40. Datang lagi?

1K 99 8
                                    

Seorang lelaki dengan gusarnya masuk kedalam rumah besarnya. Ia memandang keseluruh penjuru ruangan ini. Kosong. Entahlah Mamanya ada dimana sekarang. Dan gadisnya?

"Haha..." Delvan mulai gila. Ia tertawa sambil berjalan menaiki tangga. Gadisnya? Bahkan ia tak merasa mempunyai gadis itu dulu. Tak sengaja matanya menatap kamar yang tak berpenghuni itu. Itu kamar Dara. Perlahan tapi pasti, ia kini sudah berada di dipan pintu kamar itu. Ia tersenyum hambar dan membuka perlahan ganggang pintu itu. Kamar gadis itu masih rapi. Ia masuk dengan langkah gontainya.

'Entah dimana kamu sekarang, Dara.' Batin pria itu yang sibuk menyusuri kamar ini. Tapi satu benda yang bisa menarik perhatiannya. Akuarium kecil yang ada di nakas kamar itu. Ia berjalan ke arah akuarium mini itu, terlihat dari matanya yang sembab, ikan kecil di akuarium itu sudah mati. Itu karena tidak di urus oleh siapa pun. Seandainya Dara ada disini pasti ikan ini akan besar sesuai kemauannya. Delvan tertawa lagi mengingat itu. Tak terasa air matanya kini sudah jatuh.
•••
"Cepetan!" Teriak gadis yang kini berlarian naik ke bukit buatan itu tanpa merasa lelah. Disinilah tempat yang bisa melihat kota Helsinki dengan jelas.

"Tuggu gue!" Ucap Amor yang berada jauh dibelakang Diva. Lihatlah, sekarang pria itu malah berbahasa gaul ala indonesia. Ternyata selama dua bulan ini ia hanya pura-pura tak tahu bahasa indonesia, untuk mengerjai teman barunya itu.

Diva menatap Amor dari atas puncaknya. Dan pergi meninggalkan Amor tanpa sepengetahuan pria itu.

"Dimana dia?" Tanya seseorang dibelakang Amor. Amor berbalik melihat pria yang bertanya itu. Pria yang ada di depannya ini memakai masker, tetapi walaupun begitu ia tahu siapa orang ini.

"Dia ada di sa..." Amor menunjuk sesuatu, tapi disana tidak ada Diva lagi. "Dia ada disana tadi." Ucap Amor.

"Yaudah, makasih yah." Pria yang menutup wajahnya itu, berlalu pergi mencari gadis itu.

Suasana sore ini sangat ramai sehingga ia kesusahan mencari Diva, apalagi ia tak tahu Diva memakai baju apa sekarang. Mencari dan terus mencari gadis itu hingga malam. Tapi gadis itu tak kunjung datang, malah sekarang disini semakin ramai. Mungkin dia sudah pulang?
•••
Setelah meninggalkan Amor yang jalannya lambat, kini Diva memilih menikmati suasana ini dengan damai tanpa terganggu oleh ramainya tempat ini. Ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya sudah menunjukkan jam 8 malam. Dan sekarang gadis itu tak peduli bagaimana caranya pulang setelah tadi berjalan kesini. Yang jelas ia sangat menikmati malam ini. Tak berselang lama tiba-tiba seseorang datang dan duduk disampingnya tanpa pamit. Diva melirik orang itu. Wajahnya tak nampak karena tertutupi oleh masker. Diva tak mau ambil pusing, ia kembali melihat bintang di langit.

"Aku orang jahat." Ucap pria yang ada disamping Diva.

Diva menatap orang itu, tak tahu dengan siapa orang itu bicara. Bisa saja orang lain atau dirinya?

"Iya kamu." Ucap pria itu lagi tanpa melihat ke arah Diva.

"Orang Indonesia ya?" Tanya Diva.

Orang itu mengangguk.

"Orang jahat ya?" Tanya Diva.

"Bisa jadi."

"Jahat bagian mana?"

"Biasanya menjual organ tubuh."

Diva menganga tak percaya. Ia kini berdiri dari duduknya dan menunduk melihat orang pria itu. "Jadi kamu mau duduk disini supaya bisa nyulik organ tubuh aku?" Tanya Diva. Ia malah memberikan tatapan menantang kepada pria itu. Pria itu bangkit dari duduknya dan menatap gadis yang lebih pendek itu darinya. Menatap dari atas sampai bawah.

"Ck, nggada gunanya nyulik kamu. Tapi kalo mau ya nggapapa."

Tanpa berpikir panjang, Diva berniat untuk pergi dari orang gila ini. Tapi buru-buru di cegat oleh pria itu.

"Ngga, bercanda." Ucapnya lalu membuka penutup wajahnya itu.

Sementara Diva yang awalnya geram kini menatap wajah itu. Menatapnya dengan saksama. Andre?

"Ngapain natap gitu?" Tanya Andre.

"Ngapain kamu disini?" Tanya Diva tak percaya.

"Sama kaya kamu." Jawab Andre.

"Sama apa?"

"Sama kamu."

"Andre?!" Kesal Diva.

"Apa?"

Dorr... Dor....!!

Tiba-tiba bukit ini di hiasi oleh berbagai macam lampu yang tadinya hanya ada orang yang berlalu lalang. Diva memerhatikan sekelilingnya, sangat meriah oleh lampu-lampu itu. Dan sekarang dimana semua orang disini? Diva menatap Andre dengan tanda tanya. Sedangkan Andre malah terkekeh melihat kebingungan gadis didepannya itu.

"Mereka mengungsi." Ucap Andre.

"Jadi, ini dalam rangka apa?"

"Terserah kamu, mau anggap ini apa."

Diva mengangguk mengiyakan saja. "Aku mau pulang." Ucapnya.

Andre tak menghiraukan ucapan dari Diva tadi. Ia malah menggenggam erat kedua tangan gadis itu. Menahannya. "Kamu mau ngga kita mulai dari awal lagi?" Tanya Andre dengan serius.

Diva menatap Andre dengan ekspresi bingungnya. Ia tak salah dengar?

"Aku serius." Ucap pria itu lagi.

Diva buru-buru melepas tangannya dari genggaman Andre. Ia menggeleng dengan cepat. "Kamu ngga usah bercanda." balas Diva.

"Aku ngga bercanda. Aku serius. Aku juga mau minta maaf setelah kejadian dulu." Ucap Andre serius.

Diva mengangguk. "Aku maafin, tapi kalo masalah mulai dari awal aku ngga bisa." Balas Diva.

"Kamu pasti udah tau semuanya. Tentang masalah keluarga kita."

"Kita temenan aja." Balas Diva. Ia tak mau lagi memulai hubungan jika ia terus merasa sendirian di dalam hubungan itu. Ia tak mau mengulang kesalahannya dahulu. Memang semua hubungan tak akan ada yang mulus, tapi apa salahnya jika ia menghindari itu lagi? Ia tak mau terjebak dalam cinta sendirinya lagi.

"Aku cinta sama kamu." Ucap Andre yang berusaha memegang tangan Diva namun gadis itu menolak.

"Aku ngga butuh kalimat itu sekarang Andre. Aku harap kamu ucapkan kalimat itu dulu, bukan sekarang." Diva masih mempertahankan ekspresinya yang mulai berubah semenjak Andre menyatakan cinta padanya. "Kenapa sekarang kamu bilang itu, pada saat aku berusaha untuk lupakan kamu?"

"Aku.... "

"Aku mau pulang." Ucap Diva memotong ucapan pria di depannya itu dan pergi begitu saja.

"KARENA CINTA ITU BUKAN SEKEDAR KALIMAT!" Teriak Andre.

Diva berbalik menatap pria itu. "Tapi aku dulu butuh pengakuan! Bukan apa-apa!"

"Diva." Panggil seorang wanita paruh baya.

"Mama?"

•••

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang