25. Tragedi

905 93 3
                                    

Malam yang sunyi, semilir angin pun berhembus sedang. Wanita yang berada di dalam tenda mengeratkan kain tebal yang melekat ditubuhnya. Tapi itu tidak berpengaruh, tubuhnya masih saja dingin. Matanya pun ia buka dengan paksa.

Andin melihat sekelilingnya, kakak kelasnya masih tidur dengan nyenyaknya, siapa lagi kalau bukan Diva, Aline dan Rea.

Andin perlahan lahan membuka tenda yang berukuran besar itu dengan perlahan agar tidak membangunkan orang yang tertidur nyenyak. Tak berselang lama, akhirnya ia pun keluar dan tak lupa memakai sepatu.

Andin berjalan agak jauh dari tenda tempat mereka tidur. Ia menikmati langit malam dan sesekali menggosok tangannya. Dingin.

"Ngapain kamu disini?" Tanya seorang pria yang kini berdiri di dekat adik kelasnya itu.

Andin menoleh kearah Andre, ia tersenyum dengan mata yang sayu. Akhirnya dia datang.

Andre pun duduk diikuti oleh Andin disampingnya. Wanita itu bersandar manja di bahu Andre. "Kapan ya kak, kita kaya gini lagi?" ucapnya, sambil menatap indahnya bintang dilangit. Sesekali ia tertawa masam mengingat masa lalunya dengan kakak kelasnya ini.

"Sekarang kita udah kaya gini." Ucap Andre yang kini mengelus rambut Andin dengan lembut. Pikirannya sekarang hanya untuk wanita disampingnya itu, Andin.

"Tapi sekarang udah ada dia." Rajuk Andin.

"Diva?"

Andin mengangguk kecil di bahu Andre. Sehingga pria itu merasa geli dubuatnya.

"Kalau aku minta kak Andre putus sama dia mau ngga?"

-----

"Aku mau keluar!" teriak Dara kepada seorang wanita yang berdiri tegak didekat pintu apartemen dengan kemeja hitam yang menempel ditubuh orang itu.

"Lo tuli?" Ejeknya lagi.

"Woi kampret, gue mau keluaaaaarrrr!!!" Geram Dara. Ia ingin melemparkan remot yang ia genggam sejak tadi kepada wajah wanita di depannya itu. Tapi aksinya itu gagal.

Tiba-tiba seorang lelaki tadi membuka pintu tanpa permisi. "Anda bisa pergi." Ucapnya dengan agak sopan.

-----

Minggu yang cerah, semua insan kini sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mulai dari Rea dan Aline yang sibuk makan sedari tadi sedangkan Diva yang sibuk dengan lamunannya. Entah melamunkan apa.

Sekarang hanya tinggal gadis-gadis itu disini sedangkan para pria pergi entah kemana.

Dari kejauhan Diva menatap Andin, menatapnya dengan penuh penasaran. Yah, tadi malam ia mendengar percakapan Andre dan Andin dari kejauhan. Tidak hanya itu, ia juga melihat keromantisan pacarnya itu dengan wanita lain, bahkan wanita yang baru ia kenal.

"Kak Diva?"

"Kak?"

"Kak Diva?" Panggil Andin dengan lembut.

Tak terasa Andin sekarang sudah ada di depan Diva, sedangkan Diva hanya menatapnya malas dan heran.

"Dari tadi aku panggil, tapi ngga di jawab." Ucapnya lagi.

"Apa?"

"Kak Aline." Ucapnya sambil menunjuk kepada dua orang yang sedang bertengkar di dekat tenda dan seketika Diva menoleh ke arah itu. Terlihat dari kejauhan Aline dan Rayn yang saling beradu mulut.

"Udah biasa." Balas Diva dengan enteng.

"Aku mau nanya ...." Andin menggantungkan ucapannya.

"Gue sibuk." Balas Diva dan berniat berdiri dari duduknya.

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang