20. Google

946 112 0
                                    

Mentari kini menampakkan cahayanya yang menyilaukan mata pria yang sedang menaiki motor sport nya. Ia menyipitkan matanya dan menutup kaca helmnya. Ia menghentikan motornya didepan gerbang rumah seseorang.

"Pak?" Panggil Rayn kepada seorang lelaki yang sedang memotong rumput dan melepaskan helm nya.

Lelaki itu pun menghentikan aktivitasnya dan melihat Rayn. Kini Rayn memanggilnya dengan gerakan tangan. Sedangkan lelaki paruh baya itu menghampiri Rayn yang belum juga turun dari motornya. Menurutnya, anak muda ini kurang soapn kepada orang tua.

"Ini rumah Aline?" Tanya Rayn ketika Bapak itu kini berada didepannya.

"Iya, kenapa?" Tanya Bapak itu.

"Saya pacarnya, saya kesini mau jemput dia." Bohong Rayn. Belum juga mereka balikan, kini Rayn telah mengaku-ngaku menjadi pacarnya.

"Anak saya jomblo." Ucap Bapak itu.

'Berarti yang di depan gue calon mertua gue dong?" Batin Rayn. Ia pun buru-buru turun dari motornya dan menyalami Bapak yang mengaku sebagai Orang tua Aline.

"Eh, tangan saya kotor." Bapak itu menarik kembali tangan yang sempat dipegang oleh Rayn. Tapi itu percuma saja, karena Rayn sudah memegangnya dan tangannya kini sudah kotor juga. Baginya, jika tidak memenangkan hati anaknya, maka bolehlah bapaknya saja. Konyol memang.

"Nggapapa Om. Aline dimana?" Tanya Rayn lagi.

"Sudah kesekolah, dia baru saja pergi sebelum kamu datang." Ucapnya lalu pergi dari hadapan Rayn.

"Eh tunggu dulu Om."

------

Rayn melihat mobil hitam yang diyakininya itu Aline dan sopir pribadi keluarganya. Ia sangat yakin jika mobil itu tengah mogok sekarang. Oh tidak, pura-pura mogok. Ia tersenyum kecil dibalik helm nya. Ini karena perbuatan dirinya dan sang calon papa mertua.

Flashback on

"Eh tunggu dulu Om." Cegah Rayn sehingga Pria paruh baya itu membalikkan badannya. "Saya boleh minta tolong kan Om?" Tanya Rayn ragu-ragu dengan wajah berharapnya.

"Aline marah sama kamu?" Selidik Papa Aline.

"Kok Om tau?" Tanya Rayn tak mengerti.

"Ya tau, kan Aline anak saya." Ucap Papa Aline lugas.

"Hehe iya deh om." Kekeh Rayn. "Saya kesini mau minta maaf tapi dia udah pergi duluan." Lanjut Rayn.

"Sudah, kamu pergi saja."

"Jadi saya bagaimana Om?" Rayn tetap tidak mau pergi dari tempat itu.

"Kamu bakalan ketemu Aline dijalan, saya akan telfon sopirnya untuk berhentiin dia dijalan." Ucap Papa Aline serius.

"Tapi pura-pura mobil rusak kan Om? Supaya Aline mau ikut saya." Rayn kini menambahkan ide dengan wajah yang memohon.

"Iya, iya. Terserah kamu."

"Makasih Om, kalau gitu saya pamit dulu." Ucap Rayn lalu naik kemotornya dan melajukannya dengan kecepatan rata-rata. Menjemput gadis impiannya.

Pria paruh baya itu kini menggelengkan kepalanya heran. Inikah calon menantunya? Ia rasa bukan. Ia pun mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

Flashback off

Sementara gadis yang berada didalam mobil itu merutuki kesialannya hari ini. Sekarang mobilnya mogok dan montir juga jauh dari sini ditambah lagi ada ujian gabungan dengan kelas lain sekarang. Dan Jalan satu-satunya adalah berjalan kaki walaupun sekolahnya masih jauh dari sini, jika ia menunggu taksi atau ojek itu juga belum tentu kedatangannya.

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang