41. Finlandia

1.1K 100 2
                                    

"Lo mau pergi beneran?" Tanya Aline mulai sedih.

"Yah... Ngga bisa bolos bareng lagi." Ujar Rea.

"Lo ini, cuma taunya bolos doang." Aline memukul kepala sahabatnya itu. Sehingga gadis itu meringis.

"Ck. Kita masih bisa ketemu. Gue ngga tinggal di sana selamanya. Gue masih ingat negara asal gue kok." Ucap Diva.

Mereka bertiga kini berada di bandara. Entah kemana dengan Dara. Mereka ngga tahu keberadaan gadis itu.

"Diva, udah selesai?" Kedua orang tua Diva datang menghampiri gadis-gadis yang tengah bersedih itu.

Diva mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya. "Kalian samperin gue di sana ya?" Ucap Diva menatap kedua sahabatnya.

"Malas." Balas Rea. "Tiket mahal, gue sibuk, gue ngga suka naik pesawat, nggada kerjaan juga di sana." Rajuknya.

"Yaudah...." Balas Diva. "Peluk dulu." Diva memeluk kedua sahabatnya dan di sambut juga oleh keduanya.

"Padahal belum ada pengumuman lulus dari sekolah." Celetuk Aline.

"Pasti lulus."

•••

"Kata kakek, Kak Diva udah pergi." Ucap Andin yang kini berada di samping Andre.

"Terus apa hubungannya sama aku?" Tanya Andre yang sibuk dengan ponselnya. Yah, ia menghapus semua foto-fotonya dengan Diva. Mulai dari waktu di sekolah sampai waktu mereka mendaki bersama.

"Peduli kan?" Tanya Andin yang terus mengorek-orek informasi dari kakaknya itu.

"Aku ngga peduli."

"Tapi masih cinta kan?"

"Aku ngga pernah cinta sama dia."

"Alah... Ngga usah mengelak lagi kak. Kalo suka, bilang suka. Kalo ngga bilang ngga juga."

"Aku udah bilang ngga."

Andin mengangkat bahunya, "Ngga tau kedepannya."

"Bisa diam ngga?"

"Aku sih nggapapa kalo kak Andre suka sama dia. Tapi masalahnya itu sama kakek." Andin terus melanjutkan pembicaraannya tanpa mempedulikan keadaan Andre yang mulai risih.

"Ada yang sebut nama kakek?" Lelaki tua itu datang dan bergabung dengan cucu-cucunya.

"Kak Andre."

•••

Diva menghirup sejuknya negara Finlandia melalui kamar apartemen keluarganya itu. Kini ia mulai kagum dengan negara ini. Ternyata tak seburuk yang ia bayangkan. Kakinya pun sekarang sudah agak baikan dari sebelumnya.

Drt.....

Drt...

Diva mengalihkan tatapannya dan berjalan kearah ponselnya yang berada di kasurnya.

Ia berdecak, ternyata yang menelepon itu adalah Delvan, sepupunya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mematikannya dan menaruh ponsel itu kembali.

Drt...

Drt...

Tapi tak mau kalah, orang ity terus saja menelepon. Bahkan, sekarang ingin video cool.

Diva mengangkat panggilan itu dan memperlihatkan wajah datarnya.

"Diva...." Teriak orang diseberang sana.

Diva menyernyitkan dahinya, Syukur itu bukan Delvan tapi istri pria itu, Dara.

Setitik Jejak (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang