38. Ujian, sebangku

927 95 0
                                    

"Kenapa ngga lewat pagar depan aja, ha? Kenapa harus manjat tembok? Kenapa harus bolos juga sih?" Omel Rayn.

"Kenapa ngedumel terus sih dari tadi?! Kalo mau ngobatin, obatin aja, ngga usah ngomel mulu." Balas Aline tak mau kalah.

Mereka semua kini berada di UKS, untung ada Rayn yang menolong mereka. Pria itu kini sibuk mengomeli Aline sedangkan Dara tertidur di kasur karena merasa agak pusing setelah jatuh tadi. Sementara Diva dan Rea duduk di kursi UKS dengan perasaan pasrahnya karena tak bisa bolos. Sedangkan Andre memilih pergi entah kemana.

Hanya Aline yang terluka setelah kejadian tadi karena di timpa oleh badan Dara, sedangkan yang lainnya hanya kaget dan agak pusing setelah kejadian konyol tadi.

Drttt...

Drttt...

Drttt...

Semua mata tertuju pada ponsel yang ada didalam tas milik Dara.

"Angkat tuh." Ucap Aline yang masih di obati oleh Rayn. Pria ini sangat nekat untuk mengobati Aline bahkan memaksa.

'SI DELVAN!'

yah, nama itu yang tertera di layar ponsel gadis yang tertidur itu.

"Ngapain lo nelfon?"

Tanya Diva ketika mengangkat telefon itu.

"Dia mana?" Tanya seorang di seberang sana. Dia sangat tahu suara sepupu laknatnya ini.

"Tidur." Balas Diva singkat.

"Tidur? Kalian ngga belajar?"

"Ngga. Dia jatuh. "

"Kok bisa? Jatuh dari mana? Terus gimana keadaannya?"

"Hampir mati, tapi ngga jadi. Udah ya, gue sibuk." Diva langsung mematikan sambungan telepon itu sepihak tanpa memikirkan perasaan orang itu.

"Siapa?" Tanya Aline.

"Keluarga Dara." Diva masih mwnutupi tentang hubungan sepupunya dengan sahabatnya ini. Dara pun belum siap untuk memberi tahu akan hal ini kepada Rea dan Aline.

"Kok lo kaya akrab?"

"Akrab aja." Balas Diva dan duduk kembali ditempat duduknya.

•••

"Maa..." Teriak pria yang kini masuk kedalam rumah yang megah itu.

"Apa?" Tanya mama Delvan malas.

"Dara mana?"

"Di kamarnya."

Tanpa mengucap kata-kata lagi, pria itu masuk berjalan ke kamar Dara dan lansung masuk tanpa permisi. Pria itu melihat sekeliling kamar ini. Tidak ada orang. Ia berjalan ke arah balkon, dan sontak senyumnya terbit begitu saja kala melihat gadis yang sibuk menatap bunga matahari yang ada di balkon itu.

"Ngapain liatin bunga?" Tanya Delvan kemudian ikut bergabung dengan gadis itu.

Gadis itu menoleh. Menatap pria yang baru masuknitu. "Ngapain masuk ngga bilang-bilang?" Tanyanya.

"Emang salah?" Tanya Delvan tanpa dosa.

"Salah lah!"

"Kata Diva tadi kamu jatuh. Jatuh dari mana?" Tanya Delvan mulai kepo.

"Tembok."

"Ngapain?"

"Manjat."

"Ha?"

"Mau bolos."

Delvan melongo. Tak habis pikir dengan istrinya itu, yah istri.

"Biasa kali kak."

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang