26. Hilang

894 85 0
                                    

Akibat dari kejadian kemarin, kini semua kewalahan mencari sosok gadis itu. Entah kemana semua harus mencarinya lagi.

Lelah! Yah, itu yang dirasakan oleh Andre. Sekarang pacarnya jatuh dan hilang itu karena kesalahannya. Dan sekarang belum ada secercah kabar mengenai gadis itu.

"Diva.... "

"Divaaaaa... "

"Va... "

"Div.... "

Hanya nama itu yang ia dengar sejak kemarin hingga sekarang.

'Kamu dimana?'

'Apa kamu baik-baik aja?'

"ANDRE!"

Andre tersentak akibat suara itu. Suara yang mirip dengan orang ia cari. Pria itu berbalik dengan cepat dan melihat orang itu.

Ternyata itu Aline, sahabat pacarnya. "Kalau terjadi apa-apa sama sahabat gue, gue orang yang pertama kali ingin bunuh lo!" Lirihnya diiringi isakan. Ia merindukan sahabatnya, sangat. "Ngapain lo lebih milih Andin dari pada Diva?!! DIVA ITU PACAR LO! BUKAN ANDIN!" Bentaknya.

Hanya mereka berdua yang ada disini. Sejak tadi mereka berpencar mencari gadis itu. Hingga timsar pun ikut membantu mencari Diva.

Andre tak mengubris perkataan Aline dan memilih untuk berlalu pergi.

-----

Drtt....

Drtt...

Drt....

Cih! Andre benci suasana seperti ini. Di saat ia sibuk mencari seseorang tiba-tiba saja ada orang yang mengganggunya.

Ia mengambil telepon yang berada di sakunya dengan paksa.

"APAAN SIH?!" Murkanya. Ia sangat frustasi bahkan sekarang penampilannya sangat urak-urakan.

"Kak Andre?" Sapa seorang gadis di balik telepon itu.

Dengan cepat Andre melihat penelpon itu. Ternyata Andin. "Kenapa?" Balasnya. Bahkan, suaranya tadi yang penuh emosi, kini berubah lembut.

"......"

"Ngga ada lagi?"

"......."

"Hm. Aku ke sana." Lanjutnya lalu mematikan ponsel dan berbalik arah. Dengan terpaksa, ia harus menghentikan pencarian Diva karena ini.

Setelah kejadian kemarin, Andin terpaksa harus di rawat di rumah sakit akibat luka lebam di wajahnya. Dan itu juga akibat paksaan Andre.

-----

Sedangkan di tempat lain, mama Diva kini histeris mengetahui anaknya hilang. Tak tinggal diam, dia dan suaminya ikut menyusul ke tempat ini semalam.

"Udah tante..." Ucap Rea menenangkan ibu sahabatnya itu.

"Diva..." Lirih wanita paruh baya itu. Bagaimana caranya lagi ia bisa mendapatkan putrinya. Ia tidak mau lagi kehilangan anaknya yang kedua kalinya.

"Tante, timsar bilang mereka udah dapatkan Diva." Lapor Delvan dengan nafas yang memburu akibat berlari.

-----

"Gimana kak?" Tanya Andin ketika melihat Andre masuk dengan wajah yang lusuh.

Andre menyimpan semua kantong kresek di nakas dan duduk di dekat gadis itu. Ia memperhatikan wajah Andin yang berbinar menunggu jawabannya.

"Diva belum ketemu." Ucap Andre. "Wajah kamu udah mendingan?" Lanjutnya tak ingin melanjutkan membahas Diva.

"Oh." Balasnya sambil mangut-magut. Ia berniat mengambil makanan yang di bawa Andre tadi. "Beli apa aja?" Ucapnya sambil membuka kantong kresek itu. Sedetik kemudian wajahnya kembali berbinar melihat apa yang di bawakan oleh Andre. Ternyata kalung, kalung yang di berikan pria itu dulu. "Tau banget kak kesukaan aku. Kirain kakak bercanda mau ambil kalung ini di rumah, ternyata benar toh. Tapi ngga ada romantis-romantinya. Masa iya, kalung di isi kantong kresek sama makanan." Rajuknya dengan bibir yang ia manyumkan.

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang