Cuaca siang ini sangat terik. Langit pun sangat bersih, tidak ada awan yang menghiasinya.
Di siang bolong ini, Diva menunggu angkutan umum di halte, tidak ada satu pun yang lewat. Sopir nya juga tidak bisa menjemputnya karena anaknya sedang sakit.
Akibat kepanasan, Diva mengikat rambutnya dengan karet gelang yang selalu ia bawa kemana-mana.
Setelah lama menunggu, tiba-tiba saja ada mobil putih yang berhenti di depannya. Diva tahu siapa pemilik mobil itu. Siapa lagi kalau bukan Andre.
Dia sangat malas bertemu dengan Andre kali ini, entah itu karena tadi pagi atau karena hal lainnya. Ia sedang badmood.
Andre turun dari mobilnya dengan menggunakan celana jeans warna hitam di padukan kemeja putih abu-abu yang melekat indah di badannya, yang menambah kesan cool jika siapapun melihatnya. Termasuk Diva.
'Udah Div jangan tergoda, lo sekarang lagi marah sama dia'. Batin Diva yang berusaha menguatkan hatinya.
"Yuk pulang." Ajak Andre seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Diva yang sempat memegang ponselnya tadi kini seolah-olah sibuk dengan kegiatannya itu walaupun ia dengan jelas mendengar ajakan Andre.
"Diva." Panggil Andre.
Tetapi Diva masih memainkan ponselnya walaupun pikirannya kini berada dimana-mana.
Andre masih setia berdiri dan memerhatikan Diva. Dia yakin Diva sekarang marah akibat perkataannya tadi. Menurutnya, ucapannya tadi sudah benar, tidak ada yang salah. Jadi tidak perlu minta maaf.
Diva yang merasakan tatapan Andre kini mengarah kepadanya, semakin menyibukkan dirinya dengan ponselnya. Dia mengambil earphone di tasnya lalu memakainya dengan volume tinggi. Tidak ingin mendengar suara Andre.
"Va..." Panggil Andre lagi, dia duduk di dekat Diva. Membujuk bukan tipenya, dia juga tidak pandai dalam hal itu.
Tidak mendapat jawaban, Andre memilih untuk diam. Percuma juga ia berbicara panjang lebar jika lawan bicaranya tidak akan mendengarnya.
Hening.
Hening.
Hening!!
Tidak ada yang memulai pembicaraan. Diva sibuk dengan musiknya dan Andre sibuk dengan ponselnya. Diva sejak tadi mengecilkan volume musiknya berharap ia bisa mendengar bujukan dari mulut Andre, tapi hasilnya nihil. Andre juga diam kali ini. Dasar cowok nggak peka. Batin Diva.
Diva berdiri dari tempat duduknya dan bersiap untuk pergi dari tempat itu. Tapi Andre menahannya.
"Kamu pulang bareng aku." Entah itu perintah atau bujukan, Diva juga tidak tahu. Andre hanya mempunyai satu nada bicara. Datar.
Diva pura-pura tidak mendengar perkataan Andre walaupun ia memakai earphone tetapi ia bisa sangat jelas mendengar perkataan Andre.
Andre menarik lembut tangan kanan Diva kearah mobilnya. Tapi belum sampai ke mobilnya, Diva menarik tangannya dari tangan Andre.
Andre berbalik, menatap Diva dengan tanda tanya.
"Kenapa?" Tanya Andre.
Diva memanfaatkan earphone yang menempel di telinganya dengan berpura-pura tidak mendengar Andre. Sementara itu Andre tahu bahwa earphone yang di pakai oleh Diva sudah tidak Aktif.
"Aku tau kamu nggak nyalakan earphone kamu, 'kan?"
"Ngga, siapa bilang?" Diva yang menggoyang-goyangkan kepalanya seakan-akan menikmati musik. Supaya pria datar di depannya ini percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Jejak (COMPLETED)
Teen Fiction[REVISI] #1 Pendaki - 260820 #1 Gunung -120621 #1 Petualang -010721 (KOMEDI ROMANTIS), Selamat kejang-kejang sepuasnya~: ~TAKDIR, jangan buat aku mencintai sendirian~ ____ "Jadi kalau kamu udah bosan, gimana?" "Makanya jangan buat gue bosan." ...