19. Sekolah [2]

928 107 1
                                    

"Dara..." Teriak Rea, dan langsung berlari ke arah sahabatnya itu yang menghilang selama seminggu. Sementara Aline dan Diva pun ikut dibelakang Rea.

Dengan masih menggunakan seragam sekolah mereka kini sedang menunggu Dara di depan rumahnya dan akhirnya mereka dapat melihat Dara kembali.

Mereka berpelukan sangat lama untuk melepas segala kerinduan mereka.

"Lo dari mana aja?" Tanya Aline setelah melepas pelukannya.

"Gue sibuk." Ucap Dara.

"Sesibuk-sibuknya lo nggak mungkin mengabaikan pesan kita kan?" Ucap Rea sedih.

"Aduh, gue tau kalau kalian rindu. Sini peluk lagi." Dara langsung memeluk mereka dan langsung mendapat balasan dari sahabat-sahabatnya itu.

"Kok rumah lo sepi?" Tanya Diva setelah lelukan mereka lepas.

"Iya, gue udah nggak tinggal di rumah ini lagi. Gue kesini mau ngambil barang-barang yang tersisa kemarin." Ucap Dara jujur.

"Oh lo kemaren absen dari sekolah gara-gara lo pindah rumah?" Tanya Rea. Dara hanya menganggukkan kepalanya walau itu bukan alasan yang sebenarnya. "Lo pindah kemana sekarang?" Lanjutnya lagi.

"Gue... Jauh lah." Ucap Dara terbata-bata.

"Lo lagi nggak ada masalah kan Ra?" Selidik Aline. Kecemasan Dara terlihat jelas diwajahnya.

Dara menggelengkan kepalanya. "Nggak... Kan gue baru pindah, jadi gue nggak terlalu tau daerah itu. Lain kali gue ajak kesana lah." Ucap Dara meyakinkan sahabat-sahabatnya.

"Sekarang aja, kita lagi nggak sibuk kok." Ucap Diva. Sementara Rea dan Aline mengangguk setuju.

"Tapi rumahnya masih kotor." Ucap Dara, berharap bisa mencegah keinginan sahabatnya itu.

"Nggak apa apalah. Mungkin kita bisa bantuin." Ucap Aline. Dan lagi-lagi yang lainnya hanya mengangguk setuju.

"Maaf lain kali aja yah... " Mohon Dara. "Yaudah gue masuk dulu. Gue disuruh cepat-cepat pulang sama papa gue. Kita ketemu besok disekolah. Ok?" Ucap Dara lalu berlari masuk ke dalam bekas rumahnya tempat ia dibesarkan oleh orang tuanya itu.

"Dia aneh." Ucap Rea yang melihat pintu rumah itu kembali tertutup.

"Besok kita introgasi dia." Ucap Aline lalu mengajak kedua sahabatnya itu masuk kedalam mobil.

-----

SMA Cendaki Bhakti

Ruangan kelas XII Ips 2 kini sulit untuk dikontrol ditambah lagi ketidakhadiran guru mata pelajaran jam pertama tidak ada menambah semangat untuk membuat rusuh dikelas.

Tanpa disadari gadis yang tengah menyelesaikan tugas yang menumpuknya merasa sangat terganggu. "WOI BISA DIAM NGGA!!!!" Teriaknya, seketika kelas menjadi hening, sementara sahabat-sahabatnya yang berada didekatnya kaget akibat suaranya.

"Sabar Ra... " Aline mengelus-ngelus pundak milik sahabatnya itu. Berusaha menenangkan.

"Hehe... Kalian bisa lanjutin kegiatan kalian. Maapin dia ya, mungkin lagi datang tamunya kali." Ujar Rea dengan menunjukkan kekehannya. Ia masih bisa melihat wajah heran dari teman kelasnya itu.

Hanya selang beberapa detik, kelas kini kembali ribut, bahkan lebih ribut dari sebelumnya.

"Lo Diva?" Tanpa mereka sadari, ternyata tanpa disadari ada siswa lain yang masuk kekelasnya dan menghampiri Diva.

"Eh iya?" Sahut Diva.

"Lo dipanggil Pak Bastian di kantor." Ucapnya, lalu pergi meninggalkan kelas yang penuh dengan suara bising itu. Bahkan baginya suara pasar akan kalah jika dibandingkan kelas yang ia datangi tadi.

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang