.
.
."Diva!"
Diva tersentak di tengah lamunannya. Matanya terbuka dengan paksa di ikuti air matanya yang masih mengalir. Ia menatap orang yang memanggilnya tadi. Tatapan yang sulit di artikan.
"Kenapa?" Tanya orang itu. Orang yang selama ini gadis itu cari-cari. Andre.
"Diva?" Panggilnya lagi. Andre mengusap air mata itu. Air mata akibat ulahnya. Andre yang masih berdiri kini menatap Diva bingung. Sedangkan yang di tatap menatap pria itu juga. Tatapan yang dalam.
Hanya keheningan yang menghiasi ruangan ini. Mereka berdua masih sibuk dengan kegiatannya ini.
"Kenapa nangis?" Akhirnya Andre memulai pembicaraan.
Diva menggeleng, dan menatap ke arah lain.
"Ngapain kesini?" Tanya gadis itu.
"Salah?"
Diva menggeleng lagi, "Ngga marah lagi?"
"Soal?"
Diva mengarahkan tatapannya ke arah Andre. Sikap pria di depannya itu belum berubah sama sekali. "Soal di puncak!" Kesal Diva.
Andre mengangkat bahunya. "Mau keluar ngga?" Ajaknya.
"Kemana?"
"Keluar."
"Keluar kemana?"
"Keluar."
"Andre!"
"Iya." Andre lalu mengambil kursi roda yang berada di dekat pintu, lalu membawanya ke arah dekat kasur Diva.
Andre menatap Diva bingung. Sedangkan yang di tatap memalingkan wajahnya.
Tubuh Diva kini terasa melayang. "ANDRE LEPAS!" Teriak Diva. Andre ternyata menggendongnya. Pertama kali!.
"Mau jatuh?" Andre melonggarkan pegangan tangannya dari tubuh Diva.
"Ngga!" Diva menggeleng cepat.
"Kalo gitu diam." Perintah pria itu lagi.
Perlahan tapi pasti, pria itu membawa tubuh Diva ke kursi roda dan mendudukannya di sana.
"Makasih." Ucap Diva yang memperbaiki posisi duduknya.
Pria itu tak mengubrisnya, malah memandang Diva.
"Apa?" Tanya Diva yang kini mendongak melihat Andre yang menatapnya.
"Ikat rambut kamu mana?" Tanya pria itu.
"Di meja." Tunjuk Diva ke arah meja yang tak jauh dari tempatnya sekarang.
Andre pun lalu mengambil ikat rambut pacarnya itu.
"Mau ikatin rambut aku? Ngga usah repot-repot." Celutuk Diva.
"Tapi akuu malu keluar sama kamu yang gayanya urak-urakan kaya gini."
"Andre!"
Tanpa di minta Andre kini sudah ada di belakang Diva. Mengelus rambut gadis itu dan menyatukannya.
"Aw!" Diva meringis kesakitan ketika rambutnya terasa di tarik.
"Rambut kamu kusut." Balas pria itu lalu memelankan caranya.
"Pake sisir dong Dre."
"Ngga usah."
"Tapi ngga rapi kalo ngga pake sisir."
"Rapi. Percaya sama aku."
Andre sangat serius dengan aksinya sekarang.
Selang beberapa saat, Andre sudah selesai dan puas dengan hasilnya. Tapi tidak untuk gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Jejak (COMPLETED)
Teen Fiction[REVISI] #1 Pendaki - 260820 #1 Gunung -120621 #1 Petualang -010721 (KOMEDI ROMANTIS), Selamat kejang-kejang sepuasnya~: ~TAKDIR, jangan buat aku mencintai sendirian~ ____ "Jadi kalau kamu udah bosan, gimana?" "Makanya jangan buat gue bosan." ...