Titik Koma

2.7K 267 38
                                    

Namaku Laluna Saraswati, usiaku duapuluh tiga tahun. Saat ini aku sedang berjuang untuk menata masa depanku agar lebih layak. Statusku single, setidaknya untuk saat ini aku ingin begitu saja. Namun bukan berarti aku tidak pernah menjalin suatu hubungan dengan seorang pria.

Kata orang jika kita tidak ingin melupakan seseorang atau sekadar kenangan bersama seseorang itu maka menulislah. Untuk itu aku ingin mencoba menuliskan kisah cinta remajaku disini. Tentang seseorang yang mengenalkanku berbagai rasa yang mampu di rasakan oleh hati dan juga tentang takutnya kehilangan.

Yogyakarta, 2011

Hari ini tahun ajaran baru dimana aku mulai menaiki kelas tiga menengah pertama. Tak ada yang menarik, semua biasa saja. Mungkin yang berbeda hanyalah kelas yang di rolling. Saat itu aku berada di kelas sembilan C. Berpisah dengan kawan-kawanku yang memang tadinya sekelas saat kelas tujuh, dan sekarang kami kembali berpisah karena berbeda kelas.

Aku duduk diam dibangku paling depan bersama temanku yang bernama Yuna. Menunggu mulainya upacara itu sungguh membosankan, kami saling mengobrol akrab dan sedikit bercanda untuk membunuh waktu. Hingga upacara segera dimulai.

Selesai upacara, kami masuk kedalam kelas dan wali kelas mulai membagi perangkat kelas. Aku senang karena tidak menjadi apapun, aku bukan orang yang suka menjadi menonjol di kelas. Hingga pada akhirnya wali kelas kami meminta tempat duduk diacak yaitu laki-perempuan. Semua mendengus aku pun juga. Meskipun sebagian murid lelaki yang sekelas denganku sudah aku kenali juga sih.

Aku duduk bersebelahan dengan teman lelakiku yang bernama Farhan, kami saling mengenal karena pernah satu kelas saat kelas tujuh. Kami mengobrol biasa hingga seseorang yang duduk tepat di belakangku mulai berulah. Aku benci sekali dijahili seperti itu, lelaki itu dengan sengaja mendorong kursiku dengan kakinya hingga tubuhku mepet ke meja. Huft.

"Kamu siapa sih?". Tanyaku sambil menatap penuh nyalang kepadanya. Bodo amat dibilang galak atau apalah, salah siapa mengusikku.

"Aku Jeka, Jeka Nalendra". Jawabnya sembari meringis lebar.

Kelak, Jeka Nalendra adalah lelaki yang membuatku takut kehilangan.

⚫⚫

Semenjak hari itu, Jeka sering mengusiliku. Pokoknya dia sering mencari gara-gara agar aku me-notice nya. Sedikit banyak aku tahu jika lelaki itu memang anak yang usil dan kocak. Aku juga sering tertawa mendengar guyonannya. Dan satu lagi fakta yang aku tahu bahwa dia sudah memiliki kekasih, tepatnya adik kelas.

"Aw sakit!". Aku menepuk lengannya keras karena dia baru saja sengaja menarik kincir kudaku. Tapi dia malah cengengesan dan menarik pipiku dengan gemas. Jujur saja kadang aku sering merasa baper jika dia sudah bersikap seperti itu. Apalagi setiap malam dia juga tidak pernah absen mengirim spam chat di nomor ponselku. Namun saat aku ingat bahwa dia sudah memiliki kekasih, aku mencoba membentengi diriku agar tidak jatuh cinta padanya.

"Kamu lucu sih kalau dijahili, tuh pipimu merah. Tapi cantik".

Jika dia seperti itu, apa salah jika aku merasa baper?

"Jangan genit Jek, perlu aku ingetin kalau pacar kamu di kelas delapan B! Aku laporin nih!?". Celetuk Yuna yang langsung merangkulku dari belakang. Thanks Yun!

"Laporin aja sono! Orang aku juga mau ngapel nih!". Jeka langsung pergi bersama teman dekatnya yang bernama Tama, mereka sudah seperti tubuh dan buntut selalu bersama.

Aku tidak banyak komentar dan hanya menggedikan pundakku dan mengajak temanku yang lain Sonia untuk keperpustakaan bersama. Hobi kami sama yaitu membaca novel. Terkadang kami saling bertukar novel jika memiliki novel yang sama-sama belum kami baca. Sonia lebih suka membaca novel yang setebal novel Harry Potter, aku jadi penasaran dan akhirnya ikut-ikutan membaca novel itu yang halamannya sangat banyak. Tapi ternyata seru.

Author Draft (JJK-JEB)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang