"Kita mau kemana lagi, kak?" Tanya seorang gadis dengan senyumnya yang mengambang selama perjalanan. Ia sekarang berada di pusat perbanjaan terdekat di apartemen miliknya.
"Terserah kamu." Balas Andre. Ia membawakan separuh belanjaan dari Andin.
"Kita ke restoran aja, aku lapar..." Rengek Andin. Ia menarik tangan Andre dan Andre hanya pandai mengikutinya.
------
Diva kini berada di depan rumah Andre, tapi sepertinya pacarnya itu tidak ada dirumah karena sedari tadi ia membunyikan bel tapi tidak ada yang meresponnya. Ia juga mencoba menghubungi Andre tapi tidak diangkat.
"Kita pulang aja ya, Pak." Diva kembali menaiki taksi yang sudah ia pesan tadi.
"Baik."
Setelah beberapa menit di dalam taksi, Diva merasakan lapar.
"Sampai di taman depan aja ya, Pak." Diva mengurungkan niatnya untuk pulang kerumah dan memilih untuk mengisi perut kosongnya dahulu.
"Iya, Mbak." Balas sopir taksi itu.
------
Di tengah indahnya cahaya bulan yang indah dan dihiasi dengan berbagai insan yang tambah memeriahkan suasana malam ini.
Malam yang indah, tak kalah dengan senyum gadis yang berdiri memerhatikan bianglala yang berputar dan di hiasi dengan tawa anak-anak membuatnya mengingat akan dunia kecilnya.
"Kak, kalau besar nanti kita bikin bianglala yang lebih gede yah buat kita nanti." Ucap bocah yang berumuran sekitar 7 tahun itu.
"Iya, nanti tamannya juga kakak bikin lebih luas dari ini." Balas anak lelaki yang lebih tinggi dari gadis itu yang berumuran sekitar 11 tahun.
"Pasarnya juga bukan cuma pasar malam doang kak tapi pasar pagi sampai malam."
"Emang yang mau jaga itu kamu?"
"Ngga lah, kakak aja." Balasnya dengan kekehan yang sangat imut itu.
Tapi itu hanya masalalu. Ia yakin kakaknya itu kini sudah bahagia di alam sana. Kakak yang ia belum temui gantinya hingga sampai sekarang.
"Diva! Lo kenapa?" Tanya Aline.
"Nggak papa" Diva tersadar lalu menggelengkan kepalanya.
"Lo ingat kak Daniel, lagi?"
Diva melihat sekejab bianglala itu lalu menunduk dan mengangguk.
Daniel Fathan Pramana, Kakak kandung Diva. Sikapnya yang humoris membuat ia nyaman bersama dengan Daniel. Banyak hal yang telah ia rencanakan dengan Daniel di masa depan nanti. Akan tetapi Daniel pergi meninggalkannya begitu sangat cepat karena sebuah tragedi.
"Kamu ngapain ngajak gue ke sini?" Aline bertanya untuk mengalihkan pikiran Diva supaya sahabatnya itu tidak berlarut-larut mengingat masa lalunya.
"Gue butuh hiburan. Tapi kita tunggu Rea sama Dara dulu."
Aline mengangguk dan mereka berdua berjalan untuk mencari tempat duduk di taman itu, tetapi sepertinya sudah penuh karena banyak sekali yang mendatangi tempat ini.
"Diva, Aline lo juga ada di sini?" Tiba-tiba Daffa datang dengan penampilan yang sangat berbeda dari sebelumnya.
"Daffa? Lo benar Daffa ya?" Aline tertawa melihat penampilan Daffa malam ini. Sangat cupu. Dengan kacamata hitam dan rambut yang sangat rapi serta baju kemeja yang ia kancing semua membuatnya sangat terlihat cupu.
"Iya, aneh ya?" Daffa seketika melihat penampilannya sendiri.
"Nggak kok. Bagus banget." Diva memberikan dua jempol ke pada Daffa.
"Makasih. Gue emang berpenampilan kaya gini supaya nggak di naksir sama orang." Jawabnya.
"Kepedean lu!" Balas Aline.
"Eh, Div. Gue tadi baru lihat lo makan di sana, eh.. tau-tau lo udah di sini aja." Daffa bingung karena tadi ia baru saja melihat Diva makan dengan Andre.
"Makan dimana?" Tanya Diva.
"Di warung mie ayam kan?"
Diva menggeleng. "Nggak, tadi gue itu cuma liatin bianglala."
Aline mengangguk ikut membenarkan ucapan Diva.
"Ih bener, tadi gue lihat lo makan sama Andre, kan?" Daffa yakin bahwa orang yang ia lihat tadi itu Diva dan Andre. Sangat yakin.
"Nggak Daf, gue itu kesini tadi sendirian dan gue ga ketemu sama Andre."
"Iya kah?" Daffa tampak berpikir. Tapi ia sangat melihat jelas bahwa itu Andre. Andre tertawa dengan seseorang yang ia yakini itu Diva.
"Mungkin lo salah lihat."
------
Diva sempat berpikir mengenai Andre. Dimana dia sekarang? Mengapa dia tidak mengangkat telfonnya? Apakah dia sibuk? Mungkinkah Daffa benar mengenai Andre, tadi? Tetapi siapa yang di temani oleh pacarnya tadi? Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak Diva tapi ia berusaha menghilangkannya. Ia berusaha fokus untuk melihat suasana malam ini di atas puncak bianglala. Sangat indah.
Aline tahu bahwa Diva sekarang memikirkan Andre. Sahabatnya ini tidak bisa kehilangan dari bayangan Andre sehingga ia pun mengajaknya untuk menaiki bianglala supaya Diva bisa melupakan perkataan Daffa menganai Andre tadi.
Pandanga Diva kini terarah ke arah pengamen yang berada tak jauh dari tempatnya ini. Banyak orang yang mengerumuninya. Tapi tatapannya kini berhenti kepada seseorang, seseorang yang tak asing lagi di matanya. "Itu Andre?" Tanya batin Diva. Ia juga bingung karena sekarang ia hanya melihat dari atas bianglala.
Tak terasa bianglala yang ia naiki berhenti untuk sekejap. Dilihatnya, ternyata ada orang yang baru naik. Tatapan Diva kini kembali fokus ke arah pria itu lagi. Itu benar Andre. Mengapa dia di sini?
"Diva."
"Va!"
"Diva!!"
Diva tersentak karena teriakan Aline yang tepat di telinganya. "Apa?" Tanyanya.
"Udah selesai ini." Aline turun dari bianglala itu.
Dengan pikiran yang masih berkecamuk, Diva pun mengikuti Aline dari belakang.
"Kita mau kemana lagi?" Tanyanya.
"Pulang. Malas nemanin orang yang sukanya ngelamun terus." Kesal Aline. Dari tadi ia merasa sendiri, karena Diva sangat sibuk melamun dan mengabaikan dirinya.
"Eh iya." Diva menarik tangan Aline sangat kuat menuju tempat pengamen tadi.
"Ngapain kita di sini?" Tanya Aline mengikuti sahabatnya bingung.
"Andre!" Diva sontak menarik bahu seorang pria yang fokus melihat pernampilan pengamen di depannya, sehingga pria itu berbalik dengan kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Jejak (COMPLETED)
Teen Fiction[REVISI] #1 Pendaki - 260820 #1 Gunung -120621 #1 Petualang -010721 (KOMEDI ROMANTIS), Selamat kejang-kejang sepuasnya~: ~TAKDIR, jangan buat aku mencintai sendirian~ ____ "Jadi kalau kamu udah bosan, gimana?" "Makanya jangan buat gue bosan." ...