33. Flashback

973 93 0
                                    

Flashback on

"Anda ngapain di sini?!" Bentak orang tua anak lelaki yang kini terbujur kaku di ruangan rumah sakit ini.

"Saya cuma mau lihat dia." Pandangan lelaki tua yang baru masuk kini mengarah kepada anak itu.

"Anda puas melihat anak saya?!"

Istrinya semakin terisak menatap kepergian putranya karena salah rumah sakit ini.

"Saya dan keluarga saya selaku penanggung jawab rumah sakit ini meminta maaf atas kejadian ini." Ucap lelaki tua itu dengan sangat menyesal. Karena kelalaian pegawai rumah sakitnya sehingga anak itu harus merenggang nyawanya.

"Lebih baik kita selesaikan ini di pengadilan. Saya dan istri saya ingin ke adilan!" Tegas sang ayah anak itu.

"Jangan!!" Mohon lelaki tua itu lagi.

------

2 bulan kemudian...

Setelah anak lelakinya meninggal, keluarga yang dianggap sangat ceria itu kini hanya awan hitam yang melekat di rumahnya. Walaupun masih memiliki anak perempuan-Diva, tapi ia tak terima dengan kejadian ini.

Anaknya-Daniel, harus tewas akibat kelalaian dokter. Awalnya memang Daniel di vonis umurnya tak akan lama lagi akibat tumor ganas yang ada di perutnya. Tapi kala itu pasangan suami istri ini tak putus asa demi pengobatan anak pertamanya. Hingga anaknya di operasi. Bukannya sembuh setelah operasi, akan tetapi Daniel meninggal. Dan setelah di selidiki kasusnya itu ternyata dokter meninggalkan jarum kecil di perut anak berusia 8 tahun itu.

Sakit. Yah, itu yang dirasakan dibagian perut anak itu sebelum meninggal.

Papa Diva menatap tajam rumah megah yang ada di depannya kini.

TOK.. TOK.. TOK!!

Ia memukul pintu besar itu dengan penuh amarah.

"Sia..." Seorang wanita keluar menggendong putrinya dan seketika membungkam mulutnya ketika melihat orang itu.

Ia berlari masuk dan menggendor pintu ayah mertuanya.

Anak perempuan wanita itu menangis kencang. Sangat kencang.

"Bawa dia ke kamar." Tegas ayah mertuanya ketika keluar kamar. Dengan sigap wanita itu mengangguk dan segera membawa anak perempuannya-Andin, ke kamar.

Dito-papa Diva, kini sudah ada di dalam rumah tanpa permisi. Lelaki itu itu melihat Dito dengan heran. "Kenapa anda kesini?" Tanya lelaki tua itu. Ia menghampiri Dito yang sudah berdiri di ruang tamu celingak celinguk mencari sesuatu.

Dito tak menjawab pertanyaannya.

"Assalamualaikum..." Seorang pria masuk dengan wajah kebingungan setelah melihat Dito. Ia tahu sekali bahwa Dito ini adalah orang tua anak yang meninggal itu.

DOR!! DOR!!!

"WILYAM!!!" Teriak lelaki tua itu ketika melihat dada anaknya yang baru masuk kini besimpah darah hingga kini terbaring dilantai.

Dito tersenyum puas ketika melihat ke takberdayaan Wilyam-putra dari orang di depannya ini.

Lelaki tua itu berlari melihat anaknya yang sekarang terkuai lemas.

"KAMU!!" Dia berjalan ke arah Dito dengan penuh amarah.

"Itu balasan atas meninggalnya putra saya." Dito menyimpan kembali di sakunya pistol yang di gunakannya tadi.

Lelaki tua itu melayangkan pukulannya kepada si pembunuh itu, namun dengan gesit Dito menahannya dan menghempasnya kasar sehingga ia hampir terjatuh.

"DASAR PEMBUNUH!!!" Seru wanita tadi yang tak lain istri Wilyam. Ia berjalan ke arah Dito memegang pisau. Air matanya tak terbendung lagi ketika melihat suaminya yang tebujur kaku di lantai. Dengan sekuat tenaga ia memegang pisau walau tangannya gemetar hebat.

DOR!!!!

Dengan cepat Dito melayangkan satu peluruh panas yang kini mengenai kepala wanita itu. Hingga wanita itu pun terjatuh.

"Mama....." Lirih anak lelaki yang kini bersembunyi ketakutan di belakang guci besar rumah itu.

Flashback off

"Aku masih ingat waktu itu kek." Ucap Andre setelah kakeknya menceritakan kembali kejadian itu.

Setelah kepergian kedua orang tuanya karena insiden itu, kini Andre dibesarkan oleh kakeknya.

"Tugas kamu sudah selesai."

-----

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang