BAB 11

3.6K 183 0
                                    

Tangan Agni mendarat di pipinya. Agni berani menamparnya begitu saja, hingga Bram merasakan, kebasan tangan Agni di pipinya. Bram menatap iris mata Agni, terlihat jelas wajah itu penuh emosi.

Agni menarik nafas, dengan berani memandang wajah Bram. Agni membuka amplop coklat itu, ia mengambil semua uang itu dari amplop. Agni melirik uang di genggamannya, uang itu begitu banyak hingga kepalan tangannya tidak cukup untuk dirinya, ada sebagian uang jatuh ke lantai.

Agni mengalihkan tatapannya lagi, kearah Bram. Agni manarik nafas dalam-dalam, sebelum meluapkan kemarahannya.

"Mungkin saya terlalu bodoh mempercayai ucapan kamu. Saya memang terlalu bodoh mengikuti semua mau kamu. Saya memang bodoh mengikuti kata hati saya bahwa saya mencintai kamu. Saya pikir kamu benar-benar mencintai saya. Saya pikir kamu serius dengan saya. Nyatanya kamu hanya menganggap saya tidak lebih dari wanita murahan, dan mempermainkan saya seperti ini".

Agni menarik nafas lagi, ia manahan air matanya agar tidak jatuh. Agni tidak ingin terlihat lemah di hadapan Bram.

"Kamu sukses membuat saya terhina, menjadikan satu-satunya wanita jalang di hadapan kamu".

"Apakah kamu tahu uang ini tidak seberapa untuk menghilangkan harga diri saya" ucap Agni dengan suara meninggi.

Agni tidak tahan lagi, air matanya jatuh dengan sendirinya, dengan cepat ia mengusap air mata itu dengan punggung tangannya.

"Saya tidak perlu uang kamu, saya bukan wanita yang bisa di beli dengan uang kamu" Agni melepar lembaran uang itu tepat di wajah Bram.

"Dasar brengsek".

Agni lalu memunguti satu persatu bajunya yang tergeletak di lantai. Agni mengambil tas kulitnya di nakas. Agni berjalan menjauhi Bram.

"Bajingan" ucap Agni geram.

Rahang Bram mengeras, wanita itu masih bisa tegar dalam keadaan seperti ini.

"Dasar jalang, kamu tidak lebih dari wanita jalang Agni. Kamu sama saja dengan mereka, kamu pantas mendapat perlakuan itu" teriak Bram.

Langkah Agni terhenti, mendengar suara Bram. Agni memutar tubuhnya memandang Bram yang tidak jauh darinya. Jujur hatinya sakit Bram mengatakan itu kepadanya.

"Ingat, saya tidak akan memaafkanmu, saya akan membuat kamu bertekuk lutut di hadapan saya" ucap Agni geram.

Bibir Bram terangkat, "Itu tidak akan pernah, itu hanya di mimpi kamu saja" timpal Bram.

Agni lalu berjalan meninggalkan Bram. Sungguh hatinya begitu sakit, ia tidak pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya. Ia tidak pernah di perlakukan seperti ini terhadap laki-laki manapun. Hatinya seakan mendidih, ia benci dengan semuanya. Ia benci apa yang terjadi pada dirinya. Sungguh ia masih tidak terima prilaku Bram terhadapnya. Ia akan mencari tahu semua tentang Bram. Ia tidak akan pernah memaafkan Bram.

***************

Sepanjang perjalan Agni meratapi penyesalannya. Untuk mengulang waktu percuma saja, ia sudah hancur karena Bram. Ia pikir, apa yang ia alami hanya terjadi di sinetron saja, tapi lihatlah sekarang ia mengalaminya, inilah yang terjadi dalam hidupnya.

Sudah berkali-kali Agni mengatakan bahwa ia harus kuat, ia harus kuat menjalani hidup ini. Agni tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini. Agni mungkin akan minta maaf kepada Alan, karena telah menghianatinya. Alan tidak boleh tahu apa yang di alaminya saat ini. Ia merasa tidak pantas mendapatkan laki-laki sebaik Alan. Ia telah merusak dirinya sendiri.

Ia akan meminta maaf kepada orang tuanya, karena telah melakukan tindakkan bodoh. Mempercayai ucapan Bram, ia sungguh menyesal mengenal Bram. Air mata Agni jatuh dengan sendirinya. Agni sudah tidak peduli lagi, sepanjang perjalanan beberapa pasang mata memandangnya penuh prihatin.

Agni menghentikan taxi yang melintas di jalan. Taxi berhenti tepat di hadapannya, Agni membuka hendel pintu, dan ia tutup kembali pintu itu. Agni memberi alamat tujuannya, Agni menyandarkan punggungnya.

Kadang kata penyesalan itu datangnya di akhir. Banyaknya kesalahan yang diperbuat, tapi sulit sekali diperbaiki. Namun sekarang, apakah ia harus menyesali semuanya, itu sama saja menyiksa diri. Banyak sekali penyesalan itu datang, kadang dari cinta, kehidupan, atau yang kita sesali. Mas Adam dulu pernah menyesali perbuatannya, karena ia telah mencintai Melisa. Penyesalan itu mempengaruhi kehidupan Adam. Adam menyesali kenapa tidak mencintai wanita dari kalangan keluarag biasa saja. Tapi ternyata penyesalan itu kini berbuah manis, kini Adam tidak menyesali lagi perbuatannya.

Agni tidak akan meratapi semua terus menerus, ia tidak akan menjadi taruma ataupun stress akibat perbuatannya. Toh, orang tuanya mengajarkan bahwa menjadi anak itu harus kuat. Ia harus menghadapi dunia yang kejam ini, ia harus melawan rasa hinanya. Ia tidak peduli Bram menghinanya sebagai jalang.

Beberapa menit kemudian, mobil berhenti depan halte, tempat biasa ia berhenti. Agni menegakkan tubuhnya, melangkah menuju rumah. Ada rasa menyesal untuk kembali kerumahnya. Tadi ia pergi dalam kedaan bersih. Lihatlah sekarang ia pulang berlumur dosa, dan sangat bersalah kepada kedua orang tuanya. Ingin rasanya menangis di pelukkan ibu, menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.

Jujur ia tidak sekuat apa yang ada di pikirannya, nyatanya ia menangis juga. Meskipun ia selalu mengatakan ia harus kuat, ia harus bisa. Tapi realitanya ia menangis, dan menyesali perbuatannya. Agni sudah mati-matian menyemangati hatinya. Tapi ia malah menangis seperti ini, tangisnya seakan tidak berhenti.

*************

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang