"Hati-hati pulangnya, mas" ucap Agni berada di daun pintu.
Alan tersenyum dan ia lalu mengecup kening Agni.
"Iya sayang, mas pulang dulu" Alan memandang kekasihnya, ia tersenyum dan lalu memeluk tubuh ramping itu. Setelah itu ia lepas kembali pelukannya.
Agni melepas kepergian Alan, karena memang Alan menyempatkan diri ke rumah, hanya untuk sekedar makan malam bersamanya. Tubuh Alan menjauh darinya, Beberapa menit kemudian, mobil Alan menjauh dari pandangannya. Agni menutup pintu kembali dan meneruskan langkahnya.
Suara dering ponselnya berbunyi, Agni bergegas mengambil ponselnya di atas kulkas, karena ia menyimpannya disana, setelah mencuci piring. Agni menatap layar ponsel,
"Bram Calling".
Agni melirik ibu dan Bapak yang sedang asik menonton acara sinetron favoritnya. Agni melangkah menjauh dari hadapan ibu dan bapak. Agni dengan cepat masuk ke dalam kamar. Agni menutup pintu itu kembali dan ia lalu menekan tombol hijau pada layar. Ia letakkan ponsel itu di telinga kirinya.
"Iya Bram" ucap Agni.
"Keluarlah saya berada di dekat rumah kamu".
Sungguh ia tidak terlalu suka dengan sifat Bram seperti ini. Laki-laki itu selalu mematikan ponselnya, sebelum ia menjawab. Oh Tuhan, mau tidak mau ia harus keluar. Agni menarik nafas, ia membuka pintu kamarnya kembali, Agni melangkahkan kakinya menuju pintu utama.
Sang ibu menyadari kepergian Agni, "mau kemana?" Tanya ibu.
Agni menghentikan langkahnya, Agni tersenyum, "Mau ke teras sebentar bu, mau cari udara segar".
"Yasudah kalau begitu" ucap Ibu, dan kembali menonton acara sinetron itu.
Agni lalu bergegas melangkah menuju pintu utama, ia keluar dan mencari keberadaan Bram. Agni berjalan menuju halaman, dan mendekati pagar. Agni memberanikan diri keluar dari pagar rumahnya. Agni mencari Bram, sedetik kemudian, Agni menatap iris mata Bram yang tengah memperhatikannya. Agni tahu dengan tatapan bahwa Bram menyuruhnya mendekat.
Bram memandang Agni berada di dekat pagar rumahnya, wanita itu mengenakan dress hitam, sungguh wanita itu terlihat cantik, walau wanita itu mengenakan pakaian biasa-biasa saja. Agni melangkah mendekati dirinya.
Agni kini dihadapannya, Iris mata saling menatap, hanya dengan tatapan, kerinduan terpancar dari kedua iris mata itu. Tidak ada satu katapun terucap, bertemu seperti ini. Bram mengulurkan tangannya, agar Agni menggenggam tangannya dengan erat.
Agni meraih tangan tangan Bram. Tangan hangat ini lah yang selalu ia rindukan. Bram merasakan tangan lembut Agni di permukaan kulitnya. Bram membawa Agni dekat pojok pagar, wanita inilah yang ingin ia temui dari tadi.
Bram mengelus wajah cantik Agni dengan jemarinya, "bagaimana keadaan kamu?" Ucap Bram.
"Baik" ucap Agni.
Bram menarik pinggang Agni merapat ketubuhnya, hingga hembusan nafas Agni terasa di permukaan wajahnya. Bram memandang iris mata bening Agni, "saya sangat merindukan kamu" ucap Bram, nyaris berbisik.
Agni menelan ludah, jantungnya maraton mendengar bisikan Bram. Jika boleh jujur ia juga sangat merindukan Bram. "Saya juga merindukan kamu" ucap Agni, ia mengelus wajah tampan Bram.
Bram mengecup puncak kepala Agni, di kecupnya puncak kening Agni dengan segenap hati dan perasaanya. Ini bukan jenis pembalasan dendam kepada Adam dan Melisa. Melainkan seperti rindu, yang sudah lama tidak bertemu.
"Kamu mencintai saya?" Tanya Bram seketika.
Agni mengangguk, dan tersenyum "ya, saya mencintai kamu" ucap Agni, ia menaruh tanggan kiri Bram didada kirinya.
Bram tahu bahwa Agni mencintainya, wanita itu berkata jujur kepadanya.
"Kamu merasakan apa yang saya rasakan" ucap Agni, agar Bram tahu apa yang ia rasakan.
"Iya".
"Apakah kamu tahu, semua keluarga kamu melarang kita bersama" ucap Bram, ia meyakinkan ucapannya kepada Agni.
"Ya saya tahu itu".
Bram menarik nafas, dan lalu berucap "Perjuangkan cinta kamu, kamu harus bersama saya, kita hidup bersama, tidak ada lagi orang yang mengganggu hubungan kita" ucap Bram.
"Bagaimana caranya Bram" Agni, melingkarkan tangannya di pinggang Bram. Ia sulit sekali untuk berpikir jika bersama Bram seperti ini.
"Hidup bersama saya".
"Enggak bisa Bram" sanggah Agni.
"Kamu bisa sayang".
"Apa yang saya dapat jika saya bersama kamu Bram. Keluarga saya pasti murka dan membenci saya".
"Saya akan memberi kamu kebahagiaan" ucap Bram.
"Tapi Bram".
"Katakan kepada keluarga kamu, kamu mencintai saya. Kamu ingin bersama saya, saya yakin semua keluarga kamu, mau mendengarkan kamu".
"Bram".
"Kamu harus bisa Agni, perjuangkan cinta kita" ucap Bram serius.
"Tapi Bram".
"Hey, dengarkan saya, besok saya menunggu kamu di tempat biasa. Kamu lebih memilih kebahagian kamu atau kamu akan terkurung selamanya disana tanpa kebahagiaan".
Agni membenarkan ucapan Bram, ia sudah cukup jenuh dengan hidup seperti ini. Agni sudah letih terus-terusan terlihat bahagia, nyatanya ia bahagia jika bersama Bram, dari pada Alan.
"Iya" ucap Agni pelan
"Bagus kalau begitu".
"Katakan kepada keluarga kamu, kamu mencintai saya" ucap Bram, ia lalu mengurung Agni dipelukkanya.
"Iya".
Bram meraih tengkuk Agni, di kecupnya bibir tipisAgni. Kecupan inilah yang ia rindukan, ia hampir gila memikirkan wanita ini.
"Agni...!".
"Agni...!".
Agni tahu betul siapa pemilik suara itu, itu adalah suara ibunya. Bram melepaskan kecupannya, sungguh menggangu sekali suara itu, jujur ia ingin berlama-lama dengan Agni saat ini.
"Saya harus pulang. Ibu saya mencari saya" ucap Agni.
"Iya".
"Pergilah, hati-hati. Saya menyayangi kamu" ucap Bram lagi, ia mengecup puncak kepala Agni.
Agni mengangguk dan lalu meninggalkan Bram begitu saja. Bram memandang punggung Agni dari belakang.
**********

KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM SANG CEO (TAMAT)
Romance"Saya pikir kemeja ini cocok untuk anda" ucap Agni, Agni memperlihatkan kemeja itu untuk Bram. Alis Bram terangkat, ia kembali memperhatikan Agni dan lalu mengambil kemeja dari tangan Agni. Bram sengaja menyentuh tangan Agni. Bram merasakan sentuhan...