyung, Jeongin ingin minta tolong, bisa panggilkan Hyunjin hyung untuk Jeongin?" Ya, Jeongin memang sesopan itu.

"Oh, hai Jeongin. Bisa tentu saja. Sebentar."

Minho berteriak memanggil Hyunjin dari pintu kelas lalu kembali menghadap Jeongin.

"Hyunjin sedang menyalin tugas. Sedikit lagi. Dan Jeongin, dimana tupai kesayanganku?"

"Jisungie hyung? Masih dikelas. Tadi katanya sedang menunggu Minho hyung. Dan terima kasih Minho hyung sudah mau membantu Jeongin." Jawab Jeongin dengan senyum menawannya yang terlihat sangat tulus itu.

"Sama-sama. Dah Jeongin! Tupai kesayangan! Pangeran datang!" Ucap Minho lalu berlari meninggalkan kelas dengan gaya seperti sedang menunggang kuda. Aneh memang, tapi itu Minho. Sudah biasa.

"Maaf membuatmu menunggu lama Je." Hyunjin baru selesai menyalin tugasnya, lalu buru-buru menemui Jeongin di depan kelasnya.

"Tak apa hyung. Ayo kita ke kantin! Jeje sudah lapar hyung~" Ujarnya lalu dengan manja menarik Hyunjin untuk pergi ke kantin.

Sesampainya dikantin, disana terlihat sangat ramai.

"Je, ramai sekali. Biar hyung saja yang pesan. Jeje mau makan apa?"

"Jeje mau pasta. Dan minumnya susu strawberry saja. Maaf merepotkan hyung."

"Tak masalah Jeong. Aku pesankan dulu. Kau duduk disini. Jangan kemana-mana. Mengerti."

"Baiklah hyung, Jeje mengerti."

Hyunjin kembali dengan nampan yang berisi pesanan miliknya dan Jeongin.

"Em Hyunjin hyung, Jeje ingin bertanya."

"Tanyakan saja Je."

"Begini, Jeje suka sama orang, tapi Jeje bingung gimana cara bilangnya."

Hyunjin yang mendengar itu merasa hatinya sangat sakit. Mereka itu sahabat, bukannya Hyunjin harusnya ikut senang?

"B-benarkah? Siapa orangnya?"

"Maaf Hyunjin hyung, tapi itu rahasia. Jadi hyung ada saran?"

"Jeje hanya perlu mengutarakan yang ada dihati Jeje. Jangan membohongi kata hati."

"Yakin akan diterima jika begitu?"

"D-dia seorang wanita?" Jeongin tidak menjawab. Dan Hyunjin mengartikan itu sebagai iya.

"Jeje mungkin harus bertindak romantis terhadapnya. Seperti berlutut lalu genggam tangannya mungkin? Hyunjin hyung tidak banyak tahu Je. Hyunjin hyung belum pernah seperti itu sebelumnya."

"Jeje tidak paham~ bisa hyung coba praktikkan?" Ucap Jeongin dengan nada memelas dan merengek agar permintaannya dikabulkan Hyunjin.

Jika biasanya Hyunjin akan memberikan semua permintaan Jeongin-tentu saja jika itu baik-maka tidak dengan sekarang. Dari dalam hatinya dia sangat tidak suka saat membayangkan Jeongin yang menyatakan perasaannya kepada wanita yang siapa itu Hyunjin tidak tahu.

"Hyung~ Jeongin minta tolong~ boleh tidak hng?"

Mendengar perkataan Jeongin kembali, membuat Hyunjin menjadi tidak tega. Itu permintaan mudah jika dipikir-pikir lagi. Dan itu tentu bukan permintaan yang buruk. Tapi sungguh, Hyungin sangat berat melakukannya.

"Baiklah Je."

Hyunjin mulai bangkit dari duduknya lalu berlutut di depan Jeongin yang masih duduk dibangku kantin. Hal itu jelas membuat banyak dari siswa yang ada di kantin memperhatikannya.

Tangan Hyunjin mulai meraih tangan Jeongin lalu menggenggamnya. Ditatapnya wajah Jeongin dan tersenyum sekilas.

"Yang Jeongin, aku merasa berbeda saat berada di sampingmu. You are so perfect. Duniaku seolah berputar pada dirimu. Aku menyukainya, sangat. Aku mengiginkan dirimu. Aku ingin melindungimu dari semua kemungkinan yang akan terjadi. Aku mencintaimu. Maukah kau menjadi temanku? Teman hidupku?" Awalnya Hyunjin memang berniat untuk membantu Jeongin. Tetapi kata-kata itu mengalir dari dalam hatinya lalu bibirnya dengan penuh perasaan mengutarakannya.

Tepuk tangan dan sorakan seisi kantin membuat Hyunjin tersadar dari apa yang dilakukannya.

"M-mungkin seperti itu Je. Kau mau menerima- ah! Maksudku kau sudah pa-" Ucapan Hyunjin berhenti saat tiba-tiba Jeongin memeluknya lalu berteriak.

"Jeje mau! Mulai sekarang Hyunjin hyung milik Jeje! Kalian semua dengar itu?! Jangan ambil Hyunji hyung dari Jeje! Mengerti?! Kekeke~ Jeje sayang Hyunjin hyung."

Hyunjin masih terkejut dengan apa yang dilakukan Jeongin dan tentu saja yang paling membuatnya terkejut adalah teriakan lumba-lumbanya.

"Hyunjin hyung~ hyung tidak menyukaiku?" Tanya Jeongin saat Hyunjin tak kunjung memberinya respon.

"Ah! Jeje belajar dari mana seperti ini hm?" Kesadaran Hyunjin kembali dan dia membalas pelukan Jeongin tak kalah erat.

"Yang mana? Jeje belajar dari siapa?"

"Tidak jadi. Yang penting Hyunjin hyung mencintai Yang Jeongin."

"Hyunjin hyung~ Jeje ingin cium~"

"Rubah manisku sudah berani hm?"

"Eung? B-baiklah maafkan Jeje."

"Kenapa meminta maaf?"

"Jeje sudah berani kepada H-hyunjin hyung. Maafkan Jeje."

Cup

"Aku mencintaimu Je."

"Hwang Hyunjin. Yang Jeongin. Ikut saya ke ruang kepala sekolah. Sekarang." Ucap Jaebum dengan nada tegasnya.

"H-hyunjin hyung, Jeje takut."

"Tak apa. Ada Hyunjin hyung. Percayalah."

"B-baiklah."


Makasih udah vomen~

hyunjeong ~ oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang