24. Malam

860 99 4
                                    

"DARA!!!!" Teriak seorang lelaki dari luar kamar. Sedangkan Dara yang sejak tadi berada dalam kamar memikirkan cara untuk kabur, kini terpelonjak kaget.

"Apaan sih?!" Bentak Dara dari arah pintu.

"Dimana koper aku?" Tanya Delvan yang tengah sibuk mengutak-atik ruang tamu apartemennya.

"Mana aku tau." Protes Dara lalu membanting pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam. Tidak, dia tidak kuat lagi berada lama-lama disini dengan pria arogan itu. Ia harus pergi bagaimana pun caranya, harus. Ia juga rindu dengan mamanya yang tak tahu bagaimana kabarnya sekarang.

"DARA....!!! BUKA!!!" Teriak Delvan dari luar kamar itu.

"Ngga mau." Balasnya.

"Bukaa!!!" Perintah Delvan lagi.

"Kalau aku bilang ngga mau, ya, ngga mau!!!" Balasnya dengan suara yang keras. Dara tadi mencoba untuk kabur dengan lewat jendela, tapi itu batal karena ternyata apartemen ini berada dilantai paling atas.

Dara menguatkan pendengarannya mencoba untuk mendengar sesuatu, tepatnya dobrakan-dobrakan yang keras dari pria yang diluar itu. Tetapi sekarang sudah hilang. Ia menyeret keluar kakinya, mencoba melihat apa yang terjadi diluar sana.

"Ternyata keluar juga." Sembur Delvan melipat kedua tangannya di dada, ketika gadis itu kini sudah berada didepannya.

Sementara Dara hanya menatap malas kepadanya, sangat malas.

Delvan langsung menarik tangan Dara dengan paksa menuju sofa lalu mendudukannya dengan kasar sehingga gadis itu meringis ketika kakinya membentur meja yang berada didepannya.

"Ngga usah sok sakit."

-----

Matahari kini semakin meninggi, tetapi semangat mereka tidak terbakar sama sekali.

"Kak Andre." Panggil gadis yang berada dibelakangnya dan Diva.

Andre berbalik menatap gadis itu diikuti oleh Diva. "Hm?" Tanyanya.

"Ngga jadi." Balas Andin tak ingin menyuarakan isi hatinya itu. Sebenarnya ia juga ingin mengatakan sesuatu dengan Andre tapi akibat tatapan Diva, ia pun mengurungkan niatnya.

Sementara melihat itu, Diva langsung menarik tangan Andre untuk melanjutkan perjalanannya kembali. Buat apa mereka berlama-lama disini lagi.

Lain hal nya didepan sana, nafas Rayn telah memburu disertai keringat yang bercucuran. Mungkin karena lelah.

Mendengar deru nafas dari orang disampingnya, Aline kini melirik Rayn. Wajahnya kini sudah dipenuhi oleh keringat.

"Capek?" Tanya Aline. "Yaudah gue jalan sendiri aja." Ia menarik tangannya kembali yang sempat berada dibahu Rayn tadi. Tapi buru-buru ditahan oleh pria itu.

"Yang penting gue bisa dipuncak bareng lo." Ia kemudian memilih kembali berjalan dan tentunya dengan gadisnya itu.

-----

"Aku mau keluar kota, ahad baru pulang." Ucap Delvan tanpa ditanya oleh lawan bicaranya itu.

'Syukurlah, bisa manfaatin waktu ini untuk kabur.' Begitulah batin Dara karena tahu Delvan akan pergi dari sini. "ahad kapan?" Tanyanya.

"Besok." Balas Delvan yang sibuk memasan dasinya.

"Cepat amat."

"Ingat, jangan sampai apartemen ini kotor. Kalau kotor, kamu tahukan apa yang akan aku lakukan. Aku ngga mau apartemen ini kotor sama kaya diri kamu itu." Peringatan dan celaan Delvan begitu saja tanpa memikirkan perasaan dari gadis didepannya itu.

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang