"Andre!" Diva sontak menarik bahu seorang pria yang fokus menonton penampilan pengamen di depannya, sehingga pria itu berbalik dengan kaget.
Pria itu menunjukkan wajah kesalnya sekaligus ekspresi bingungnya.
Melihat wajah itu, Aline menepuk jidatnya sekaligus menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Inikah yang dinamakan malu?
"Eh, haii om." Diva menyapa dengan cengingiran bodohnya. Ternyata pria itu bukan Andre, tapi om-om.
"Kamu siapa?" Tanya pria yang berkumis kumis tebal yang dikiranya Andre tadi. Dengan wajah sangar ia tunjukkan kepada Diva. Sedangkan Aline mengalihkan pandangannya ke arah keramaian pasar ini, tidak mau lagi berbalik karena rasa malu sekaligus takut karena salah orang.
"Aku?" Tanya Diva.
Aku siapa ya?
Diva menarik sahabatnya lagi, berharap Aline bisa memberinya ide. Sedangkan Aline pasra saja di tarik oleh Diva. "Kita ya pak?" Tanyanya lagi.
Bapak itu tidak memberikan balasan bahkan ekspresinya tidak berubah dari tadi.
"Ah, iya. Kita itu temannya anak bapak" Diva memberikan senyuman berharap bapak itu yakin. Idenya memang cermerlang.
"Saya punya banyak anak. Maksud kamu anak saya yang ke berapa?"
"Anak yang keberapanya?" Bisik Aline.
"Yang seumuran sama kita pak." Diva menunjuk dirinya dan juga Aline.
Bapak itu mengangguk. "Oh anak saya yang SMP."
"Iya pak." Aline membenarkan ucapan bapak itu. Yang penting cepat selesai.
"Kalau gitu kita balik dulu ya pak" Ucap Diva dan tanpa menunggu balasan dari Bapak itu, Dia dan Aline lalu berbalik dan menjauh dari tempat itu.
"Hahaha" Aline tertawa terbahak-bahak setelah jauh dari bapak tadi hingga semua orang yang ia lewati memandang aneh kepadanya.
"Kenapa lo? Kesurupan?" Diva menjauhkan kepala Aline yang tadi mendekat ke arahnya.
"Bapak itu kaya sangar tapi juga bisa ngelawak ya." Jawabnya. Tawanya mulai mereda.
"Ngelawak apanya. Masa kita dibilangi anak SMP. Jelas-jelas kita sekarang udah kelas dua belas tau nggak." Diva tidak setuju dengan ucapan Aline.
"Awet muda itu mah namanya. Mungkin juga lo mirip sama anaknya kali." Aline membayangkan jika Diva mirip dengan anak sang bapak tadi dan otomatis sahabatnya juga mirip dengan om-om yang ia temuinya tadi.
"Eh, lo yang mirip."
Kemudian perdebatan-perdebatan panjang pun di mulai. Tidak ada yang mau mengalah. Tanpa memperhatikan jalan, tiba-tiba saja ada orang yang menabrak Diva dari samping.
"Aduh" Diva tersungkur ke depan hingga terjatuh ke tanah.
Orang yang berlari tadi kini berhenti dan melihat ia telah menabrak seseorang.
Diva mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang baru saja menabraknya, ingin meluapkan kekesalanya, karena kini bajunya kotor. Tatapannya kini bertemu dengan orang itu.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
"Andre??" Diva Mengernyitkan dahinya tidak yakin dengan apa yang ia lihat.
"Diva" Andre mengulurkan tangannya untuk membantu Diva berdiri tapi Diva tak menerimanya dan memilih berdiri sendiri. Diva membersihkan tanah yang menempel dari pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Jejak (COMPLETED)
Teen Fiction[REVISI] #1 Pendaki - 260820 #1 Gunung -120621 #1 Petualang -010721 (KOMEDI ROMANTIS), Selamat kejang-kejang sepuasnya~: ~TAKDIR, jangan buat aku mencintai sendirian~ ____ "Jadi kalau kamu udah bosan, gimana?" "Makanya jangan buat gue bosan." ...