Agni melirik Bram yang masik fokus dengan kemudi setirnya, ia lalu mengalihkan tatapannya ke depan, Bram memasuki komplek perumahan elit. Ia sudah menduga bahwa Bram memang terlahir dari keluarga kaya seperti ini.
Bram membelokkan mobilnya kesalah satu rumah berpagar putih itu. Inilah rumah orang tua Bram. Bram membuktikan ucapannya, bahwa ia akan mengajaknya kerumah orang tuanya dan mengenalkan dirinya. Itu membuktikan bahwa Bram serius dengan dirinya.
Bram mematikan mesin mobil tepat di garasi luar, dan ia lalu melirik Agni, wanita itu hanya diam sepanjang jalan tadi. Bram juga tidak ingin mengganggu pikiran Agni. Bram hanya ingin, Agni berpikir jernih, dan membuat wanita itu nyaman di dekatnya.
"Ini rumah orang tua saya, ayo kita masuk ke dalam" ucap Bram.
Agni tersenyum dan mengangguk, "iya" ucap Agni.
Agni membuka hendel pintu begitu juga Bram. Agni menegakkan tubuhnya dan ia menatap Bram mendekatinya.
"Apakah kamu tidak keberatan berkenalan dengan orang tua saya?" Tanya Bram.
Agni tersenyum, "Tidak, justru saya senang berkenalan dengan orang tua kamu".
"Bagus kalau begitu" Bram, meraih tangan kurus Agni, di bawanya menuju pintu utama.
Bram membuka hendel pintu. Bram membawanya masuk ke dalam rumah. Rumah inilah Bram dibesarkan. Bram menggenggam erat tangan Agni, di genggamnya jari-jari lentik itu, seakan tidak ingin ia lepas.
Agni mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Rumah mewah bergaya eropa, rumah yang di dominasi warna putih terlihat sangat modern. Agni melihat di ujung sana, ternyata di rumah ini memiliki perpustakaan pribadi yang menyatu dengan ruang Tv. Terlihat jelas bahwa keluarga Bram terpelajar. Agni mengalihkan tatapanya lagi ke arah foto keluarga yang menggantung di dinding. Bram sangat tampan disana, mengenakan jas hitam serta di apit oleh dua orang wanita berkebaya biru, wajah itu begitu mirip dan ia yakini kedua wanita itu kembar. Agni memandang wanita separuh baya yang datang menyambutnya. Senyum itu begitu menenangkan, terlihat jelas wajah bahagia menyambut kedatangan Bram dan dirinya.
"Bram" ucap wanita separuh baya itu lalu mendekati putranya.
"Apa kabar nak" ucapnya lalu memeluk Bram, putra sulungnya. Beliau tidak menyangka bahwa Bram kini telah membawa seorang wanita cantik, ia sudah menduga bahwa Bram telah melupakan Melisa.
Beliau menatap wanita berparas cantik disamping Bram. Wanita itu begitu sederhana dan sangat serasi dengan putranya.
"Saya ibunya Bram" ucapnya, lalu mengulurkan tangannya kearah Agni.
Agni meraih tangan hangat wanita separuh baya itu, wajah itu masih terlihat cantik, di usianya yang tidak muda lagi. Agni menduga bahwa wanita itu melakukan perawatan yang intensif untuk wajahnya. Berbeda sekali dengan ibunya dirumah hanya berpakaian sederhana dan apa adanya.
"Saya Agni" ucap Agni, ia menyambut tangan hangat itu.
Ibu Bram lalu memeluk tubuh Agni, sebagai bentuk perkenalan dan ia lalu melepaskan pelukkanya.
"Senang berkenalan dengan kamu Agni. Apakah kamu kekasih Bram?" Tanyanya penasaran.
Agni melirik Bram, laki-laki itu juga menatap Agni.
Bram tersenyum, "iya ma" ucap Bram, sebelum Agni menjawabnya.
"Pantas saja, mama sudah menduga itu" ucapnya, beliau tertawa melirik Agni.
"Ayah dimana ma?" Tanya Bram.
"Ayah ada di belakang, ayah sedang menangkap ikan nila di kolam, katanya pengen makan ikan nila peliharaanya" ucapnya, berjalan menuju taman belakang.
Bram melirik Agni, wanita itu tampak tenang. "Itu mama saya, dan di belakang ayah saya".
"Iya" Agni menyeimbangi langkah Bram menuju taman.
Rumah mewah ini memiliki taman belakang yang terawat, serta memiliki kolam renang pribadi dan kolam ikan disana. Tangan hangat Bram masing menggenggam jemarinya, dan tidak berniat untuk melepaskannya.
Agni memandang laki-laki separuh baya nampak masih gagah di usianya yang sudah ia prediksi menginjak kepala enam. Beliau tersenyum atas kehadiran Bram. Sementara tangan kanannya memegang ember berisi ikan Nila. Beliau lalu menghampiri Bram dan Agni.
Ayah tidak percaya bahwa Bram membawa seorang wanita, wanita itu cantik dan sederhana. Betapa senangnya ia melihat itu, wanita cantik itu telah menggeser Melisa di hati Bram. Ayah salut kepada wanita itu, mampu membuat Bram bertekuk lutut, dan melupakan Melisa begitu saja.
Ayah tahu sifat putra sulungnya seperti apa. Sekarang ia di beri kejutan yang menyenangkan. Ia pastikan wanita itu akan menikah dengan Bram putranya, karena sulit sekali untuk membuat Bram jatuh cinta kecuali Melisa.
"Ayah senang melihat kamu Bram. Kenapa tidak memberitahu ayah kamu akan datang, setidaknya ayah dan ibu kamu bersiap-siap untuk menyambut kamu".
"Saya hanya ingin memberi kejutan kepada ayah" ucap Bram.
Ayah melirik Agni, ia sungguh penasaran dengan wanita yang di bawa Bram "Siapa wanita cantik, di samping kamu ini, Bram".
"Agni ayah, kekasih saya" ucap Bram.
"Ayah senang kamu telah memiliki kekasih. Kamu adalah wanita pertama yang di ajak Bram kerumah. Kamu begitu spesial Agni" ucap ayah diselingi tawa. Agni membalas senyuman itu dan ia melirik Bram.
Jujur Agni bahagia, ketika Bram memperkenalkan dirinya kepada orang tuanya tanpa ada rasa keraguan seperti ini.
"Ayah ganti baju dulu, baju ayah sudah bau ikan. Ayah ingin ngobrol banyak dengan calon menantu ayah" ucap Ayah lalu meninggalkan Bram dan Agni.
**********
"Bram, saya tidak bisa terlalu lama keluar bersama kamu. Saya hanya ijin keluar sebentar saja" ucap Agni pelan.
Bram menarik tangan Agni sedikit menjauh, karena ayah dan ibu telah berlalu ke dapur. "Saya merindukan kamu Agni, bisakah kamu sedikit berlama bersama saya".
"Tapi Bram" ucap Agni, ia melirik Bram wajah itu terlihat jelas bahwa Bram merindukannya.
Hati tidak kuasa menolak permintaan Bram, kepulangannya sedikit lebih lama, "iya" ucap Agni.
Bram tersenyum dan lalu mengecup puncak kepala Agni. "Terima kasih".
Agni hanya bisa nelangsa dalam hati, andai saja ia tidak mencintai Bram, ia tidak mungkin melakukan hal sejauh ini demi laki-laki itu. Rasa cinta kepada Bram cukup dalam mengalahkan segalanya.
***********
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM SANG CEO (TAMAT)
Romance"Saya pikir kemeja ini cocok untuk anda" ucap Agni, Agni memperlihatkan kemeja itu untuk Bram. Alis Bram terangkat, ia kembali memperhatikan Agni dan lalu mengambil kemeja dari tangan Agni. Bram sengaja menyentuh tangan Agni. Bram merasakan sentuhan...