"Kamu beneran nggak sekolah hari ini?" Tanya seorang pria yang bersandarkan pada bantal, dia Andre. Dia memilih Absen karena keadaannya yang masih belum pulih. Sementara wanita didepannya sibuk mengutak-atik ponselnya entah apa yang sedang ia perbuat. Sekarang sudah pukul 2 siang, biasanya jam sekolah pulang disekolahnya sekitar 30 menit lagi.
"Nggak kak." Jawabnya.
Andin juga hari ini memilih absen dari sekolah karena merawat Andre. Awalnya Andre marah mengetahui itu, tapi percuma juga Andin termasuk gadis yang keras kepala.
"Kak Diva sama temen-temennya kesini kemarin, tapi kak Andre belum sadarkan diri jadi dia pulang subuh tadi." Ucap Andin menyimpan ponsel pada tas miliknya. Dan memperhatikan wajah Andre yang penuh memar akibat kecelakaan sewaktu pulang dari olimpiadenya.
"Hm." Andre hanya mangut-mangut.
"Kak Andre lapar nggak?" Andin mengambil semangkok bubur yang terletak dinakas. Ia mengaduk-aduk bubur itu yang mulai menghangat dan mengarahkannya ke mulut Andre.
Andre menerima suapan dari Andin dengan senang hati.
Hanya keheningan yang menemaninya selama makan. Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi.
Dua insan yang berada didalam ruangan itu mengarahkan pandangannya pada pintu yang perlahan terbuka, ternyata hanya sosok orang yang tak di undang yang masuk, siapa lagi kalau bukan Rayn. Ia juga masih mengenakan seragam sekolah, mungkin baru pulang.
"Kenapa? Lo kira Diva? Lo takut kan kepergok berdua-duaan sama adek kelas lo itu?" Selidik Rayn yang melihat kediaman Andre dan Andin.
"Apaan sih kak." Andin berdiri dari duduknya. "Yaudah, kan udah ada kak Rayn jadi aku bisa pulang sekarang." Andin keluar tanpa persetujuan dari Rayn dan Andre lagi.
"Kasihan ya Diva." Rayn duduk didekat kasur Andre.
"Dia kenapa?" Tanya Andre.
"Lo cuma mainin dia."
"Yang mainin dia siapa? Gue benar-benar pacaran sama dia."
"Yaudah, gue tanya sekarang. Lo cinta nggak sama dia?" Rayn menarik setelah alisnya. Pasti sahabatnya itu tidak mampu menjawab pertanyaannya.
"Gue nggak benci." Jawab Andre menatap keluar jendela.
"Berarti lo suka dong. Ingat suka dan cinta itu berbeda bro. Kaya gue suka lo tapi gue nggak cinta sama lo."
"Contoh macam apa tuh." Andre menatap Rayn jijik. Sahabat macam apa ini yang ia punya. "Lo nggak cocok jadi penasehat asmara gue, kisah asmara lo juga lebih parah dari gue." Lanjutnya.
"Ucapan lo benar. Gue mau curhat." Ucap Rayn sedih.
"Gue mau istirahat." Tanpa persetujuan lawab bicaranya, Andre memperbaiki bantal lalu menutup matanya dengan tenang.
Melihat itu, Rayn ingin sekali sekarang manabok ginjal sahabatnya itu.
-----
"Lama banget sih baru pulang..." Ucap Diva lesu. Ia merasa bahwa hari ini jam berputar lambat.
"Sabar." Bisik Alin yang berada disampingnya. Sekarang mata pelajaran jam terakhir sedang menerangkan materi diatas papan tulis, tapi hanya sebagian yang memperhatikannya karena mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Diva lebih memilih tertidur dengan lengannya sebagai bantalnya. Sedangkan Aline melihat kearah papan tulis sedangkan pikirannya berada entah kemana.
Sekitar 10 menit kemudian bel pertanda pulang pun berbunyi. Tentu ini adalah kebahagiaan siswa-siswi SMA Cendaki Bhakti selain bel istirahat.
"Lo mau pulang atau langsung kerumah sakit?" Tanya Rea setelah sampai kedalam mobilnya. Hanya ada Diva dan Aline disini. Entah sahabat mereka yang satunya kemana, mereka pun tak tahu. Akhir-akhir ini Dara juga sering absen padahal ujian telah dekat.
"Rs." Singkat Diva. Sementara Aline sibuk dengan ponselnya.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Jejak (COMPLETED)
Teen Fiction[REVISI] #1 Pendaki - 260820 #1 Gunung -120621 #1 Petualang -010721 (KOMEDI ROMANTIS), Selamat kejang-kejang sepuasnya~: ~TAKDIR, jangan buat aku mencintai sendirian~ ____ "Jadi kalau kamu udah bosan, gimana?" "Makanya jangan buat gue bosan." ...