"Kapan gue bisa keluar?" Tanya Gadis yang sedang berbaring dikasur empuk diruangan VIP rumah sakit ini. Ia merasa malas sekarang, bahkan ia merasa kesepian tidak seorangpun yang datang menjenguk atau menanyakan kabarnya.
Sementara dokter muda yang merawatnya selama seminggu itu hanya tersenyum ramah kepada pasiennya yang cerewet didepannya itu. Mungkin karena faktor faktor kehamilannya. Ia adalah dokter suruhan Mamanya Delvan, Dokter Indira. Dan merupakan dokter pribadinya.
"Nggak usah senyum." Sinis Dara. Walaupun tempat ini sangat bagus, itu tidak cukup baginya. Ia juga butuh kenyamanan. Sudah seminggu pula ia tidak pergi kesekolah, ia rindu dengan sekolahnya apalagi sahabat-sahabatnya.
"Kamu bisa pulang sebentar malam."
"Kenapa bentar malam? Nggak bisa sekarang?"
"Nggak."
Inilah keadaannya sekarang, walaupun wanita didepannya sekarang adalah seorang dokter tapi baginya dia tak lain adalah anak buah dari keluarga Delvan, si lelaki brengsek.
Akibat dorongan Delvan waktu itu dan juga akibat stres terpaksa Dara dirawat inap dirumah sakit ini demi keadaan kandungannya. Ternyata waktu itu Mama Delvan melihat pertengkaran anaknya dengan calon menantunya itu. Takut terjadi apa-apa pada calon cucunya, ia pun memaksa Dara untuk dirawat dirumah sakit ini dengan bantuan anak buahnya.
"Jangan melamun, ntar kesurupan." ucap Dokter Indira diiringi tawa kecilnya.
"Lo enak ya, bisa bebas." Ucap Dara tiba-tiba sehingga membuat Dokter Indira menghentikan tawanya.
"Terkadang kebebasan yang membuat kita hancur." Ucap Dokter Indira lalu mendekati kasur Dara dan duduk disamping gadis cantik itu.
"Benar." Tak terasa air mata Dara pun menetes. "Gue dulu sangat bebas, bahkan keluarga gue nggak ngelarang gue sama sekali. Malahan mereka mendukung kemauan gue. Keluarga gue dulu sangat bahagia. Mama, Papa, mereka sayang sama gue." Dara mengusap air matanya yang membasahi pipinya, ia harus kuat.
"Tapi semenjak Papa bangkrut, ia menceraikan mama karena papa menganggap kalau Mama itu hanya beban baginya dan sekarang psikis mama terganggu, ia bahkan nggak bisa bicara sama orang lain. Lo tahu? Bahkan Papa sekarang ngejual gue, anaknya sendiri demi membangun kembali bisnisnya." Dara menutup ceritanya dengan senyuman, senyuman yang jelas nampak kesedihan disana. Percuma ia berlarut-larut dalam kesedihan. Toh, kehidupannya tidak bisa kembali lagi.
"Aduh, ngapain gue cerita sama lo sih." Rutuk Dara menghapus jejak-jejak air matanya.
"Kamu bisa ceritain keluh kesah kamu sama aku kok. Aku akan dengarin setiap masalah kamu. Dan kalau kamu butuh bantuan dan aku bisa bantu, aku akan bantu kamu. Terserah kamu mau anggap aku dokter atau teman kamu." Ucap dokter cantik didepannya sambil menepuk pundak Dara. Ia juga memperlihatkan senyuman yang pertama kali Dara lihat.
"Sudah, kamu istirahat sekarang." Ucap Dokter Indira lalu berdiri dari kasur pasiennya.
"Lo mau bantu gue?"
Langkah Dokter Indira terhenti. "Selama aku bisa." Ucapnya dengan memandang wajah Dara yang penuh harap.
"Lo kali ini pasti bisa." Ucap Dara yakin. "Lo biarin gue pergi." Ucap Dara dengan senyum penuh harapnya.
-----
Sekarang SMA Cendaki Bhakti sedang kedatangan tamu. Jadi lah siswa-siswinya tidak belajar sekarang. Ini merupakan moment yang paling mereka semua tunggu-tunggu.
"Lo lihat Diva?" Tanya Andre menghampiri Rea dan Aline yang sedang sibuk bermain game Pou. Walaupun itu hanya permainan anak-anak tapi ia senang dengan game itu walau umurnya kini tengah beranjak dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Jejak (COMPLETED)
Teen Fiction[REVISI] #1 Pendaki - 260820 #1 Gunung -120621 #1 Petualang -010721 (KOMEDI ROMANTIS), Selamat kejang-kejang sepuasnya~: ~TAKDIR, jangan buat aku mencintai sendirian~ ____ "Jadi kalau kamu udah bosan, gimana?" "Makanya jangan buat gue bosan." ...